Jumat, 02 Januari 2009

PERANG SASTRA DALAM DUNIA KONTEMPORER; KSI Sebuah Amunisi

Imamuddin SA
http://forum-sastra-lamongan.blogspot.com/

Dewasa ini peranserta komunitas dalam kesusastraan sangat mendominasi. Dapat dikatakan komunitas merupakan sentral dari sastra. Komunitas adalah nyawanya. Konotasi nyawa berorientasi pada penyambung hidup. Jadi kehidupan kesusastraan di negeri ini akibat adanya peranserta komunitas-komunitas yang ada.

Mereka yang tergabung dalam komunitas sastra adalah orang-orang yang memiliki rasa senasib dan seperjuangan dalam membumisasikan serta menumbuhkembangkan kesusastraan yang ada. Ini adalah tujuan mereka. Tentunya dalam mencapai tujuan itu, mereka memiliki upaya-upaya tersendiri. Sehingga, komunitas sastra bukan sekadar label semata, namun yang menjadi prioritas utamanya adalah eksistensi dalam berkarya. Komunitas sastra tidak hanya tempat pecandu kopi ngumpul tanpa makna, tapi juga wahana pengkajian karya.

Proses pembumisasian sastra dapat dilakukan dengan jalan memasyarakatkan sastra pada masyarakat. Inilah yang seharusnya digarap oleh sebuah komunitas sastra. Perioritas utamanya adalah masyarakat mampu menghargai keberadaan karya sastra dalam lingkungannya. Bentuk penghargaan tersebut dapat berupa ketertarikan diri dalam membaca karya sastra. Masyarakat menjadi gandrung dan mengakrabi karya sastra. Istilahnya budaya membaca sastra dalam masyarakat.

Jika karya sastra telah memasyarakat, maka regenerasipun sangat mudah dilakukan. Sebab lahirnya seorang sastrawan kebanyakan bermula dari kegandrungannya dalam membaca karya sastra. Setelah itu baru tertarik untuk berproses kreatif sendiri. Dan dengan lahirnya sastrawan baru, maka khasanah kesusastraan semakin meningkat. Hal itu disebabkan oleh privasi individu yang berbeda-beda. Perbedaan itu akan menghasilkan satu bentuk karya sastra yang berbeda pula. Baik secara konsep, style, dan karakter yang dihasilkannya.

Namun apa yang terjadi belakangan ini? Kegandrungan masyarakat dalam kesusastraan sangat lemah. Karya sastra kurang diindahkan sehingga regenerasipun sulit terbentuk. Yang sungguh riskan adalah anggapan masyarakat bahwa karya sastra dan sastrawannya tidak lebih dari sebuah usaha yang berujung pada kesia-siaan saja. Bersastra adalah pekerjaan seorang pelamun. Orang yang hanya mampu berandai-andai saja.

Image semacam itulah yang harus dihapus dalam lingkungan kemasyarakatan. Dan ini merupakan PR besar bagi sebuah komunitas sastra. Mereka harus lebih greng dalam menyuarakan karya-karyanya dan memberi pemahaman kepada masyarakan akan hakekat karya sastra yang sesungguhnya. Sungguh, karya sastra dapat dikatan sebagai kitab suci kedua bagi pribadi seseorang setelah kitab suci agamanya. Sebab di dalam karya sastra juga terdapat nilai-nilai yang lebih yang dapat dijadikan sebagai pandangan hidup bagi seorang manusia. Namun di sini, kejelian dalam menginterpretasi masih menjadi warning utamanya. Sebab karya sastra kadang menyatakan suatu hal tapi untuk hal yang lain.

Usaha semacam itu harus ada dukungan dari beberapa pihak. Yang pertama adalah sastrawannya sendiri selaku motornya. Dan yang kedua adalah simpatisan masyarakat tertentu maupun pemerintahan yang berposisi sebagai penyangga berjalannya kegiatan; yang berkaitan dengan pembiayaan. Kalau tidak ada kerjasama yang solid antara kedua pihak tersebut, dapat dipastikan, sebuah komunitas tidak dapat berjalan dengan maksimal. Bahkan bisa jadi gulung tikar.

