[Pengarah gaya: Freddy Martin, Fotografer: Iyok Manggabarani]
Linda Christanty
Rubrik "Dunia Pria", Majalah Dewi, Mei 2015
Ia tak kenal lelah memperjuangkan demokrasi hingga kebebasan pers dan kini ikut memimpin CNN Indonesia.
UCAPAN CARL SAGAN DALAM PALE BLUE DOT, buku yang ditulis kosmolog Amerika itu, membuatnya terkesan. “Bumi kita kalau ditatap dari luar angkasa hanya titik biru pucat di tengah alam semesta, tapi di sana segala dendam, cemburu, dengki, sakit hati, perang, dusta berlangsung dengan gilanya." Nezar Patria, wakil pemimpin redaksi CNN Indonesia, mengulangi kembali ucapan tersebut dalam perbincangan kami akhir tahun lalu di kantornya di kawasan Mampang, Jakarta Selatan. Penampilannya rapi, meski santai. Kemeja hitam, celana jins, sepatu kulit. Selain gemar membaca buku-buku sejarah, politik, dan sastra, ia peduli terhadap hal-ikhwal alam semesta dan masa depan ras manusia. Kehidupannya di bumi telah membuktikan kata-kata Sagan. Beberapa kali ia berada di tengah pusaran konflik atau kegilaan perang.
Sebelas tahun lalu, ia dan empat rekan wartawan terperangkap perseteruan dua institusi bersenjata,Tentara Nasional Indonesia dan Gerakan Aceh Merdeka, di kala Aceh berstatus darurat militer. Demi kelancaran proses pembebasan seorang juru kamera televisi nasional yang disandera GAM, mereka rela menjadi jaminan untuk dibawa ke markas para gerilyawan. Di puncak bukit Peudawa, Aceh Timur, ia baru menyadari betapa besar risiko dari keputusan mereka saat menyaksikan ribuan prajurit TNI bergerak melingkari lereng bukit, berlapis-lapis, membentuk formasi pengepungan. Sementara kekuatan GAM hampir setara. Namun, para wartawan 75 media tidak putus asa mendesak militer memperpanjang gencatan senjata. Solidaritas ini berpengaruh. Pertempuran tidak terjadi. Kesepakatan pun tercapai. Trauma? “Tidak. Tapi khawatir terjadi apa- apa, karena istri waktu itu sedang mengandung anak kedua kami,” katanya. Putri sulungnya baru berusia tiga tahun.
Peristiwa Peudawa bukan pengalaman pertama Nezar dengan bahaya. Pada 13 Maret 1998 ia ditangkap melalui sebuah operasi Komando Pasukan Khusus dan disekap dalam penjara rahasia sebagai musuh Orde Baru. Suatu hari ia mendengar suara pistol dikokang. Waktunya sudah dekat. Tapi keadaan tiba-tiba berubah. Para penculik memperoleh instruksi lain. Soeharto ternyata mengundurkan diri sebagai presiden di bulan Mei 1998. Sebulan kemudian ia dibebaskan.
Pasca Soeharto, ia menekuni jurnalisme, mewujudkan cita-citanya waktu kecil. Ayahnya juga wartawan, sehingga dunia itu terasa akrab. Salah satu elemen jurnalisme bahkan sejalan dengan praktik para aktivis, yaitu memantau kekuasaan dan menjadi penyambung lidah mereka yang tertindas.
Kehadirannya di bumi 44 tahun silam sebuah karunia. Ia menikmati masa kecil di antara keriuhan pasar dan ketenangan kampung dalam kota Banda Aceh. Ia hanya menyendiri untuk membaca buku. Perpustakaan adalah tempat yang paling diingatnya. Rasa ingin tahu telah menggiring Nezar pada sejarah untuk pertama kali saat ia membuka sebuah lemari besar di sekolah. Kertas-kertas kuning bertuliskan aksara kanji ada di lemari itu. “Guruku akhirnya bercerita dulu SMP kami milik perkumpulan Tionghoa. Mereka terlibat partai komunis, sehingga pemerintah mengambil alih sekolah,” kisahnya.
