Senin, 25 November 2019

ANDAI KAZUO ISHIGURO SEORANG PEREMPUAN

Anindita S Thayf
Minggu Pagi, IV/Feb/2018

Beberapa bulan lalu, seorang pengarang laki-laki kelahiran Jepang berkewarganegaraan Inggris, Kazuo Ishiguro, terpilih sebagai peraih penghargaan Nobel Sastra 2017. Sebagaimana biasa, kemenangan ini memicu banyak pertanyaan tentang seberapa hebat karya Ishiguro hingga mampu mengalahkan para pesaingnya. Namun, tidak ada satu pun yang melempar tanya, "Bagaimana seandainya Ishiguro seorang perempuan?" Meski tampak sepele dan seakan tidak berkaitan langsung dengan Nobel, pertanyaan ini penting sebab bisa membuka pandangan seputar posisi pengarang perempuan di atas panggung sastra dunia.

Dalam pernyataan yang dilansir oleh theatlantic.com, Ishiguro membeberkan proses kreatifnya sebagai pengarang. Ungkapnya, dia menulis mulai pukul 9 pagi hingga pukul 11 malam, setiap hari. Di sela-sela itu, dia beristirahat makan siang selama satu jam dan makan malam dua jam. Seandainya Ishiguro seorang perempuan, bisakah dia mempunyai jam kerja seperti ini?

Kita bisa memakai cara Virginia Woolf ketika membandingkan Shakespeare dengan Judith, adik perempuan imajinernya. Sebagaimana perempuan pada umumnya, seorang pengarang perempuan juga hidup dalam lanskap patriarkal. Dalam kondisi ini, dia tidak bebas dari beban tugas-tugas domestik yang sudah ditetapkan untuknya. Oleh karena itu, seorang pengarang perempuan juga tetap dituntut untuk menyelesaikan tetek-bengek urusan rumah tangga, mulai dari mengurus anak, melayani suami, memasak, membersihkan rumah, mencuci pakaian, hingga memastikan semua anggota keluarga pulang ke rumah dengan selamat di ujung hari. Di antara deretan tugas domestik sebanyak itu, seorang pengarang perempuan mestilah pandai menyisihkan waktu demi bisa menulis.

Dalam esai a Room of One’s Own, Virginia Woolf memberikan satu solusi agar perempuan bisa menulis layaknya pengarang laki-laki, yaitu memiliki uang. Uang tersebut berguna untuk membeli ruang pribadi. Dengan uang, dia bisa menyewa asisten rumah tangga dan pengasuh anak. Dengan demikian, seorang pengarang perempuan tidak akan terbebani urusan domestik meskipun untuk lepas tanggung jawab sama sekali tentu tidak mungkin. Namun, setidaknya dia memiliki ruang pribadi yang cukup luas untuk menulis.

Bagi perempuan yang terlahir dari keluarga kaya atau menikahi laki-laki berpenghasilan tinggi, dia akan memiliki ruang menulisnya tanpa susah payah. Salah satu contoh adalah Jane Austen yang diberikan ruang pribadi khusus oleh keluarganya. Pun, Isabel Allende yang dikaruniai banyak uang sehingga bisa membeli ruang menulis sendiri. Dengan bantuan uang, seorang pengarang perempuan dapat memiliki kesempatan menulis dengan jam kerja serupa Ishiguro, tanpa takut diganggu oleh pakaian kotor, makanan yang perlu dimasak, dan rumah yang harus dibersihkan.

Tugas-tugas domestik bak rantai yang membatasi gerak perempuan. Akibatnya, kesempatan menulis bagi perempuan kian sempit, terutama yang berasal kelas pekerja. Ini bisa dipahami karena perempuan kelas pekerja kesulitan mendapat ruang pribadi sekaligus terlalu lelah untuk menulis. Selain tugas domestik, mereka juga harus bekerja untuk menambah penghasilan. Dengan segunung pekerjaan di luar menulis, adalah keajaiban bila muncul pengarang perempuan dari kelas pekerja. Ruang pribadi berharga sangat mahal bagi pengarang perempuan.

