
Sigit Susanto
Novel-novel bahasa Jerman bekas itu paling sering bertemu nama Heinrich Böll, Hermann Hesse, Erich Kästner, Günter Grass, Gabriel Garcia Marquez, Neruda, Albert Camus, Sartre, Paulo Coelho, Flaubert, Hemingway, Murakami, deg...nyelempit Mochtar Lubis berjudul: Dämmerung in Djakarta (Senja di Jakarta). Buku itu aku cabut dari deret rak buku, aku elus sampulnya, kuambil. Beberapa bulan berikutnya, deg kedua, ada novel Garten der Menschheit (Bumi Manusia) karya Pramoedya, aku cabut dari rak buku dan aku usap sampulnya, diambil. Berbulan-bulan berikutnya deg ketiga, Kind alles Völker (Anak Semua Bangsa) dari Pramoedya lagi, kucabut lagi dan dibasuh sampulnya dan kuambil. Satu tahun berikutnya Deg keempat, Footsteeps (Jejak Langkah) bahasa Inggris terjemahan Max Lane dari Pramoedya lagi, aku cabut dan usap sampulnya, diambil. Setahun lalu deg kelima, Tigermann karya Eka Kurniawan, aku cabut dan basuh sampulnya, kuambil. Untuk Tigermann (Lelaki Harimau) ini aku sudah diberi oleh Eka sendiri saat di Book-Fair di Frankfurt 2015 dan berujung novel tersebut kami bedah dalam 3 bahasa: Indonesia, Inggris dan Jerman pada acara Kemah Sastra ke IV di gunung Medini Kendal.
Zug, 5 Mei 2021
Tidak ada komentar:
Posting Komentar