Pada pertengahan 1980-an, ladang gas ditemukan di Lhokseumawe, Aceh Utara. Perusahaan multinasional gencar mengeksplorasi, tapi hasil dari gas tidak memperbaiki taraf hidup mayoritas orang Aceh. Konflik GAM, kelompok perlawanan bersenjata, dan pemerintah Indonesia mulai memanas. Ia mengenang, “Waktu SD aku melihat poster orang-orang yang dicari, dipasang di balai desa, kantor-kantor, dan dinding sekolah. Tapi membicarakannya tabu."
Kegemarannya membaca seiring dengan kesenangan menulis. Ketika SMA, ia meraih juara pertama lomba menulis tingkat nasional yang diselenggarakan suratkabar Suara Karya. Tulisannya Tapak Tuan Padamu Negeri menyisihkan 3.200-an tulisan lain. Ia bangga, "Hadiahnya dari tiga menteri. Menteri pendidikan, menteri pemuda dan olah raga, dan menteri pariwisata. Fuad Hassan, Akbar Tanjung dan Joop Ave. Aku bertemu mereka." Kemenangan itu menerbangkannya ke Jakarta untuk pertama kali. SMA seluruh Aceh gempar.
Novel-novel Iwan Simatupang telah mempertemukan Nezar dengan filsafat, “Ceritanya membuat kita berpikir. Ada yang bilang dia tertarik pada eksistensialisme. Ternyata itu filsafat. Aku jadi ingin tahu apa itu filsafat." Dari ujung barat Sumatra, ia hijrah ke Pulau Jawa untuk kuliah di Fakultas Filsafat, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Ia lantas aktif dalam pers mahasiswa dan kelompok diskusi, yang memberi akses untuk mengetahui fakta di balik bermacam peristiwa sejarah yang tabu dibicarakan.
Pemerintah di masa itu menghalangi kebebasan berpendapat. Media disensor. Demonstrasi massa dihadapi dengan senjata. Orang-orang kritis ditahan. Awalnya ia ikut aksi-aksi kampus, seperti memprotes kenaikan uang kuliah. Lama-kelamaan, ia berjuang untuk rakyat. Pada 1993, mahasiswa sejumlah perguruan tinggi di Indonesia melakukan aksi bersama petani di Blangguan, Jawa Timur. Marinir menembak ladang-ladang jagung dengan mortir, karena menganggap itu lahan mereka. Banyak temannya tertangkap pasca aksi tersebut, tapi ia lolos dan mengirim kronologi peristiwa itu ke media massa. Suratkabar Kompas berani memuat. “Dampaknya besar. IGGI langsung menangguhkan dana untuk militer Indonesia,” kenangnya. IGGI (Intergovernmental Group on Indonesia) digagas Amerika Serikat dan berdiri pada 1967 untuk mengatur dana multilateral kepada Indonesia.
Menyadari fungsi organisasi sebagai wadah pendidikan serta penggalangan solidaritas, ia turut mendirikan Persatuan Rakyat Demokratik pada 2 Mei 1994. Dua tahun kemudian, pada 15 April 1996, organisasi ini berubah menjadi Partai Rakyat Demokratik, oposisi terpenting dan radikal di masa puncak Orde Baru. Baginya, masa itu tak kunjung pergi, tapi menghantui. Empat temannya masih hilang. Padahal Tim Mawar yang dulu menculiknya sudah dihukum. Lima tahun setelah reformasi, ia bahkan mewawancarai Prabowo Subianto, bekas komandan jenderal Kopassus, tentang peristiwa Mei 1998, "Tapi tentang penculikan, dia tidak mau bicara dan katanya, dia tidak boleh lagi bicara."
