Gusty Fahik *
Pos Kupang, 21 Nov 2017
Perdebatan menarik terjadi di sebuah grup media sosial berlabel Komunitas Sastra NTT. Salah satu topik perdebatan adalah pertanyaan tentang siapa pelopor sastra NTT?
Sebelumnya, Yohanes Sehandi (selanjutnya disingkat YS) mempublikasikan hasil penelusurannya, dimana YS menyimpulkan bahwa pelopor sastra NTT adalah Gerson Poyk (GP).
Dalam artikelnya berjudul "55 Tahun Orang NTT di Panggung Sastra" YS secara eksplisit menulis demikian "Berdasarkan penelusuran terhadap berbagai data dan dokumentasi yang ada, baik di NTT maupun di luar NTT, saya akhirnya menemukan orang NTT pertama yang menggeluti dunia sastra. Dia adalah Gerson Poyk.
Gerson Poyk menulis dan publikasikan karya-karya sastranya lewat media cetak bertaraf nasional sejak Oktober 1961. Gerson Poyk patut diberi penghormatan dengan sebutan sebagai "perintis sastra NTT."
Dari keterangan ini dapat dilihat bahwa YS telah melakukan semacam penelusuran mendalam yang melibatkan berbagai sumber historis sebelum kemudian memunculkan kesimpulannya. Benarkah demikian?
Dalam sebuah diskusi yang diselenggarakan Komunitas Leko Kupang dan Komunitas Sastra Filokalia baru-baru ini (29/10/2017), Berto Tukan, peneliti dan penulis, mengemukakan "penemuan" lain yang bertentangan dengan temuan YS.
Berdasarkan dokumen yang tersimpan di Pusat Dokumentasi Sastra (PDS) HB Jassin ada seorang NTT bernama Virga Belan yang mempublikasikan karya berupa cerita pendek berjudul "Kisah Akhir Tahun" di majalah Kebudayaan Indonesia, pada tahun 1959, atau dua tahun lebih dulu dari GP.
Bahkan pada tahun 1962 Virga Belan (VB) menerima penghargaan dari Majalah Sastra yang diasuh HB Jassin, untuk cerpennya "Pangeran Jakarta."
***
Virga menolak penghargaan ini dengan alasan ideologis, yakni majalah Sastra dianggap kontraproduktif terhadap revolusi yang digemakan Soekarno. Surat penolakan Virga bisa dilihat di blog online Denny JA.
Menelusuri Virga Belan
Menurut keterangan sejarahwan sekaligus jurnalis senior, Peter A. Rohi, Virga Belan bukan nama sebenarnya. Virga diambil dari zodiak Virgo, sementara Belan diambil dari dua suku kata terakhir marga Saubelan. Sosok VB adalah Soekarnois sejati.
Tahun 1960-an awal, VB sudah menduduki posisi wakil ketua Lembaga Kebudayaan Nasional (LKN) yang diketuai Sitor Situmorang. LKN adalah "underbow" Partai Nasional Indonesia (PNI) yang dibentuk untuk mengimbangi sepak terjang Lembaga Kebudayaan Rakyat (Lekra), "underbow" PKI.
Jika memperhadapkan posisi VB dan GP pada masa ini, maka akan terlihat secara politik, VB lebih unggul posisinya dibanding GP, sebab LKN ada di bawah PNI yang merupakan partai pendukung utama Soekarno. Posisi PNI boleh dibilang mirip PDIP saat ini.
Persis di sini pula VB berbeda posisi dengan GP, sebab GP ada dalam kubu, sekaligus penandatangan Manifesto Kebudayaan (Manikebu). Hal ini kelak akan berpengaruh pula pada perjalanan karier kedua tokoh ini.
Setelah Soekarno lengser oleh peristiwa September 1965, Manikebu seakan-akan keluar sebagai pemenang dalam perseteruan dengan Lekra dan LKN. Rezim Orde Baru kemudian merepresi tokoh-tokoh yang bernaung di bawah Lekra dan LKN.
