Rabu, 03 Desember 2008

Lembaga Penerjemahan Sastra, Sebuah Alternatif

Anton Kurnia
http://www.sinarharapan.co.id/

Bisa jadi banyak karya sastra—novel, cerpen, puisi, lakon—karya para pengarang dunia tak akan pernah dapat dinikmati oleh sebagian besar khalayak kita jika tak ada para penerjemah yang menerjemahkannya ke dalam bahasa Indonesia. Dalam hal ini, andil para penerjemah sangat besar.

Pushkin, sastrawan ternama Rusia itu, suatu kali mengibaratkan para penerjemah sebagai ”kurir sastra.” Pujian paling tinggi untuk para penerjemah mungkin diucapkan oleh pemenang Hadiah Nobel Sastra 1998, José Saramago. Ia mengatakan, para pengarang hanya menulis karya sastra dalam bahasa ibunya, tetapi sesungguhnya sastra dunia adalah ciptaan para penerjemah.

Di negeri kita, para sastrawan terkemuka dalam sejarah sastra kita pada dasarnya adalah para penerjemah yang berhasil menarik manfaat dari karya sastra dunia. Sebut misalnya Pramoedya Ananta Toer yang menerbitkan terjemahan novel Maxim Gorky, Leo Tolstoy, Mikhail Sholokov dan John Steinbeck sebelum kemudian menulis tetralogi Bumi Manusia yang oleh para kritikus sastra dunia dianggap sebagai salah satu novel serial paling berhasil dalam khazanah sastra pascakolonial.

Persoalan selanjutnya, seperti yang belakangan ini ramai diperbincangkan di tengah maraknya arus penerjemahan karya sastra di negeri kita, bagaimanakah caranya menghasilkan karya terjemahan yang baik?

Sekian banyak pendapat telah dipaparkan mengenai persoalan kualitas terjemahan kita, baik yang bersifat konstruktif, maupun yang hanya cenderung menghujat tanpa menawarkan solusi. Sehubungan dengan persoalan kualitas terjemahan kita—khususnya terjemahan sastra, ada baiknya kita berkaca pada pengalaman bangsa lain yang memiliki peradaban literer lebih maju.

BERKAITAN dengan soal ini, di Jerman dibentuk Lembaga Penerjemahan Eropa di Straelen, sebuah kota di negara bagian Nordrhein-Westfalen, yang kini telah berusia lebih dari seperempat abad.

Bagi para penerjemah, Lembaga Penerjemahan Eropa ini ibarat surga di bumi. Bayangkan saja, lembaga ini memiliki perpustakaan raksasa dengan lebih 110.000 jilid buku dalam lebih 275 bahasa dan dialek. Para penerjemah dapat dengan leluasa membaca buku-buku yang diperlukan, mencari referensi dan bahan pustaka. Selain itu, mereka dapat berbincang-bincang dan bertukar pikiran dengan rekan-rekan seprofesi dari berbagai negara di Eropa. Lembaga ini bertempat di lima buah rumah kuno bergaya arsitektur antik Fachwerkhaus. Juga tersedia 20 apartemen, lengkap dengan komputer dan kamar kerja plus akses internet cuma-cuma bagi para penerjemah yang diundang. Di gedung lainnya, sepanjang tahun diselenggarakan aneka seminar tentang penerjemahan dengan para peserta dari berbagai negara.

Lembaga ini mungkin bisa disebut bank data hidup terbesar di dunia dalam bidang penerjemahan. Tak jarang para penerjemah sampai larut malam, bahkan semalam suntuk, mengadakan diskusi mengenai terjemahan yang sesuai dengan makna naskah asli tanpa kehilangan keindahannya. Para penerjemah asal Jerman, misalnya, membantu rekan-rekannya dari negara lain untuk memahami naskah para sastrawan negerinya seperti Goethe atau Gunter Grass. Sebaliknya, para penerjemah dari Rusia dapat membantu dalam soal terjemahan naskah para pengarang terkemuka mereka, seperti Dostoyevski, Gogol atau Tolstoy.