Setelah bekerja setahun di majalah DR, Nezar direkrut majalah Tempo. Pada 2003 ia menerima Journalism for Tolerance Prize dari International Federation of Journalist di Manila, Filipina, untuk liputan investigasi kerusuhan Mei 1998 yang dimuat Tempo. Tujuh tahun ia bekerja di situ, lalu cuti untuk menyelesaikan master di bidang sejarah internasional di London School of Economics and Political Science. Selama kuliah di London, ia takjub menyaksikan kemajuan media digital, "Indonesia jauh tertinggal." Bersama beberapa teman, Nezar meninggalkan Tempo pada 2008. Mereka mendirikan Vivanews, sebuah portal berita. Ia menjabat redaktur pelaksana. Dalam empat tahun, Vivanews menjadi tiga portal berita terbesar di Indonesia. Ia malah hengkang dari media tersebut, "Pemiliknya ingin mengarahkan berita untuk kepentingan salah satu kandidat presiden tahun lalu." Tak berapa lama ia bergabung dengan CNN Indonesia, juga portal berita. “Internet merupakan basis dari revolusi teknologi dan komunikasi, membuat peradaban bergerak lebih cepat. Interaksi antar individu, warga, dan bangsa, kian luas, tanpa batas,” kata lelaki, yang pernah menjabat ketua umum Aliansi Jurnalis Independen dan sekarang anggota Dewan Pers. Bagaimana nasib media cetak? Jawabannya realistis, “Berita koran akan makin indepth, majalah akan menukik lebih dalam untuk memberikan latar belakang satu peristiwa. Sirkulasinya akan terus turun, tapi tetap beredar di lingkaran pembaca yang menginginkan informasi khas.”
Media sangat memengaruhi pendapat umum dan kebijakan, sehingga tanggung jawab jurnalisme tidak ringan. Kebebasan berekspresi harus dibedakan dari provokasi. Ia mengkritik tabloid Charlie Hebdo yang memuat kartun Nabi Muhammad, meski mengutuk penembakan brutal di kantor tabloid itu di Paris awal Januari lalu, “Charlie Hebdo mencampur fakta dengan opini. Ini kebebasan yang keji, yang merendahkan kaum minoritas dengan mengolok-olok kepercayaan dan simbol agama mereka, bahkan bisa tergelincir ke arah rasisme, karena memproyeksikan Islam sebagai stereotip agama teroris.“ Dua belas orang meninggal dunia dalam insiden itu, termasuk dua penembaknya, yaitu orang- orang Perancis keturunan Aljazair.
Meski ancaman asteroid terhadap bumi meresahkannya bila teringat masa dinosaurus punah, ia menyaksikan kebanyakan nasib manusia justru ditentukan ulah mereka sendiri. Ia telah membuktikan bahwa tiap upaya mengatasi masalah dan bahaya adalah karena hidup ini berharga.
(LINDA CHRISTANTY)
https://www.facebook.com/notes/linda-christanty/menjelajah-alam-semesta-nezar-patria-oleh-linda-christanty/10152727380096496/
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
A Rodhi Murtadho
A. Azis Masyhuri
A. Qorib Hidayatullah
A.C. Andre Tanama
A.S. Laksana
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Hadi WM
Abdul Malik
Abdurrahman Wahid
Abidah El Khalieqy
Acep Iwan Saidi
Acep Zamzam Noor
Adi Prasetyo
Afnan Malay
Afrizal Malna
Afthonul Afif
Aguk Irawan M.N.
Agus B. Harianto
Agus Himawan
Agus Noor
Agus R. Sarjono
Agus Sri Danardana
Agus Sulton
Agus Sunyoto
Agus Wibowo
Ahda Imran
Ahmad Fatoni
Ahmad Maltup SA
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Musthofa Haroen
Ahmad Suyudi
Ahmad Syubbanuddin Alwy
Ahmad Tohari
Ahmad Y. Samantho
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ajip Rosidi
Akhmad Sekhu
Akmal Nasery Basral
Alex R. Nainggolan
Alexander G.B.
Almania Rohmah
Alunk Estohank
Amalia Sulfana
Amien Wangsitalaja
Aming Aminoedhin
Aminullah HA Noor
Andari Karina Anom
Andi Nur Aminah
Anes Prabu Sadjarwo
Anindita S Thayf
Anindita S. Thayf
Anitya Wahdini
Anton Bae
Anton Kurnia
Anung Wendyartaka
Anwar Nuris
Anwari WMK
Aprinus Salam
APSAS (Apresiasi Sastra) Indonesia
Ardus M Sawega
Arie MP Tamba
Arief Budiman
Ariel Heryanto
Arif Saifudin Yudistira
Arif Zulkifli
Arifi Saiman
Aris Kurniawan
Arman A.Z.