Nama-nama besar seperti Sitor Situmorang (LKN) dan Pramoedya Ananta Toer (Lekra) kemudian hilang selama beberapa waktu oleh represi yang dilakukan rezim Orde Baru. Kenyataan ini bertolak belakang dengan apa yang dialami mereka yang bernaung di bawah Manikebu seperti Gerson Poyk.
***
Virga Belan turut merintis berdirinya surat kabar Harian Merdeka. Menurut Peter A. Rohi, ada ratusan Tajuk Rencana yang ia tulis selama jadi redaktur di Harian Merdeka. Ironisnya, ia dipecat dari Harian Merdeka atas permintaan langsung dari Presiden Soeharto yang marah akibat salah satu Tajuk Rencana yang ditulis VB.
Gambaran singkat mengenai latar sejarah dan konteks politik di atas kiranya menjelaskan mengapa nama VB seperti hilang dari kepenulisan sastra, sementara nama GP lebih bersinar.
Meski demikian, saya tidak bermaksud mengangkat seorang tokoh dan memojokkan yang lain. Saya hanya bermaksud menunjukkan konteks sejarah dan politik zaman itu agar kita miliki pandangan yang lebih jelas mengenai kedua tokoh NTT ini, sebagai dasar pijak untuk memeriksa klaim YS.
Mengoreksi Simpulan Ahistoris YS
Kemunculan nama Virga Belan dan dokumentasi karyanya yang masih tersimpan di PDS HB Jassin seperti "ditemukan" Berto Tukan, hemat saya menjadi koreksi atas simpulan yang lebih dulu dibuat YS.
Jika koreksi ini diterima maka gelar "pelopor sastra NTT" yang disematkan YS pada GP perlu diperiksa kembali relevansinya. Saya mencatatnya dalam beberapa poin.
Pertama, simpulan YS terbukti ahistoris atau bertentangan dengan catatan sejarah. Dengan demikian, keterangan YS bahwa simpulannya berlandaskan pada berbagai data baik yang ada di NTT maupun di luar NTT patut dicurigai kebenarannya.
Atau, jika benar YS melakukan penelusuran sampai ke luar NTT, bisa saja penelusurannya tidak maksimal sebab apa yang tersimpan di PDS HB Jassin tidak terjamah. Bukankah PDS HB Jassin jadi rujukan terpercaya bagi penelitian-penelitian sastra di tanah air? Sayang jika penelusuran YS yang oleh sebagian kalangan dijuluki Paus Sastra NTT itu tidak sampai ke sana.
Kedua, selain data yang ditemukan Berto Tukan, pernyataan bahwa orang NTT baru 55 tahun berkiprah di dunia sastra perlu diperiksa kembali. Hal ini tentu saja dapat dilakukan dengan terlebih dahulu memeriksa apa yang dimaksud dunia sastra menurut YS.
***
Dari artikel YS hampir pasti bahwa yang dimaksud dunia sastra menurut YS adalah sastra dengan lingkup nasional. Karena itu seseorang baru dianggap bergelut dalam dunia sastra kalau karyanya sudah termuat di media nasional.
Apa yang dilakukan YS ini mematikan geliat sastra di daerah dan mengesampingkan secara sepihak tokoh-tokoh lain yang bisa saja bergelut di bidang sasra tetapi karyanya tidak pernah dipublikasikan di media nasional.
Poin kedua di atas menjadi catatan tersendiri, sebab menurut penelitian Van Klinken dalam bukunya The Making of Middle Indonesia (2015), pada tahun 1933 di Kupang sudah ada tidak kurang dari 9 surat kabar lokal.
Pada September 1933, salah satu surat kabar lokal yakni Fadjar, menerbitkan seluruh edisinya dalam bentuk syair dalam rangka perayaan ulang tahun Ratu Belanda, yang diperingati pada 31 Agustus (Van Klinken, 2015: 118). Menulis seluruh edisi dalam bentuk syair jelas merupakan sebuah karya sastra. Sayangnya arsip dari surat kabar-surat kabar itu kini hanya ada di Perpustakaan Nasional RI di Jakarta.
Jika geliat sastra di daerah yang terjadi jauh sebelum Republik Indonesia berdiri turut diperhitungkan maka bisa saja bukan Gerson Poyk atau Virga Belan yang layak menyandang gelar pelopor sastra NTT.