Pengarang Perempuan Dunia Ketiga

Dari 114 sastrawan yang memperoleh Nobel Sastra, 14 diantaranya adalah perempuan. Mereka antara lain Selma Ottilia Lovista Lagerlof, Grazia Deledda, Sigrid Undset, Pearl S. Buck, Gabriela Mistral, Nelly Sachs, Nadine Gordimer, Toni Morrison, Wislawa Szymborska, Elfriede Jelinek, Doris Lessing, Herta Muller, Alice Munro dan Svetlana Alexievich. Bila dicermati, mayoritas penerima Nobel Sastra adalah perempuan kulit putih berkewarganegaraan Eropa atau Amerika Serikat. Adapun sisanya berkebangsaan Afrika tapi berkulit putih (Nadine Gordimer) dan keturunan Afrika-Amerika tapi tinggal di Amerika Serikat (Toni Morrison).

Sejauh ini, belum ada pengarang perempuan kulit berwarna yang lahir dan berkebangsaan entah Amerika Latin, Afrika, atau Asia yang mendapatkan Nobel Sastra. Kenyataan tersebut memperlihatkan dominasi kulit putih ternyata belum bergeser sejak era kolonial. Dalam hal ini, Akademi Swedia masih melanggengkan dominasi Eropa dan Amerika Serikat terhadap negara-negara bekas jajahan.

Penghargaan sastra memang tidak pernah berada di ruang vakum. Kepentingan ideologi dan politik tetap berperan penting dalam menghasilkan keputusan akhir. Bila pengetahuan adalah sesuatu yang "tidak polos tetapi sangat terkait dengan operasi-operasi kekuasaan," sebagaimana ujar Ania Loomba dalam Colonialism/Postcolonialism, maka penghargaan pun demikian. Ketiadaan pengarang-pengarang perempuan Dunia Ketiga dalam daftar peraih Nobel Sastra menunjukkan Akademi Swedia belum mendengar suara mereka. Barangkali juga, suara mereka tidak dianggap ada demi langgengnya operasi-operasi ideologi dan politik tertentu, misalnya, agar pengarang perempuan Dunia Ketiga tetap berada dalam bayang-bayang tuan bekas penjajahnya.

Tidak mudah menjadi pengarang perempuan yang lahir, tumbuh dan hidup di Dunia Ketiga. Nawal el Sadawi, umpamanya, sudah sering keluar-masuk penjara karena karya-karyanya dianggap subversif. Adapun novel karya Taslima Nasrin yang berjudul Lajja dilarang pemerintah Bangladesh. Lajja yang berisi kritik keras terhadap kondisi bangsanya divonis sebagai novel penista agama. Taslima masih menjadi eksil demi menghindari pihak-pihak yang hendak membunuhnya. Ada pula pengarang feminis asal Aljazair, Assia Djebar, yang melawan dominasi bahasa Prancis atas bahasa Aljazair lewat novelnya Fantasia. Suara-suara mereka cukup kencang, tetapi entah mengapa belum mampu membuat Akademi Swedia melihat mereka. Apakah karena mereka tidak berkulit putih dan tidak memiliki kewarganegaraan Eropa atau Amerika Serikat?

Maka, seandainya Ishiguro seorang perempuan Jepang yang tinggal di Jepang, dia akan menjadi perempuan pertama non kulit putih dari Dunia Ketiga yang memperoleh Nobel Sastra. Namun, Ishiguro seorang laki-laki Jepang yang tinggal di Inggris sehingga dengan serta merta bintang keberuntungannya bersinar lebih terang bahkan ketimbang milik "saudara laki-lakinya", Haruki Murakami. Sebaliknya, kesempatan bagi pengarang perempuan dari Dunia Ketiga untuk memenangkan Nobel Sastra sangat kecil. Dibandingkan pengarang laki-laki yang gampang berharap meraih Nobel, pengarang perempuan Dunia Ketiga justru harus bersiap menunggu dalam waktu lama sambil diam-diam menyimpan harapan. Bahwa pada akhirnya nanti, semoga saja mereka tidak sedang menunggu Godot.***