Cukup banyak komunitas yang ada di negeri ini. Meskipun cukup beraneka ragam kultur yang dibawa, tujuan mereka hanya satu; memasyarakatkan sastra. Katakan saja salah satunya adalah Komunitas Sastra Indonesia (KSI).

KSI merupakan sebuah komunitas yang cukup intens dalam menjalankan program kegiatannya. Hal itulah yang menyebabkannya tetap eksis hingga sekarang. Keberadaannya semakin meluas hingga melampaui wilayah regionalnya. Ia dapat dikatakan komunitas yang subur. Komunitas yang di dalamnya bernaung sastrawan-sastrawan yang cukup ternama. Misalkan Ahmadun Y. Herfanda, Eka Budianta Korrie Layun Rampan, Iwan Gunadi, Hudan Hidayat, Viddy AD Deary, Diah Hadaning, Wowok Hesti Prabowo, Habiburrahman El Shirazy dan kawan-kawan. Selain itu regenerasinya cukuplah banyak. Ada Mahdiduri, Iman Sembada, I Wayan Arthawa, Aris Kurniawan, Miranda Putri, Putu Satria Kusuma, Fatin Hamama, & lain-lain.

KSI bersifat terbuka untuk siapa saja. Sehingga Penghuni KSI pun berasal dari bermacam-macam lapisan masyarakat dan kultur sosial yang ada. Di antara penghuni KSI tersebut berasal dari kaum buruh pabrik, guru dan dosen, wartawan, hingga praktisi hukum. Mungkin keterbukaan tersebut sebagian dari penyebab semakin meluasnya cakupan dan jaringan KSI di negeri ini.

Keberadaan KSI dalam negeri ini cukup dapat dibilang menjanjikan. Ia berpeluang besar dalam memasyarakatkan sastra. Keberadaannya cukup diakui dalam lingkungan kemasyarakatan. Hal itu terbukti dari keberadaan dan keeksistensianya sejak berdiri (1996) hingga sekarang. Ia memiliki program-program tertentu dalam menumbuhkembangkan dan menasyarakatkan sastra yang intens dan berkala. Mulai dari penerbitan karya sastra (antologi puisi dan cerpen), lomba cipta karya sastra, diskusi sastra, pembuatan jurnal, dan sebagainya. Fenomena itulah yang tampaknya banyak menarik minat seseorang (sastrawan) untuk turut gabung dalam keanggotaannya, sehingga KSI memiliki cabang-cabang komunitas di luar daerahnya (Jakarta). Seperti Yogyakarta, Kudus, dan Banjarmasin.

Secara konkritnya, kegiatan yang pernah diselenggarakan KSI adalah pelatihan penulisan karya sastra, menyelenggarakan dan atau memfasilitasi pembacaan puisi, cerpen,, dan pementasan drama, penerbitan antologi puisi; Antologi Puisi Indonesia 1997, Indonesia Setengah Tiang karya Toto ST Radik, Rumah Panggung Di Kampung Halaman karya Wilson Tjandinegara, Presiden Dari Negeri Pabrik karya Wowok Hesti Prabowo, penerbitan Jurnal Angkatan, antologi Angkatan 2000 dalam Sastra Indonesia, Sajak Klasik Dinasti Tang, Lelaki adalah Sebingkai Lukisan karya Jeanny Yap, Janji Berjumpa Di Pegunungan karya Ming Fang, buku 5 Tahun KSI: Antara Badai dan Hujan Kreatif, Perempuan Penyair Indonesia 2006, Menantimu Dalam Mimpi karya Kevin Zhang, Tuhan Adalah Perkara Karya Julius La Dossa, Romansa Pemintal Benang karya Khusnul Khuluqi. Selain kegiatan itu KSI juga menyelenggarakan pembinaan apresiasi sastra dan pemberian pemahaman tentang sastra kepada masyarakat, termasuk mayarakat sekolah. KSI juga mengadakan kegiatan penelitian pelbagai komunitas sastra di Jabotabek yang hasilnya adalah penerbitan buku bertajuk Pemetaan Komunitas Sastra di Jakarta. Ada lagi kegiatan yang lain seperti penyelenggaraan diskusi luar kota (Semarang, Yogyakarta, Surakarta, dan Surabaya), Debat Sastra dan Pertarungan Penyair Akhir Abad XX, memperingati hari puisi sedunia dengan menggelar acara pembacaan puisi di ruang terbuka Taman Martha Tiahahu dan di Terminal Blok M Jakarta Selatan. Mengadakan regenerasi sastrawan melalui sayembara penulisan karya sastra tingkat nasional dalam KSI Award (2001, 2002, dan 2003).