Sayangnya, geliat itu terjadi ketika republik ini belum merdeka dan NTT belum terbentuk sebagai provinsi, bagian dari Indonesia merdeka.
Ketiga, bisa saja penelusuran YS memang dilakukan dalam keterbatasan atau minim dukungan. Namun, melakukan penelitian menyangkut sastra dengan tidak menyentuh arsip-arsip di Pusat Dokumentasi Sastra HB Jassin maupun Perpustakaan Nasional RI jelas sebuah kelalaian yang harusnya sudah diantisipasi oleh YS.
Dengan demikian YS tidak buru-buru membuat kesimpulan, atau menerbitkan sebuah buku untuk dibaca umum, karena bisa berakibat pada penyebaran kekeliruan secara masif. Hemat saya penemuan Berto Tukan telah melampaui, sekaligus menyempurnakan keterbatasan penelitian yang dilakukan YS.
Keempat, jika kita mau jujur pada sejarah yang bertautan dengan tokoh-tokoh dari daerah kita sendiri, secara khusus dalam bidang sastra, apa yang ditulis YS harus direvisi atau ditinjau kembali. Ini menuntut kerendahan hati akademis dari YS sebagai dosen untuk mengakui keterbatasan penelitiannya terdahulu.
Tidak ada yang benar-benar sempurna, bahkan sebuah teori bisa saja dibatalkan dan dibarui teori baru yang muncul kemudian.
Pada sisi lain, ini juga menjadi semacam motivasi bagi para akademisi kita untuk terus berkarya menghasilkan penelitian baru yang kelak akan berguna dan menjadi pegangan bagi generasi mendatang. Kita tidak bisa memberikan sesuatu yang keliru atau ahistoris untuk generasi penerus.
*) Penulis Buku Membaca Jejak Kekuasaan, bergiat di Komunitas Pustaka Leko Kupang.
http://kupang.tribunnews.com/2017/11/21/memeriksa-klaim-pelopor-sastra-ntt-apa-benar-gerson-poyk-pelopornya?page=4
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
A Rodhi Murtadho
A. Azis Masyhuri
A. Qorib Hidayatullah
A.C. Andre Tanama
A.S. Laksana
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Hadi WM
Abdul Malik
Abdurrahman Wahid
Abidah El Khalieqy
Acep Iwan Saidi
Acep Zamzam Noor
Adi Prasetyo
Afnan Malay
Afrizal Malna
Afthonul Afif
Aguk Irawan M.N.
Agus B. Harianto
Agus Himawan
Agus Noor
Agus R. Sarjono
Agus Sri Danardana
Agus Sulton
Agus Sunyoto
Agus Wibowo
Ahda Imran
Ahmad Fatoni
Ahmad Maltup SA
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Musthofa Haroen
Ahmad Suyudi
Ahmad Syubbanuddin Alwy
Ahmad Tohari
Ahmad Y. Samantho
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ajip Rosidi
Akhmad Sekhu
Akmal Nasery Basral
Alex R. Nainggolan
Alexander G.B.
Almania Rohmah
Alunk Estohank
Amalia Sulfana
Amien Wangsitalaja
Aming Aminoedhin
Aminullah HA Noor
Andari Karina Anom
Andi Nur Aminah
Anes Prabu Sadjarwo
Anindita S Thayf
Anindita S. Thayf
Anitya Wahdini
Anton Bae
Anton Kurnia
Anung Wendyartaka
Anwar Nuris
Anwari WMK
Aprinus Salam
APSAS (Apresiasi Sastra) Indonesia
Ardus M Sawega
Arie MP Tamba
Arief Budiman
Ariel Heryanto
Arif Saifudin Yudistira
Arif Zulkifli
Arifi Saiman
Aris Kurniawan
Arman A.Z.