*) Anindita S. Thayf lahir pada 5 April 1978 di Makassar. Menulis cerpen dan novel. Novelnya, Tanah Tabu (Gramedia Pustaka Utama, 2009), menjadi juara I lomba menulis novel Dewan Kesenian Jakarta 2008, finalis Khatulistiwa Literary Award 2009, diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dengan judul Daughters of Papua (Dalang Publishing, San Francisco, 2014). Novel terbarunya "Ular Tangga" (GPU, 2018)
https://www.facebook.com/anindita.thayf/posts/10204540775277586

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Azis Masyhuri A. Qorib Hidayatullah A.C. Andre Tanama A.S. Laksana Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi WM Abdul Malik Abdurrahman Wahid Abidah El Khalieqy Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Adi Prasetyo Afnan Malay Afrizal Malna Afthonul Afif Aguk Irawan M.N. Agus B. Harianto Agus Himawan Agus Noor Agus R. Sarjono Agus Sri Danardana Agus Sulton Agus Sunyoto Agus Wibowo Ahda Imran Ahmad Fatoni Ahmad Maltup SA Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad Suyudi Ahmad Syubbanuddin Alwy Ahmad Tohari Ahmad Y. Samantho Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhmad Sekhu Akmal Nasery Basral Alex R. Nainggolan Alexander G.B. Almania Rohmah Alunk Estohank Amalia Sulfana Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Aminullah HA Noor Andari Karina Anom Andi Nur Aminah Anes Prabu Sadjarwo Anindita S Thayf Anindita S. Thayf Anitya Wahdini Anton Bae Anton Kurnia Anung Wendyartaka Anwar Nuris Anwari WMK Aprinus Salam APSAS (Apresiasi Sastra) Indonesia Ardus M Sawega Arie MP Tamba Arief Budiman Ariel Heryanto Arif Saifudin Yudistira Arif Zulkifli Arifi Saiman Aris Kurniawan Arman A.Z. Arsyad Indradi Arti Bumi Intaran Ary Wibowo AS Sumbawi Asarpin Asbari N. Krisna Asep Salahudin Asep Sambodja Asti Musman Atep Kurnia Atih Ardiansyah Aulia A Muhammad Awalludin GD Mualif Aziz Abdul Gofar B. Nawangga Putra Badaruddin Amir Bagja Hidayat Bakdi Sumanto Balada Bale Aksara Bambang Agung Bambang Kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bedah Buku Beni Setia Benni Indo Benny Arnas Benny Benke Bentara Budaya Yogyakarta Berita Duka Berita Utama Bernando J Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Bonari Nabonenar Bre Redana Brunel University London Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiman S. Hartoyo Buku Kritik Sastra Bung Tomo Burhanuddin Bella Butet Kartaredjasa Cahyo Junaedy Cak Kandar Caroline Damanik Catatan Cecep Syamsul Hari Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Chavchay Saifullah Cornelius Helmy Herlambang D. Zawawi Imron Dad Murniah Dadang Sunendar Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Dante Alighieri David Krisna Alka Deddy Arsya Dedi Pramono Delvi Yandra Deni Andriana Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dewan Kesenian Lamongan (DKL) Dewey Setiawan Dewi Rina Cahyani Dewi Sri Utami Dian Hartati Diana A.V. Sasa Dianing Widya Yudhistira Dina Jerphanion Djadjat Sudradjat Djasepudin Djoko Pitono Djoko Saryono Dodiek Adyttya Dwiwanto Dody Kristianto Donny Anggoro Donny Syofyan Dony P. Herwanto Dorothea Rosa Herliany Dr Junaidi Dudi Rustandi Dwi Arjanto Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi S. Wibowo Dwicipta Dwijo Maksum E. M. Cioran E. Syahputra Egidius Patnistik Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Hendrawan Sofyan