Arsyad Indradi
Arti Bumi Intaran
Ary Wibowo
AS Sumbawi
Asarpin
Asbari N. Krisna
Asep Salahudin
Asep Sambodja
Asti Musman
Atep Kurnia
Atih Ardiansyah
Aulia A Muhammad
Awalludin GD Mualif
Aziz Abdul Gofar
B. Nawangga Putra
Badaruddin Amir
Bagja Hidayat
Bakdi Sumanto
Balada
Bale Aksara
Bambang Agung
Bambang Kempling
Bamby Cahyadi
Bandung Mawardi
Bedah Buku
Beni Setia
Benni Indo
Benny Arnas
Benny Benke
Bentara Budaya Yogyakarta
Berita Duka
Berita Utama
Bernando J Sujibto
Berthold Damshauser
Binhad Nurrohmat
Bonari Nabonenar
Bre Redana
Brunel University London
Budi Darma
Budi Hutasuhut
Budi P. Hatees
Budiman S. Hartoyo
Buku Kritik Sastra
Bung Tomo
Burhanuddin Bella
Butet Kartaredjasa
Cahyo Junaedy
Cak Kandar
Caroline Damanik
Catatan
Cecep Syamsul Hari
Cerbung
Cerpen
Chairil Anwar
Chamim Kohari
Chavchay Saifullah
Cornelius Helmy Herlambang
D. Zawawi Imron
Dad Murniah
Dadang Sunendar
Damhuri Muhammad
Damiri Mahmud
Danarto
Daniel Paranamesa
Dante Alighieri
David Krisna Alka
Deddy Arsya
Dedi Pramono
Delvi Yandra
Deni Andriana
Denny Mizhar
Dessy Wahyuni
Dewan Kesenian Lamongan (DKL)
Dewey Setiawan
Dewi Rina Cahyani
Dewi Sri Utami
Dian Hartati
Diana A.V. Sasa
Dianing Widya Yudhistira
Dina Jerphanion
Djadjat Sudradjat
Djasepudin
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Dodiek Adyttya Dwiwanto
Dody Kristianto
Donny Anggoro
Donny Syofyan
Dony P. Herwanto
Dorothea Rosa Herliany
Dr Junaidi
Dudi Rustandi
Dwi Arjanto
Dwi Fitria
Dwi Pranoto
Dwi S. Wibowo
Dwicipta
Dwijo Maksum
E. M. Cioran
E. Syahputra
Egidius Patnistik
Eka Budianta
Eka Kurniawan
Eko Darmoko
Eko Hendrawan Sofyan
Eko Triono
Elisa Dwi Wardani
Ellyn Novellin
Elokdyah Meswati
Emha Ainun Nadjib
Endro Yuwanto
Eriyanti
Erwin Edhi Prasetya
Esai
Evi Idawati
F Dewi Ria Utari
F. Dewi Ria Utari
Fadlillah Malin Sutan Kayo
Fahrudin Nasrulloh
Faisal Kamandobat
Fajar Alayubi
Fakhrunnas MA Jabbar
Fanani Rahman
Faruk HT
Fatah Yasin Noor
Fatkhul Anas
Fazabinal Alim
Fazar Muhardi
Felix K. Nesi
Festival Sastra Gresik
Fikri. MS
Frans Ekodhanto
Fransiskus X. Taolin
Franz Kafka
Fuad Nawawi
Gabriel GarcÃa Márquez
Gde Artawa
Geger Riyanto
Gendhotwukir
Gerakan Surah Buku (GSB)
Ging Ginanjar
Gita Pratama
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gufran A. Ibrahim
Gunoto Saparie
Gusty Fahik
H. Rosihan Anwar
H.B. Jassin
Hadi Napster
Halim HD
Halimi Zuhdy
Hamdy Salad
Hamsad Rangkuti
Han Gagas
Haris del Hakim
Hary B Kori’un
Hasan Junus
Hasnan Bachtiar
Hasta Indriyana
Hasyuda Abadi
Hawe Setiawan
Helvy Tiana Rosa
Hendra Makmur
Hepi Andi Bastoni
Herdiyan
Heri KLM
Heri Latief
Heri Ruslan
Herman Hasyim
Hermien Y. Kleden
Hernadi Tanzil
Herry Lamongan
Heru Emka
Hikmat Gumelar
Holy Adib
Hudan Hidayat
Humam S Chudori
I Nyoman Darma Putra
I Nyoman Suaka
I Tito Sianipar
Ian Ahong Guruh
IBM. Dharma Palguna
Ibnu Rusydi
Ibnu Wahyudi
IDG Windhu Sancaya
Iffah Nur Arifah
Ignas Kleden
Ignasius S. Roy Tei Seran
Ignatius Haryanto
Ignatius Liliek
Ika Karlina Idris
Ilham Khoiri
Imam Muhtarom
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Rosyid
Imron Tohari
Indah S. Pratidina
Indiar Manggara
Indra Tranggono
Indrian Koto
Insaf Albert Tarigan
Ipik Tanoyo
Irine Rakhmawati
Isbedy Stiawan Z.S.