KSI Award 2001 berhasil menerbitkan antologi puisi yang berjudul Narasi 34 Jam; Antologi Puisi Antikekerasan KSI Award. Ksi Award 2002 berhasil menerbitkan karya yang berjudul Elegi Gerimis Pagi: Antologi Cerpen Mini KSI Award 2002. KSI Award 2003 adalah sayembara manuskrip puisi. KSI juga mengadakan sayembara penulisan cerpen tingkat nasional, pertunjukan karya sastra dan pemutaran film dokumenter tentang sastrawan, dan masih banyak lagi kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan oleh KSI. Termasuk penerbitan buku yang kesekian kalinya ini yang berjudul Komunitas Sastra Indonesia; Catatan Perjalanan.

Semua fenomena di atas berorientasi pada tindak penyuaraan identitas diri KSI dan jati diri KSI. Itu menunjukkan bahwa KSI benar-benar ada dan bereksistensi serta hidup. Sebab sesuatu dikatakan hidup apabila bereksistensi. Sedangkan sesuatu itu bereksistensi apabila ia memiliki inisiatif dan pergerakan. Ini senada dengan ungkapan Deskartes; Aku berfikir maka aku ada.

Dan saya kira, puncak dari usaha dalam menunjukkan identitas serta jati diri KSI adalah diterbitkannya buku yang berjudul Komunitas Sastra Indonesia; Catatan Perjalanan. Buku ini mengupas masalah perjalanan KSI saat bergelut dalam dunia sastra. Di dalamnya ada penjelasan tentang periode kepengurusan KSI mulai berdiri hingga periode 2006-2007. Selain itu juga menyajikan pahit getirnya fenomena kehidupan dalam dunia sastra. Masih banyak lagi cakupan lain yang kesemuanya dihadirkan dalam bentuk esai. Esai-esai tersebut kebanyakan bertumpu pada acara-acara diskusi yang telah diselenggarakan oleh KSI. Jelasnya mengarah pada eksistensi dan partisipasi KSI dalam membumisasikan sastra dan kepedulian sosial kemasyarakatan yang ada. Misalnya Sunami, Gempa Jogja, Banjir Besar, masalah buruh, & lain-lain. Di dalam buku itu juga disajikan karya-karya sastrawan jebolan KSI. Mulai dari karya-karya sastrawan regenerasi hingga sastrawan ternama yang tercakup di dalamnya (dalam bentuk cerpen dan puisi). Ini menunjukkan bahwa KSI bukan sekedar komunitas yang hanya bergerak membentuk kesadaran masyarakat dalam menghargai karya sastra namun ia juga berusaha menanam embrio ke-sastrawan-an.