Eko Triono Elisa Dwi Wardani Ellyn Novellin Elokdyah Meswati Emha Ainun Nadjib Endro Yuwanto Eriyanti Erwin Edhi Prasetya Esai Evi Idawati F Dewi Ria Utari F. Dewi Ria Utari Fadlillah Malin Sutan Kayo Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fajar Alayubi Fakhrunnas MA Jabbar Fanani Rahman Faruk HT Fatah Yasin Noor Fatkhul Anas Fazabinal Alim Fazar Muhardi Felix K. Nesi Festival Sastra Gresik Fikri. MS Frans Ekodhanto Fransiskus X. Taolin Franz Kafka Fuad Nawawi Gabriel García Márquez Gde Artawa Geger Riyanto Gendhotwukir Gerakan Surah Buku (GSB) Ging Ginanjar Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gufran A. Ibrahim Gunoto Saparie Gusty Fahik H. Rosihan Anwar H.B. Jassin Hadi Napster Halim HD Halimi Zuhdy Hamdy Salad Hamsad Rangkuti Han Gagas Haris del Hakim Hary B Kori’un Hasan Junus Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Hasyuda Abadi Hawe Setiawan Helvy Tiana Rosa Hendra Makmur Hepi Andi Bastoni Herdiyan Heri KLM Heri Latief Heri Ruslan Herman Hasyim Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Herry Lamongan Heru Emka Hikmat Gumelar Holy Adib Hudan Hidayat Humam S Chudori I Nyoman Darma Putra I Nyoman Suaka I Tito Sianipar Ian Ahong Guruh IBM. Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi IDG Windhu Sancaya Iffah Nur Arifah Ignas Kleden Ignasius S. Roy Tei Seran Ignatius Haryanto Ignatius Liliek Ika Karlina Idris Ilham Khoiri Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indah S. Pratidina Indiar Manggara Indra Tranggono Indrian Koto Insaf Albert Tarigan Ipik Tanoyo Irine Rakhmawati Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Norman Istiqomatul Hayati Iswara N Raditya Iverdixon Tinungki Iwan Gunadi Iwan Nurdaya Djafar Jadid Al Farisy Jakob Sumardjo Jamal D. Rahman Jamrin Abubakar Janual Aidi Javed Paul Syatha Jay Am Jaya Suprana Jean-Paul Sartre JJ. Kusni Joanito De Saojoao Jodhi Yudono John Js Joko Pinurbo Joko Sandur Joni Ariadinata Jual Buku Paket Hemat Junaidi Abdul Munif Jusuf AN Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Katrin Bandel Kedung Darma Romansha Khairul Mufid Jr Ki Panji Kusmin Kingkin Puput Kinanti Kirana Kejora Ko Hyeong Ryeol Koh Young Hun Komarudin Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kritik Sastra Kurniawan Kuswaidi Syafi'ie Lathifa Akmaliyah Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember Lenah Susianty Leon Trotsky Linda Christanty Liza Wahyuninto Lona Olavia Lucia Idayani Luhung Sapto Nugroho Lukman Santoso Az Luky Setyarini Lusiana Indriasari Lutfi Mardiansyah M Syakir M. Faizi M. Fauzi Sukri M. Mustafied M. Yoesoef M.D. Atmaja M.H. Abid M.Harir Muzakki Made Wianta Mahmoud Darwish Mahmud Jauhari Ali Majalah Budaya Jejak Makmur Dimila Malkan Junaidi Maman S Mahayana Manneke Budiman Mardi Luhung Mardiyah Chamim Marhalim Zaini Maria Hartiningsih Mariana Amiruddin Martin Aleida Marwanto Mas Ruscitadewi Masdharmadji Mashuri Masuki M. Astro Media Dunia Sastra Media: Crayon on Paper Mega Vristian Melani Budianta Mezra E Pellondou MG. Sungatno Micky Hidayat Mikael Johani Mikhael Dua Misbahus Surur Moch Arif Makruf Mohamad Fauzi Mohamad Sobary Mohamed Nasser Mohamed Mohammad Takdir Ilahi Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Amin Muhammad Muhibbuddin Muhammad Nanda Fauzan Muhammad Qodari Muhammad Rain Muhammad Subarkah Muhammad