PAKAR bahasa Mikhail Rudnitzky yang berasal dari Rusia menggambarkan proses penerjemahan seperti seseorang yang harus melukiskan sebuah rumah indah di negara lain, sementara di negaranya sendiri rumah dengan arsitektur seperti itu tidak ada, bahkan seluruh keadaan alamnya pun berbeda. Inilah salah satu masalah bagi para penerjemah, yakni memindahkan gambaran dengan kata-kata ke dalam bahasa sasaran dengan sejumlah acuan yang terkadang kurang dikuasainya, termasuk penguasaan atas ungkapan khas suatu bahasa dan latar belakang suatu karya yang berkaitan dengan aspek-aspek sejarah, sosiologis dan budaya.

Mikhail Rudnitzky pernah menjabat sebagai Translator in Residence, semacam direktur, di Lembaga Penerjemahan Eropa. Ia aktif mengadakan ceramah di berbagai kota di Jerman. Di sejumlah sekolah, universitas dan lembaga-lembaga sastra, ia menjelaskan berbagai masalah dan kendala yang dihadapi oleh para penerjemah. Rudnitzky juga berkeinginan menarik simpati bagi profesi penerjemah yang di seluruh dunia kurang diperhatikan. Honor seorang penerjemah biasanya kecil, sedangkan publik pembaca baru menyadari karya si penerjemah kalau terjemahannya jelek. Menurut Rudnitzky, itu tidak adil. Baginya, pekerjaan penerjemah sebenarnya hanya dalam satu hal saja berbeda dengan pekerjaan seorang pengarang: ia tidak boleh mengarang sendiri. Namun, ada kalanya penggunaan kata dan ungkapan dalam teks terjemahan jauh lebih bagus daripada dalam teks asli yang ditulis oleh pengarangnya.

Selain Mikhail Rudnitzky, di lembaga itu ada Liubomir Iliev asal Bulgaria yang terkenal sebagai penerjemah karya besar Goethe, Faust. Sejak tahun 1987, Iliev telah menerjemahkan puluhan buku dari bahasa Jerman ke dalam bahasa Bulgaria. Iliev mengatakan, para penerjemah sebenarnya adalah para pengalih bahasa yang berperan besar dalam perkembangan sastra dunia. Menurutnya, diperlukan dukungan yang luas bagi profesi penerjemah yang besar tanggung jawabnya, tapi sering tidak mendapatkan perhatian. Dukungan itu diharapkan datang bukan saja dari pemerintah, tapi juga dari berbagai unsur yang berkepentingan dengan tugas para penerjemah, seperti para penerbit, pembaca dan kalangan akademisi.

Salah satu tugas lembaga penerjemahan di Straelen yang didanai oleh pemerintah Jerman, Uni Eropa dan berbagai yayasan ini adalah juga mengupayakan pemberian penghargaan yang wajar kepada para penerjemah. Namun, kontribusi utama lembaga ini tak dapat diukur dengan uang. Di lembaga ini, para penerjemah berbagai bahasa berkumpul, berdiskusi membahas proses kerja, sekaligus meningkatkan komunikasi dan saling pengertian demi terciptanya karya terjemahan yang baik.

LALU, bagaimana dengan kita di sini? Saya kira, daripada terus menerus saling menghujat dan menyalahkan, untuk memperbaiki kualitas karya terjemahan kita perlu dipertimbangkan pembentukan lembaga penerjemahan. Seperti halnya lembaga serupa di Jerman, meski dalam skala yang berbeda, lembaga ini nantinya bertugas membantu dan memperbaiki kemampuan para penerjemah—khususnya para penerjemah sastra—dari berbagai bahasa ke bahasa Indonesia dalam menjalankan tugasnya.

Pembentukan serta pengelolaan lembaga ini hendaknya merupakan kerja sama antara pemerintah, berbagai kelompok praktisi penerjemahan, kalangan akademisi, para penerbit dan kaum sastrawan dengan melibatkan berbagai lembaga kebudayaan dalam dan luar negeri. Untuk kepentingan penerjemahan dalam bidang-bidang lainnya yang berkaitan dengan disiplin ilmu tertentu, bisa dibentuk pula lembaga serupa yang melibatkan para pakar bahasa dan para ahli dalam bidang yang bersangkutan.