Cukup jarang sebuah komunitas sanggup berjalan dan bereksistensi seperti itu. Apa lagi sanggup bertahan dan menjalankan kegiatanya selama itu (kurang lebih 12 tahun berjalan). Yang kebanyakan ada adalah berdiri dan hanya beberapa saat saja bertahan. Selanjutnya fakum sebab minimnya regenerasi dan pembiayaan operasional kegiatan. Bagi KSI, kemampuannya bertahan dan terus eksis hingga sekarang di tengah begitu mudahnya komunitas sastra tumbuh dan tumbang itu tak lepas dari kepercayaan yang besar terhadap keteduhan payung kekeluargaan. Keterbatasan dana, keterbatasan waktu yang dimiliki tak sedikit pengurus, dan keberagaman latar sosial anggota keluarga besar KSI seperti tak menjadi persoalan yang rumit ketika setiap kiprah selalu tak melupakan keinginan untuk bersilaturrahmi dan saling memahami. Perbedaan pendapat dan kesalahpahaman tentu tak terhindarkan. Walaupun mungkin masalah-masalah seperti itu ada yang tak terselesaikan secara tuntas, rasa persahabatan dan kekeluargaan yang besar akhirnya seperti menghapus semuanya dengan begitu saja seiring perjalanan waktu. Tentu saja, mereka yang tengah mencecap kemashuran juga berkenan mengangkat regenerasinya untuk tampil di muka.