Taufiqurrohman Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun AS Muhyidin Mujtahid Munawir Aziz Musa Asy’arie Musa Ismail Musfi Efrizal Mustafa Ismail Mustofa W Hasyim N. Mursidi Nafi’ah Al-Ma’rab Naqib Najah Narudin Pituin Naskah Teater Nasru Alam Aziz Nelson Alwi Neni Ridarineni Nezar Patria Ni Made Purnamasari Ni Putu Rastiti Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Noval Jubbek Novelet Nunung Nurdiah Nur Utami Sari’at Kurniati Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurhadi BW Obrolan Odhy`s Okta Adetya Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Orhan Pamuk Otto Sukatno CR Pablo Neruda Patricia Pawestri PDS H.B. Jassin Pipiet Senja Pramoedya Ananta Toer Pranita Dewi Prosa Proses Kreatif Puisi Puisi Pertemuan Mahasiswa Puji Santosa Pustaka Bergerak PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Setia Putu Wijaya R. Timur Budi Raja Radhar Panca Dahana Rahmah Maulidia Rahmi Hattani Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rambuana Ramzah Dambul Raudal Tanjung Banua Redhitya Wempi Ansori Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Revolusi Ria Febrina Rialita Fithra Asmara Ribut Wijoto Richard Strauss Rida K Liamsi Riduan Situmorang Ridwan Munawwar Galuh Riki Dhamparan Putra Rina Mahfuzah Nst Rinto Andriono Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Rita Zahara Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Roland Barthes Romi Zarman Romo Jansen Boediantono Rosidi Ruslani S Prana Dharmasta S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabine Müller Sabrank Suparno Safitri Ningrum Saiful Amin Ghofur Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Sartika Dian Nuraini Sastra Using Satmoko Budi Santoso Saut Poltak Tambunan Saut Situmorang Sayuri Yosiana Sayyid Madany Syani Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) Sem Purba Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Shiny.ane el’poesya Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sindu Putra Siti Mugi Rahayu Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Slamet Rahardjo Rais Soeprijadi Tomodihardjo Sofyan RH. Zaid Sohifur Ridho’i Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sonya Helen Sinombor Sosiawan Leak Sri Rominah Sri Wintala Achmad St. Sularto STKIP PGRI Ponorogo Subagio Sastrowardoyo Sudarmoko Sudaryono Sudirman Sugeng Satya Dharma Suhadi Sujiwo Tedjo Sukar Suminto A. Sayuti Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Suryadi Suryanto Sastroatmodjo Susilowati Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Sutrisno Buyil Syaifuddin Gani Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Th. Sumartana Theresia Purbandini Tia Setiadi Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto TS Pinang Tu-ngang Iskandar Tulus Wijanarko Udo Z. Karzi Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Urwatul Wustqo Usman Arrumy Usman Awang UU Hamidy Vinc. Kristianto Batuadji Vladimir I. Braginsky W.S. Rendra Wahib Muthalib Wahyu Utomo Wardjito Soeharso Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Weni Suryandari Wiko Antoni Wina Karnie Winarta Adisubrata Wiwik Widayaningtias Yanto le Honzo Yanuar Widodo Yetti A. KA Yohanes Sehandi Yudhis M. Burhanudin Yukio Mishima Yulhasni Yuli Yulia Permata Sari Yurnaldi Yusmar Yusuf Yusri Fajar Yuswinardi Yuval Noah Harari Zaki Zubaidi Zakky Zulhazmi Zawawi Se Zen Rachmat Sugito Zuriati