Arsyad Indradi
Arti Bumi Intaran
Ary Wibowo
AS Sumbawi
Asarpin
Asbari N. Krisna
Asep Salahudin
Asep Sambodja
Asti Musman
Atep Kurnia
Atih Ardiansyah
Aulia A Muhammad
Awalludin GD Mualif
Aziz Abdul Gofar
B. Nawangga Putra
Badaruddin Amir
Bagja Hidayat
Bakdi Sumanto
Balada
Bale Aksara
Bambang Agung
Bambang Kempling
Bamby Cahyadi
Bandung Mawardi
Bedah Buku
Beni Setia
Benni Indo
Benny Arnas
Benny Benke
Bentara Budaya Yogyakarta
Berita Duka
Berita Utama
Bernando J Sujibto
Berthold Damshauser
Binhad Nurrohmat
Bonari Nabonenar
Bre Redana
Brunel University London
Budi Darma
Budi Hutasuhut
Budi P. Hatees
Budiman S. Hartoyo
Buku Kritik Sastra
Bung Tomo
Burhanuddin Bella
Butet Kartaredjasa
Cahyo Junaedy
Cak Kandar
Caroline Damanik
Catatan
Cecep Syamsul Hari
Cerbung
Cerpen
Chairil Anwar
Chamim Kohari
Chavchay Saifullah
Cornelius Helmy Herlambang
D. Zawawi Imron
Dad Murniah
Dadang Sunendar
Damhuri Muhammad
Damiri Mahmud
Danarto
Daniel Paranamesa
Dante Alighieri
David Krisna Alka
Deddy Arsya
Dedi Pramono
Delvi Yandra
Deni Andriana
Denny Mizhar
Dessy Wahyuni
Dewan Kesenian Lamongan (DKL)
Dewey Setiawan
Dewi Rina Cahyani
Dewi Sri Utami
Dian Hartati
Diana A.V. Sasa
Dianing Widya Yudhistira
Dina Jerphanion
Djadjat Sudradjat
Djasepudin
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Dodiek Adyttya Dwiwanto
Dody Kristianto
Donny Anggoro
Donny Syofyan
Dony P. Herwanto
Dorothea Rosa Herliany
Dr Junaidi
Dudi Rustandi
Dwi Arjanto
Dwi Fitria
Dwi Pranoto
Dwi S. Wibowo
Dwicipta
Dwijo Maksum
E. M. Cioran
E. Syahputra
Egidius Patnistik
Eka Budianta
Eka Kurniawan
Eko Darmoko
Eko Hendrawan Sofyan
Eko Triono
Elisa Dwi Wardani
Ellyn Novellin
Elokdyah Meswati
Emha Ainun Nadjib
Endro Yuwanto
Eriyanti
Erwin Edhi Prasetya
Esai
Evi Idawati
F Dewi Ria Utari
F. Dewi Ria Utari
Fadlillah Malin Sutan Kayo
Fahrudin Nasrulloh
Faisal Kamandobat
Fajar Alayubi
Fakhrunnas MA Jabbar
Fanani Rahman
Faruk HT
Fatah Yasin Noor
Fatkhul Anas
Fazabinal Alim
Fazar Muhardi
Felix K. Nesi
Festival Sastra Gresik
Fikri. MS
Frans Ekodhanto
Fransiskus X. Taolin
Franz Kafka
Fuad Nawawi
Gabriel García Márquez
Gde Artawa
Geger Riyanto
Gendhotwukir
Gerakan Surah Buku (GSB)
Ging Ginanjar
Gita Pratama
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gufran A. Ibrahim
Gunoto Saparie
Gusty Fahik
H. Rosihan Anwar
H.B. Jassin
Hadi Napster
Halim HD
Halimi Zuhdy
Hamdy Salad
Hamsad Rangkuti
Han Gagas
Haris del Hakim
Hary B Kori’un
Hasan Junus
Hasnan Bachtiar
Hasta Indriyana
Hasyuda Abadi
Hawe Setiawan
Helvy Tiana Rosa
Hendra Makmur
Hepi Andi Bastoni
Herdiyan
Heri KLM
Heri Latief
Heri Ruslan
Herman Hasyim
Hermien Y. Kleden
Hernadi Tanzil
Herry Lamongan
Heru Emka
Hikmat Gumelar
Holy Adib
Hudan Hidayat
Humam S Chudori
I Nyoman Darma Putra
I Nyoman Suaka
I Tito Sianipar
Ian Ahong Guruh
IBM. Dharma Palguna
Ibnu Rusydi
Ibnu Wahyudi
IDG Windhu Sancaya
Iffah Nur Arifah
Ignas Kleden
Ignasius S. Roy Tei Seran
Ignatius Haryanto
Ignatius Liliek
Ika Karlina Idris
Ilham Khoiri
Imam Muhtarom
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Rosyid
Imron Tohari
Indah S. Pratidina
Indiar Manggara
Indra Tranggono
Indrian Koto
Insaf Albert Tarigan
Ipik Tanoyo
Irine Rakhmawati
Isbedy Stiawan Z.S.