Iskandar Norman
Istiqomatul Hayati
Iswara N Raditya
Iverdixon Tinungki
Iwan Gunadi
Iwan Nurdaya Djafar
Jadid Al Farisy
Jakob Sumardjo
Jamal D. Rahman
Jamrin Abubakar
Janual Aidi
Javed Paul Syatha
Jay Am
Jaya Suprana
Jean-Paul Sartre
JJ. Kusni
Joanito De Saojoao
Jodhi Yudono
John Js
Joko Pinurbo
Joko Sandur
Joni Ariadinata
Jual Buku Paket Hemat
Junaidi Abdul Munif
Jusuf AN
Karya Lukisan: Andry Deblenk
Kasnadi
Katrin Bandel
Kedung Darma Romansha
Khairul Mufid Jr
Ki Panji Kusmin
Kingkin Puput Kinanti
Kirana Kejora
Ko Hyeong Ryeol
Koh Young Hun
Komarudin
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias
Korrie Layun Rampan
Kritik Sastra
Kurniawan
Kuswaidi Syafi'ie
Lathifa Akmaliyah
Latief S. Nugraha
Leila S. Chudori
Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember
Lenah Susianty
Leon Trotsky
Linda Christanty
Liza Wahyuninto
Lona Olavia
Lucia Idayani
Luhung Sapto Nugroho
Lukman Santoso Az
Luky Setyarini
Lusiana Indriasari
Lutfi Mardiansyah
M Syakir
M. Faizi
M. Fauzi Sukri
M. Mustafied
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
M.H. Abid
M.Harir Muzakki
Made Wianta
Mahmoud Darwish
Mahmud Jauhari Ali
Majalah Budaya Jejak
Makmur Dimila
Malkan Junaidi
Maman S Mahayana
Manneke Budiman
Mardi Luhung
Mardiyah Chamim
Marhalim Zaini
Maria Hartiningsih
Mariana Amiruddin
Martin Aleida
Marwanto
Mas Ruscitadewi
Masdharmadji
Mashuri
Masuki M. Astro
Media Dunia Sastra
Media: Crayon on Paper
Mega Vristian
Melani Budianta
Mezra E Pellondou
MG. Sungatno
Micky Hidayat
Mikael Johani
Mikhael Dua
Misbahus Surur
Moch Arif Makruf
Mohamad Fauzi
Mohamad Sobary
Mohamed Nasser Mohamed
Mohammad Takdir Ilahi
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Amin
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad Nanda Fauzan
Muhammad Qodari
Muhammad Rain
Muhammad Subarkah
Muhammad Taufiqurrohman
Muhammad Yasir
Muhammad Zuriat Fadil
Muhammadun AS
Muhyidin
Mujtahid
Munawir Aziz
Musa Asy’arie
Musa Ismail
Musfi Efrizal
Mustafa Ismail
Mustofa W Hasyim
N. Mursidi
Nafi’ah Al-Ma’rab
Naqib Najah
Narudin Pituin
Naskah Teater
Nasru Alam Aziz
Nelson Alwi
Neni Ridarineni
Nezar Patria
Ni Made Purnamasari
Ni Putu Rastiti
Nirwan Ahmad Arsuka
Nirwan Dewanto
Noval Jubbek
Novelet
Nunung Nurdiah
Nur Utami Sari’at Kurniati
Nurdin Kalim
Nurel Javissyarqi
Nurhadi BW
Obrolan
Odhy`s
Okta Adetya
Orasi Budaya Akhir Tahun 2018
Orhan Pamuk
Otto Sukatno CR
Pablo Neruda
Patricia Pawestri
PDS H.B. Jassin
Pipiet Senja
Pramoedya Ananta Toer
Pranita Dewi
Prosa
Proses Kreatif
Puisi
Puisi Pertemuan Mahasiswa
Puji Santosa
Pustaka Bergerak
PUstaka puJAngga
Putu Fajar Arcana
Putu Setia
Putu Wijaya
R. Timur Budi Raja
Radhar Panca Dahana
Rahmah Maulidia
