Minggu, 07 Januari 2018

Memeriksa Klaim Pelopor Sastra NTT, Apa Benar Gerson Poyk Pelopornya?

Gusty Fahik *
Pos Kupang,  21 Nov 2017

Perdebatan menarik terjadi di sebuah grup media sosial berlabel Komunitas Sastra NTT. Salah satu topik perdebatan adalah pertanyaan tentang siapa pelopor sastra NTT?

Sebelumnya, Yohanes Sehandi (selanjutnya disingkat YS) mempublikasikan hasil penelusurannya, dimana YS menyimpulkan bahwa pelopor sastra NTT adalah Gerson Poyk (GP).

Dalam artikelnya berjudul "55 Tahun Orang NTT di Panggung Sastra" YS secara eksplisit menulis demikian "Berdasarkan penelusuran terhadap berbagai data dan dokumentasi yang ada, baik di NTT maupun di luar NTT, saya akhirnya menemukan orang NTT pertama yang menggeluti dunia sastra. Dia adalah Gerson Poyk.

Gerson Poyk menulis dan publikasikan karya-karya sastranya lewat media cetak bertaraf nasional sejak Oktober 1961. Gerson Poyk patut diberi penghormatan dengan sebutan sebagai "perintis sastra NTT."

Dari keterangan ini dapat dilihat bahwa YS telah melakukan semacam penelusuran mendalam yang melibatkan berbagai sumber historis sebelum kemudian memunculkan kesimpulannya. Benarkah demikian?

Dalam sebuah diskusi yang diselenggarakan Komunitas Leko Kupang dan Komunitas Sastra Filokalia baru-baru ini (29/10/2017), Berto Tukan, peneliti dan penulis, mengemukakan "penemuan" lain yang bertentangan dengan temuan YS.

Berdasarkan dokumen yang tersimpan di Pusat Dokumentasi Sastra (PDS) HB Jassin ada seorang NTT bernama Virga Belan yang mempublikasikan karya berupa cerita pendek berjudul "Kisah Akhir Tahun" di majalah Kebudayaan Indonesia, pada tahun 1959, atau dua tahun lebih dulu dari GP.

Bahkan pada tahun 1962 Virga Belan (VB) menerima penghargaan dari Majalah Sastra yang diasuh HB Jassin, untuk cerpennya "Pangeran Jakarta."
***

Virga menolak penghargaan ini dengan alasan ideologis, yakni majalah Sastra dianggap kontraproduktif terhadap revolusi yang digemakan Soekarno. Surat penolakan Virga bisa dilihat di blog online Denny JA.

Menelusuri Virga Belan

Menurut keterangan sejarahwan sekaligus jurnalis senior, Peter A. Rohi, Virga Belan bukan nama sebenarnya. Virga diambil dari zodiak Virgo, sementara Belan diambil dari dua suku kata terakhir marga Saubelan. Sosok VB adalah Soekarnois sejati.

Tahun 1960-an awal, VB sudah menduduki posisi wakil ketua Lembaga Kebudayaan Nasional (LKN) yang diketuai Sitor Situmorang. LKN adalah "underbow" Partai Nasional Indonesia (PNI) yang dibentuk untuk mengimbangi sepak terjang Lembaga Kebudayaan Rakyat (Lekra), "underbow" PKI.

Jika memperhadapkan posisi VB dan GP pada masa ini, maka akan terlihat secara politik, VB lebih unggul posisinya dibanding GP, sebab LKN ada di bawah PNI yang merupakan partai pendukung utama Soekarno. Posisi PNI boleh dibilang mirip PDIP saat ini.

Persis di sini pula VB berbeda posisi dengan GP, sebab GP ada dalam kubu, sekaligus penandatangan Manifesto Kebudayaan (Manikebu). Hal ini kelak akan berpengaruh pula pada perjalanan karier kedua tokoh ini.