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Azis Masyhuri A. Qorib Hidayatullah A.C. Andre Tanama A.S. Laksana Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi WM Abdul Malik Abdurrahman Wahid Abidah El Khalieqy Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Adi Prasetyo Afnan Malay Afrizal Malna Afthonul Afif Aguk Irawan M.N. Agus B. Harianto Agus Himawan Agus Noor Agus R. Sarjono Agus Sri Danardana Agus Sulton Agus Sunyoto Agus Wibowo Ahda Imran Ahmad Fatoni Ahmad Maltup SA Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad Suyudi Ahmad Syubbanuddin Alwy Ahmad Tohari Ahmad Y. Samantho Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhmad Sekhu Akmal Nasery Basral Alex R. Nainggolan Alexander G.B. Almania Rohmah Alunk Estohank Amalia Sulfana Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Aminullah HA Noor Andari Karina Anom Andi Nur Aminah Anes Prabu Sadjarwo Anindita S Thayf Anindita S. Thayf Anitya Wahdini Anton Bae Anton Kurnia Anung Wendyartaka Anwar Nuris Anwari WMK Aprinus Salam APSAS (Apresiasi Sastra) Indonesia Ardus M Sawega Arie MP Tamba Arief Budiman Ariel Heryanto Arif Saifudin Yudistira Arif Zulkifli Arifi Saiman Aris Kurniawan Arman A.Z. Arsyad Indradi Arti Bumi Intaran Ary Wibowo AS Sumbawi Asarpin Asbari N. Krisna Asep Salahudin Asep Sambodja Asti Musman Atep Kurnia Atih Ardiansyah Aulia A Muhammad Awalludin GD Mualif Aziz Abdul Gofar B. Nawangga Putra Badaruddin Amir Bagja Hidayat Bakdi Sumanto Balada Bale Aksara Bambang Agung Bambang Kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bedah Buku Beni Setia Benni Indo Benny Arnas Benny Benke Bentara Budaya Yogyakarta Berita Duka Berita Utama Bernando J Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Bonari Nabonenar Bre Redana Brunel University London Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiman S. Hartoyo Buku Kritik Sastra Bung Tomo Burhanuddin Bella Butet Kartaredjasa Cahyo Junaedy Cak Kandar Caroline Damanik Catatan Cecep Syamsul Hari Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Chavchay Saifullah Cornelius Helmy Herlambang D. Zawawi Imron Dad Murniah Dadang Sunendar Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Dante Alighieri David Krisna Alka Deddy Arsya Dedi Pramono Delvi Yandra Deni Andriana Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dewan Kesenian Lamongan (DKL) Dewey Setiawan Dewi Rina Cahyani Dewi Sri Utami Dian Hartati Diana A.V. Sasa Dianing Widya Yudhistira Dina Jerphanion Djadjat Sudradjat Djasepudin Djoko Pitono Djoko Saryono Dodiek Adyttya Dwiwanto Dody Kristianto Donny Anggoro Donny Syofyan Dony P. Herwanto Dorothea Rosa Herliany Dr Junaidi Dudi Rustandi Dwi Arjanto Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi S. Wibowo Dwicipta Dwijo Maksum E. M. Cioran E. Syahputra Egidius Patnistik Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Hendrawan Sofyan Eko Triono Elisa Dwi Wardani Ellyn Novellin Elokdyah Meswati Emha Ainun Nadjib Endro Yuwanto Eriyanti Erwin Edhi Prasetya Esai Evi Idawati F Dewi Ria Utari F. Dewi Ria Utari Fadlillah Malin Sutan Kayo Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fajar Alayubi Fakhrunnas MA Jabbar Fanani Rahman Faruk HT Fatah Yasin Noor Fatkhul Anas Fazabinal Alim Fazar Muhardi Felix K. Nesi Festival Sastra Gresik Fikri. MS Frans Ekodhanto Fransiskus X. Taolin Franz Kafka Fuad Nawawi Gabriel García Márquez Gde Artawa Geger Riyanto Gendhotwukir Gerakan Surah Buku (GSB) Ging Ginanjar Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gufran A. Ibrahim Gunoto Saparie Gusty Fahik H. Rosihan Anwar H.B. Jassin Hadi Napster Halim HD Halimi Zuhdy Hamdy Salad Hamsad Rangkuti Han Gagas Haris del Hakim Hary B Kori’un Hasan Junus Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Hasyuda Abadi Hawe Setiawan Helvy Tiana Rosa Hendra Makmur Hepi Andi Bastoni Herdiyan Heri KLM Heri Latief Heri Ruslan Herman Hasyim Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Herry Lamongan Heru Emka Hikmat Gumelar Holy Adib Hudan Hidayat Humam S Chudori I Nyoman Darma Putra I Nyoman Suaka I Tito Sianipar Ian Ahong Guruh IBM. Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi IDG Windhu Sancaya Iffah Nur Arifah Ignas Kleden Ignasius S. Roy Tei Seran Ignatius Haryanto Ignatius Liliek Ika Karlina Idris Ilham Khoiri Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indah S. Pratidina Indiar Manggara Indra Tranggono Indrian Koto Insaf Albert Tarigan Ipik Tanoyo Irine Rakhmawati Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Norman Istiqomatul Hayati Iswara N Raditya Iverdixon Tinungki Iwan Gunadi Iwan Nurdaya Djafar Jadid Al Farisy Jakob Sumardjo Jamal D. Rahman Jamrin Abubakar Janual Aidi Javed Paul Syatha Jay Am Jaya Suprana Jean-Paul Sartre JJ. Kusni Joanito De Saojoao Jodhi Yudono John Js Joko Pinurbo Joko Sandur Joni Ariadinata Jual Buku Paket Hemat Junaidi Abdul Munif Jusuf AN Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Katrin Bandel Kedung Darma Romansha Khairul Mufid Jr Ki Panji Kusmin Kingkin Puput Kinanti Kirana Kejora Ko Hyeong Ryeol Koh Young Hun Komarudin Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kritik Sastra Kurniawan Kuswaidi Syafi'ie Lathifa Akmaliyah Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember Lenah Susianty Leon Trotsky Linda Christanty Liza Wahyuninto Lona Olavia Lucia Idayani Luhung Sapto Nugroho Lukman Santoso Az Luky Setyarini Lusiana Indriasari Lutfi Mardiansyah M Syakir M. Faizi M. Fauzi Sukri M. Mustafied M. Yoesoef M.D. Atmaja M.H. Abid M.Harir Muzakki Made Wianta Mahmoud Darwish Mahmud Jauhari Ali Majalah Budaya Jejak Makmur Dimila Malkan Junaidi Maman S Mahayana Manneke Budiman Mardi Luhung Mardiyah Chamim Marhalim Zaini Maria Hartiningsih Mariana Amiruddin Martin Aleida Marwanto Mas Ruscitadewi Masdharmadji Mashuri Masuki M. Astro Media Dunia Sastra Media: Crayon on Paper Mega Vristian Melani Budianta Mezra E Pellondou MG. Sungatno Micky Hidayat Mikael Johani Mikhael Dua Misbahus Surur Moch Arif Makruf Mohamad Fauzi Mohamad Sobary Mohamed Nasser Mohamed Mohammad Takdir Ilahi Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Amin Muhammad Muhibbuddin Muhammad Nanda Fauzan Muhammad Qodari Muhammad Rain Muhammad Subarkah Muhammad Taufiqurrohman Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun AS Muhyidin Mujtahid Munawir Aziz Musa Asy’arie Musa Ismail Musfi Efrizal Mustafa Ismail Mustofa W Hasyim N. Mursidi Nafi’ah Al-Ma’rab Naqib Najah Narudin Pituin Naskah Teater Nasru Alam Aziz Nelson Alwi Neni Ridarineni Nezar Patria Ni Made Purnamasari Ni Putu Rastiti Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Noval Jubbek Novelet Nunung Nurdiah Nur Utami Sari’at Kurniati Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurhadi BW Obrolan Odhy`s Okta Adetya Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Orhan Pamuk Otto Sukatno CR Pablo Neruda Patricia Pawestri PDS H.B. Jassin Pipiet Senja Pramoedya Ananta Toer Pranita Dewi Prosa Proses Kreatif Puisi Puisi Pertemuan Mahasiswa Puji Santosa Pustaka Bergerak PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Setia Putu Wijaya R. Timur Budi Raja Radhar Panca Dahana Rahmah Maulidia Rahmi Hattani Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rambuana Ramzah Dambul Raudal Tanjung Banua Redhitya Wempi Ansori Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Revolusi Ria Febrina Rialita Fithra Asmara Ribut Wijoto Richard Strauss Rida K Liamsi Riduan Situmorang Ridwan Munawwar Galuh Riki Dhamparan Putra Rina Mahfuzah Nst Rinto Andriono Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Rita Zahara Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Roland Barthes Romi Zarman Romo Jansen Boediantono Rosidi Ruslani S Prana Dharmasta S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabine Müller Sabrank Suparno Safitri Ningrum Saiful Amin Ghofur Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Sartika Dian Nuraini Sastra Using Satmoko Budi Santoso Saut Poltak Tambunan Saut Situmorang Sayuri Yosiana Sayyid Madany Syani Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) Sem Purba Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Shiny.ane el’poesya Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sindu Putra Siti Mugi Rahayu Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Slamet Rahardjo Rais Soeprijadi Tomodihardjo Sofyan RH. Zaid Sohifur Ridho’i Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sonya Helen Sinombor Sosiawan Leak Sri Rominah Sri Wintala Achmad St. Sularto STKIP PGRI Ponorogo Subagio Sastrowardoyo Sudarmoko Sudaryono Sudirman Sugeng Satya Dharma Suhadi Sujiwo Tedjo Sukar Suminto A. Sayuti Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Suryadi Suryanto Sastroatmodjo Susilowati Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Sutrisno Buyil Syaifuddin Gani Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Th. Sumartana Theresia Purbandini Tia Setiadi Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto TS Pinang Tu-ngang Iskandar Tulus Wijanarko Udo Z. Karzi Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Urwatul Wustqo Usman Arrumy Usman Awang UU Hamidy Vinc. Kristianto Batuadji Vladimir I. Braginsky W.S. Rendra Wahib Muthalib Wahyu Utomo Wardjito Soeharso Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Weni Suryandari Wiko Antoni Wina Karnie Winarta Adisubrata Wiwik Widayaningtias Yanto le Honzo Yanuar Widodo Yetti A. KA Yohanes Sehandi Yudhis M. Burhanudin Yukio Mishima Yulhasni Yuli Yulia Permata Sari Yurnaldi Yusmar Yusuf Yusri Fajar Yuswinardi Yuval Noah Harari Zaki Zubaidi Zakky Zulhazmi Zawawi Se Zen Rachmat Sugito Zuriati