Iskandar Norman
Istiqomatul Hayati
Iswara N Raditya
Iverdixon Tinungki
Iwan Gunadi
Iwan Nurdaya Djafar
Jadid Al Farisy
Jakob Sumardjo
Jamal D. Rahman
Jamrin Abubakar
Janual Aidi
Javed Paul Syatha
Jay Am
Jaya Suprana
Jean-Paul Sartre
JJ. Kusni
Joanito De Saojoao
Jodhi Yudono
John Js
Joko Pinurbo
Joko Sandur
Joni Ariadinata
Jual Buku Paket Hemat
Junaidi Abdul Munif
Jusuf AN
Karya Lukisan: Andry Deblenk
Kasnadi
Katrin Bandel
Kedung Darma Romansha
Khairul Mufid Jr
Ki Panji Kusmin
Kingkin Puput Kinanti
Kirana Kejora
Ko Hyeong Ryeol
Koh Young Hun
Komarudin
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias
Korrie Layun Rampan
Kritik Sastra
Kurniawan
Kuswaidi Syafi'ie
Lathifa Akmaliyah
Latief S. Nugraha
Leila S. Chudori
Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember
Lenah Susianty
Leon Trotsky
Linda Christanty
Liza Wahyuninto
Lona Olavia
Lucia Idayani
Luhung Sapto Nugroho
Lukman Santoso Az
Luky Setyarini
Lusiana Indriasari
Lutfi Mardiansyah
M Syakir
M. Faizi
M. Fauzi Sukri
M. Mustafied
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
M.H. Abid
M.Harir Muzakki
Made Wianta
Mahmoud Darwish
Mahmud Jauhari Ali
Majalah Budaya Jejak
Makmur Dimila
Malkan Junaidi
Maman S Mahayana
Manneke Budiman
Mardi Luhung
Mardiyah Chamim
Marhalim Zaini
Maria Hartiningsih
Mariana Amiruddin
Martin Aleida
Marwanto
Mas Ruscitadewi
Masdharmadji
Mashuri
Masuki M. Astro
Media Dunia Sastra
Media: Crayon on Paper
Mega Vristian
Melani Budianta
Mezra E Pellondou
MG. Sungatno
Micky Hidayat
Mikael Johani
Mikhael Dua
Misbahus Surur
Moch Arif Makruf
Mohamad Fauzi
Mohamad Sobary
Mohamed Nasser Mohamed
Mohammad Takdir Ilahi
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Amin
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad Nanda Fauzan
Muhammad Qodari
Muhammad Rain
Muhammad Subarkah
Muhammad Taufiqurrohman
Muhammad Yasir
Muhammad Zuriat Fadil
Muhammadun AS
Muhyidin
Mujtahid
Munawir Aziz
Musa Asy’arie
Musa Ismail
Musfi Efrizal
Mustafa Ismail
Mustofa W Hasyim
N. Mursidi
Nafi’ah Al-Ma’rab
Naqib Najah
Narudin Pituin
Naskah Teater
Nasru Alam Aziz
Nelson Alwi
Neni Ridarineni
Nezar Patria
Ni Made Purnamasari
Ni Putu Rastiti
Nirwan Ahmad Arsuka
Nirwan Dewanto
Noval Jubbek
Novelet
Nunung Nurdiah
Nur Utami Sari’at Kurniati
Nurdin Kalim
Nurel Javissyarqi
Nurhadi BW
Obrolan
Odhy`s
Okta Adetya
Orasi Budaya Akhir Tahun 2018
Orhan Pamuk
Otto Sukatno CR
Pablo Neruda
Patricia Pawestri
PDS H.B. Jassin
Pipiet Senja
Pramoedya Ananta Toer
Pranita Dewi
Prosa
Proses Kreatif
Puisi
Puisi Pertemuan Mahasiswa
Puji Santosa
Pustaka Bergerak
PUstaka puJAngga
Putu Fajar Arcana
Putu Setia
Putu Wijaya
R. Timur Budi Raja
Radhar Panca Dahana
Rahmah Maulidia