Upaya kolektif yang melibatkan berbagai pihak ini diharapkan mampu memberikan sumbangan berarti bagi kualitas penerjemahan sastra di negeri kita. Sebab, karya terjemahan yang baik bagaimanapun amat kita perlukan. Karya terjemahan adalah jembatan untuk menggali khazanah sastra dunia dan memahami budaya bangsa lain tanpa terhalang perbedaan bahasa, selain untuk mempelajari pengetahuan baru yang bakal memperkaya hidup kita.

*) Penulis adalah penerjemah karya sastra.

1 komentar:

andreas iswinarto mengatakan...

kawan, berdasarkan penelusuran yang saya lakukan terdapat 68 buku terjemahan Indonesia karya 20 orang pemenang hadiah nobel sastra. lebih lanjut silah kunjung http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/02/karya-karya-terjemahan-pemenang-nobel.html

semoga info ini berguna.

A Rodhi Murtadho A. Azis Masyhuri A. Qorib Hidayatullah A.C. Andre Tanama A.S. Laksana Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi WM Abdul Malik Abdurrahman Wahid Abidah El Khalieqy Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Adi Prasetyo Afnan Malay Afrizal Malna Afthonul Afif Aguk Irawan M.N. Agus B. Harianto Agus Himawan Agus Noor Agus R. Sarjono Agus Sri Danardana Agus Sulton Agus Sunyoto Agus Wibowo Ahda Imran Ahmad Fatoni Ahmad Maltup SA Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad Suyudi Ahmad Syubbanuddin Alwy Ahmad Tohari Ahmad Y. Samantho Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhmad Sekhu Akmal Nasery Basral Alex R. Nainggolan Alexander G.B. Almania Rohmah Alunk Estohank Amalia Sulfana Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Aminullah HA Noor Andari Karina Anom Andi Nur Aminah Anes Prabu Sadjarwo Anindita S Thayf Anindita S. Thayf Anitya Wahdini Anton Bae Anton Kurnia Anung Wendyartaka Anwar Nuris Anwari WMK Aprinus Salam APSAS (Apresiasi Sastra) Indonesia Ardus M Sawega Arie MP Tamba Arief Budiman Ariel Heryanto Arif Saifudin Yudistira Arif Zulkifli Arifi Saiman Aris Kurniawan Arman A.Z. Arsyad Indradi Arti Bumi Intaran Ary Wibowo AS Sumbawi Asarpin Asbari N. Krisna Asep Salahudin Asep Sambodja Asti Musman Atep Kurnia Atih Ardiansyah Aulia A Muhammad Awalludin GD Mualif Aziz Abdul Gofar B. Nawangga Putra Badaruddin Amir Bagja Hidayat Bakdi Sumanto Balada Bale Aksara Bambang Agung Bambang Kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bedah Buku Beni Setia Benni Indo Benny Arnas Benny Benke Bentara Budaya Yogyakarta Berita Duka Berita Utama Bernando J Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Bonari Nabonenar Bre Redana Brunel University London Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiman S. Hartoyo Buku Kritik Sastra Bung Tomo Burhanuddin Bella Butet Kartaredjasa Cahyo Junaedy Cak Kandar Caroline Damanik Catatan Cecep Syamsul Hari Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Chavchay Saifullah Cornelius Helmy Herlambang D. Zawawi Imron Dad Murniah Dadang Sunendar Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Dante Alighieri David Krisna Alka Deddy Arsya Dedi Pramono Delvi Yandra Deni Andriana Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dewan Kesenian Lamongan (DKL) Dewey Setiawan Dewi Rina Cahyani Dewi Sri Utami Dian Hartati Diana A.V. Sasa Dianing Widya Yudhistira Dina Jerphanion Djadjat Sudradjat Djasepudin Djoko Pitono Djoko Saryono Dodiek Adyttya Dwiwanto Dody Kristianto Donny Anggoro Donny Syofyan Dony P. Herwanto Dorothea Rosa Herliany Dr Junaidi Dudi Rustandi Dwi