Rahmi Hattani
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Rambuana
Ramzah Dambul
Raudal Tanjung Banua
Redhitya Wempi Ansori
Reiny Dwinanda
Remy Sylado
Resensi
Revolusi
Ria Febrina
Rialita Fithra Asmara
Ribut Wijoto
Richard Strauss
Rida K Liamsi
Riduan Situmorang
Ridwan Munawwar Galuh
Riki Dhamparan Putra
Rina Mahfuzah Nst
Rinto Andriono
Riris K. Toha-Sarumpaet
Risang Anom Pujayanto
Rita Zahara
Riza Multazam Luthfy
Robin Al Kautsar
Robin Dos Santos Soares
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Roland Barthes
Romi Zarman
Romo Jansen Boediantono
Rosidi
Ruslani
S Prana Dharmasta
S Yoga
S. Jai
S.W. Teofani
Sabine Müller
Sabrank Suparno
Safitri Ningrum
Saiful Amin Ghofur
Sajak
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Samsudin Adlawi
Sapardi Djoko Damono
Sarabunis Mubarok
Sartika Dian Nuraini
Sastra Using
Satmoko Budi Santoso
Saut Poltak Tambunan
Saut Situmorang
Sayuri Yosiana
Sayyid Madany Syani
Sejarah
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
Sem Purba
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Shiny.ane el’poesya
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sindu Putra
Siti Mugi Rahayu
Siti Sa’adah
Siwi Dwi Saputro
Sjifa Amori
Slamet Rahardjo Rais
Soeprijadi Tomodihardjo
Sofyan RH. Zaid
Sohifur Ridho’i
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sonya Helen Sinombor
Sosiawan Leak
Sri Rominah
Sri Wintala Achmad
St. Sularto
STKIP PGRI Ponorogo
Subagio Sastrowardoyo
Sudarmoko
Sudaryono
Sudirman
Sugeng Satya Dharma
Suhadi
Sujiwo Tedjo
Sukar
Suminto A. Sayuti
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sunlie Thomas Alexander
Suryadi
Suryanto Sastroatmodjo
Susilowati
Sutan Iwan Soekri Munaf
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Sutrisno Buyil
Syaifuddin Gani
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Winarsho AS
Tengsoe Tjahjono
Th. Sumartana
Theresia Purbandini
Tia Setiadi
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
TS Pinang
Tu-ngang Iskandar
Tulus Wijanarko
Udo Z. Karzi
Umbu Landu Paranggi
Universitas Indonesia
Urwatul Wustqo
Usman Arrumy
Usman Awang
UU Hamidy
Vinc. Kristianto Batuadji
Vladimir I. Braginsky
W.S. Rendra
Wahib Muthalib
Wahyu Utomo
Wardjito Soeharso
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wayan Sunarta
Weni Suryandari
Wiko Antoni
Wina Karnie
Winarta Adisubrata
Wiwik Widayaningtias
Yanto le Honzo
Yanuar Widodo
Yetti A. KA
Yohanes Sehandi
Yudhis M. Burhanudin
Yukio Mishima
Yulhasni
Yuli
Yulia Permata Sari
Yurnaldi
Yusmar Yusuf
Yusri Fajar
Yuswinardi
Yuval Noah Harari
Zaki Zubaidi
Zakky Zulhazmi
Zawawi Se
Zen Rachmat Sugito
Zuriati

Tidak ada komentar:
Posting Komentar