Rahmi Hattani
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Rambuana
Ramzah Dambul
Raudal Tanjung Banua
Redhitya Wempi Ansori
Reiny Dwinanda
Remy Sylado
Resensi
Revolusi
Ria Febrina
Rialita Fithra Asmara
Ribut Wijoto
Richard Strauss
Rida K Liamsi
Riduan Situmorang
Ridwan Munawwar Galuh
Riki Dhamparan Putra
Rina Mahfuzah Nst
Rinto Andriono
Riris K. Toha-Sarumpaet
Risang Anom Pujayanto
Rita Zahara
Riza Multazam Luthfy
Robin Al Kautsar
Robin Dos Santos Soares
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Roland Barthes
Romi Zarman
Romo Jansen Boediantono
Rosidi
Ruslani
S Prana Dharmasta
S Yoga
S. Jai
S.W. Teofani
Sabine Müller
Sabrank Suparno
Safitri Ningrum
Saiful Amin Ghofur
Sajak
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Samsudin Adlawi
Sapardi Djoko Damono
Sarabunis Mubarok
Sartika Dian Nuraini
Sastra Using
Satmoko Budi Santoso
Saut Poltak Tambunan
Saut Situmorang
Sayuri Yosiana
Sayyid Madany Syani
Sejarah
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
Sem Purba
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Shiny.ane el’poesya
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sindu Putra
Siti Mugi Rahayu
Siti Sa’adah
Siwi Dwi Saputro
Sjifa Amori
Slamet Rahardjo Rais
Soeprijadi Tomodihardjo
Sofyan RH. Zaid
Sohifur Ridho’i
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sonya Helen Sinombor
Sosiawan Leak
Sri Rominah
Sri Wintala Achmad
St. Sularto
STKIP PGRI Ponorogo
Subagio Sastrowardoyo
Sudarmoko
Sudaryono
Sudirman
Sugeng Satya Dharma
Suhadi
Sujiwo Tedjo
Sukar
Suminto A. Sayuti
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sunlie Thomas Alexander
Suryadi
Suryanto Sastroatmodjo
Susilowati
Sutan Iwan Soekri Munaf
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Sutrisno Buyil
Syaifuddin Gani
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Winarsho AS
Tengsoe Tjahjono
Th. Sumartana
Theresia Purbandini
Tia Setiadi
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
TS Pinang
Tu-ngang Iskandar
Tulus Wijanarko
Udo Z. Karzi
Umbu Landu Paranggi
Universitas Indonesia
Urwatul Wustqo
Usman Arrumy
Usman Awang
UU Hamidy
Vinc. Kristianto Batuadji
Vladimir I. Braginsky
W.S. Rendra
Wahib Muthalib
Wahyu Utomo
Wardjito Soeharso
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wayan Sunarta
Weni Suryandari
Wiko Antoni
Wina Karnie
Winarta Adisubrata
Wiwik Widayaningtias
Yanto le Honzo
Yanuar Widodo
Yetti A. KA
Yohanes Sehandi
Yudhis M. Burhanudin
Yukio Mishima
Yulhasni
Yuli
Yulia Permata Sari
Yurnaldi
Yusmar Yusuf
Yusri Fajar
Yuswinardi
Yuval Noah Harari
Zaki Zubaidi
Zakky Zulhazmi
Zawawi Se
Zen Rachmat Sugito
Zuriati
Tidak ada komentar:
Posting Komentar