Arjanto Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi S. Wibowo Dwicipta Dwijo Maksum E. M. Cioran E. Syahputra Egidius Patnistik Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Hendrawan Sofyan Eko Triono Elisa Dwi Wardani Ellyn Novellin Elokdyah Meswati Emha Ainun Nadjib Endro Yuwanto Eriyanti Erwin Edhi Prasetya Esai Evi Idawati F Dewi Ria Utari F. Dewi Ria Utari Fadlillah Malin Sutan Kayo Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fajar Alayubi Fakhrunnas MA Jabbar Fanani Rahman Faruk HT Fatah Yasin Noor Fatkhul Anas Fazabinal Alim Fazar Muhardi Felix K. Nesi Festival Sastra Gresik Fikri. MS Frans Ekodhanto Fransiskus X. Taolin Franz Kafka Fuad Nawawi Gabriel García Márquez Gde Artawa Geger Riyanto Gendhotwukir Gerakan Surah Buku (GSB) Ging Ginanjar Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gufran A. Ibrahim Gunoto Saparie Gusty Fahik H. Rosihan Anwar H.B. Jassin Hadi Napster Halim HD Halimi Zuhdy Hamdy Salad Hamsad Rangkuti Han Gagas Haris del Hakim Hary B Kori’un Hasan Junus Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Hasyuda Abadi Hawe Setiawan Helvy Tiana Rosa Hendra Makmur Hepi Andi Bastoni Herdiyan Heri KLM Heri Latief Heri Ruslan Herman Hasyim Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Herry Lamongan Heru Emka Hikmat Gumelar Holy Adib Hudan Hidayat Humam S Chudori I Nyoman Darma Putra I Nyoman Suaka I Tito Sianipar Ian Ahong Guruh IBM. Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi IDG Windhu Sancaya Iffah Nur Arifah Ignas Kleden Ignasius S. Roy Tei Seran Ignatius Haryanto Ignatius Liliek Ika Karlina Idris Ilham Khoiri Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indah S. Pratidina Indiar Manggara Indra Tranggono Indrian Koto Insaf Albert Tarigan Ipik Tanoyo Irine Rakhmawati Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Norman Istiqomatul Hayati Iswara N Raditya Iverdixon Tinungki Iwan Gunadi Iwan Nurdaya Djafar Jadid Al Farisy Jakob Sumardjo Jamal D. Rahman Jamrin Abubakar Janual Aidi Javed Paul Syatha Jay Am Jaya Suprana Jean-Paul Sartre JJ. Kusni Joanito De Saojoao Jodhi Yudono John Js Joko Pinurbo Joko Sandur Joni Ariadinata Jual Buku Paket Hemat Junaidi Abdul Munif Jusuf AN Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Katrin Bandel Kedung Darma Romansha Khairul Mufid Jr Ki Panji Kusmin Kingkin Puput Kinanti Kirana Kejora Ko Hyeong Ryeol Koh Young Hun Komarudin Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kritik Sastra Kurniawan Kuswaidi Syafi'ie Lathifa Akmaliyah Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember Lenah Susianty Leon Trotsky Linda Christanty Liza Wahyuninto Lona Olavia Lucia Idayani Luhung Sapto Nugroho Lukman Santoso Az Luky Setyarini Lusiana Indriasari Lutfi Mardiansyah M Syakir M. Faizi M. Fauzi Sukri M. Mustafied M. Yoesoef M.D. Atmaja M.H. Abid M.Harir Muzakki Made Wianta Mahmoud Darwish Mahmud Jauhari Ali Majalah Budaya Jejak Makmur Dimila Malkan Junaidi Maman S Mahayana Manneke Budiman Mardi Luhung Mardiyah Chamim Marhalim Zaini Maria Hartiningsih Mariana Amiruddin Martin Aleida Marwanto Mas Ruscitadewi Masdharmadji Mashuri Masuki M. Astro Media Dunia Sastra Media: Crayon on Paper Mega Vristian Melani Budianta Mezra E Pellondou MG. Sungatno Micky Hidayat Mikael Johani Mikhael Dua Misbahus Surur Moch Arif Makruf Mohamad Fauzi Mohamad Sobary Mohamed Nasser Mohamed Mohammad Takdir Ilahi Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Amin Muhammad Muhibbuddin Muhammad Nanda Fauzan Muhammad Qodari Muhammad Rain Muhammad Subarkah Muhammad Taufiqurrohman Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun AS Muhyidin Mujtahid Munawir Aziz Musa Asy’arie Musa Ismail Musfi Efrizal Mustafa Ismail Mustofa W Hasyim N. Mursidi Nafi’ah Al-Ma’rab Naqib Najah Narudin Pituin Naskah Teater Nasru Alam Aziz Nelson Alwi Neni Ridarineni Nezar Patria Ni Made Purnamasari Ni Putu Rastiti Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Noval Jubbek Novelet Nunung Nurdiah Nur Utami Sari’at Kurniati Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurhadi BW Obrolan Odhy`s Okta Adetya Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Orhan Pamuk Otto Sukatno CR Pablo Neruda Patricia Pawestri PDS H.B. Jassin Pipiet Senja Pramoedya Ananta Toer Pranita Dewi Prosa Proses Kreatif Puisi Puisi Pertemuan Mahasiswa Puji Santosa Pustaka Bergerak PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Setia Putu Wijaya R. Timur Budi Raja Radhar Panca Dahana Rahmah Maulidia Rahmi Hattani Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rambuana Ramzah Dambul Raudal Tanjung Banua Redhitya Wempi Ansori Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Revolusi Ria Febrina Rialita Fithra Asmara Ribut Wijoto Richard Strauss Rida K Liamsi Riduan Situmorang Ridwan Munawwar Galuh Riki Dhamparan Putra Rina Mahfuzah Nst Rinto Andriono Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Rita Zahara Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Roland Barthes Romi Zarman Romo Jansen Boediantono Rosidi Ruslani S Prana Dharmasta S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabine Müller Sabrank Suparno Safitri Ningrum Saiful Amin Ghofur Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Sartika Dian Nuraini Sastra Using Satmoko Budi Santoso Saut Poltak Tambunan Saut Situmorang Sayuri Yosiana Sayyid Madany Syani Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) Sem Purba Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Shiny.ane el’poesya Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sindu Putra Siti Mugi Rahayu Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Slamet Rahardjo Rais Soeprijadi Tomodihardjo Sofyan RH. Zaid Sohifur Ridho’i Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sonya Helen Sinombor Sosiawan Leak Sri Rominah Sri Wintala Achmad St. Sularto STKIP PGRI Ponorogo Subagio Sastrowardoyo Sudarmoko Sudaryono Sudirman Sugeng Satya Dharma Suhadi Sujiwo Tedjo Sukar Suminto A. Sayuti Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Suryadi Suryanto Sastroatmodjo Susilowati Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Sutrisno Buyil Syaifuddin Gani Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Th. Sumartana Theresia Purbandini Tia Setiadi Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto TS Pinang Tu-ngang Iskandar Tulus Wijanarko Udo Z. Karzi Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Urwatul Wustqo Usman Arrumy Usman Awang UU Hamidy Vinc. Kristianto Batuadji Vladimir I. Braginsky W.S. Rendra Wahib Muthalib Wahyu Utomo Wardjito Soeharso Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Weni Suryandari Wiko Antoni Wina Karnie Winarta Adisubrata Wiwik Widayaningtias Yanto le Honzo Yanuar Widodo Yetti A. KA Yohanes Sehandi Yudhis M. Burhanudin Yukio Mishima Yulhasni Yuli Yulia Permata Sari Yurnaldi Yusmar Yusuf Yusri Fajar Yuswinardi Yuval Noah Harari Zaki Zubaidi Zakky Zulhazmi Zawawi Se Zen Rachmat Sugito Zuriati