Setelah Soekarno lengser oleh peristiwa September 1965, Manikebu seakan-akan keluar sebagai pemenang dalam perseteruan dengan Lekra dan LKN. Rezim Orde Baru kemudian merepresi tokoh-tokoh yang bernaung di bawah Lekra dan LKN.

Nama-nama besar seperti Sitor Situmorang (LKN) dan Pramoedya Ananta Toer (Lekra) kemudian hilang selama beberapa waktu oleh represi yang dilakukan rezim Orde Baru. Kenyataan ini bertolak belakang dengan apa yang dialami mereka yang bernaung di bawah Manikebu seperti Gerson Poyk.
***

Virga Belan turut merintis berdirinya surat kabar Harian Merdeka. Menurut Peter A. Rohi, ada ratusan Tajuk Rencana yang ia tulis selama jadi redaktur di Harian Merdeka. Ironisnya, ia dipecat dari Harian Merdeka atas permintaan langsung dari Presiden Soeharto yang marah akibat salah satu Tajuk Rencana yang ditulis VB.

Gambaran singkat mengenai latar sejarah dan konteks politik di atas kiranya menjelaskan mengapa nama VB seperti hilang dari kepenulisan sastra, sementara nama GP lebih bersinar.

Meski demikian, saya tidak bermaksud mengangkat seorang tokoh dan memojokkan yang lain. Saya hanya bermaksud menunjukkan konteks sejarah dan politik zaman itu agar kita miliki pandangan yang lebih jelas mengenai kedua tokoh NTT ini, sebagai dasar pijak untuk memeriksa klaim YS.

Mengoreksi Simpulan Ahistoris YS

Kemunculan nama Virga Belan dan dokumentasi karyanya yang masih tersimpan di PDS HB Jassin seperti "ditemukan" Berto Tukan, hemat saya menjadi koreksi atas simpulan yang lebih dulu dibuat YS.

Jika koreksi ini diterima maka gelar "pelopor sastra NTT" yang disematkan YS pada GP perlu diperiksa kembali relevansinya. Saya mencatatnya dalam beberapa poin.

Pertama, simpulan YS terbukti ahistoris atau bertentangan dengan catatan sejarah. Dengan demikian, keterangan YS bahwa simpulannya berlandaskan pada berbagai data baik yang ada di NTT maupun di luar NTT patut dicurigai kebenarannya.

Atau, jika benar YS melakukan penelusuran sampai ke luar NTT, bisa saja penelusurannya tidak maksimal sebab apa yang tersimpan di PDS HB Jassin tidak terjamah. Bukankah PDS HB Jassin jadi rujukan terpercaya bagi penelitian-penelitian sastra di tanah air? Sayang jika penelusuran YS yang oleh sebagian kalangan dijuluki Paus Sastra NTT itu tidak sampai ke sana.

Kedua, selain data yang ditemukan Berto Tukan, pernyataan bahwa orang NTT baru 55 tahun berkiprah di dunia sastra perlu diperiksa kembali. Hal ini tentu saja dapat dilakukan dengan terlebih dahulu memeriksa apa yang dimaksud dunia sastra menurut YS.
***

Dari artikel YS hampir pasti bahwa yang dimaksud dunia sastra menurut YS adalah sastra dengan lingkup nasional. Karena itu seseorang baru dianggap bergelut dalam dunia sastra kalau karyanya sudah termuat di media nasional.

Apa yang dilakukan YS ini mematikan geliat sastra di daerah dan mengesampingkan secara sepihak tokoh-tokoh lain yang bisa saja bergelut di bidang sasra tetapi karyanya tidak pernah dipublikasikan di media nasional.

Poin kedua di atas menjadi catatan tersendiri, sebab menurut penelitian Van Klinken dalam bukunya The Making of Middle Indonesia (2015), pada tahun 1933 di Kupang sudah ada tidak kurang dari 9 surat kabar lokal.

Pada September 1933, salah satu surat kabar lokal yakni Fadjar, menerbitkan seluruh edisinya dalam bentuk syair dalam rangka perayaan ulang tahun Ratu Belanda, yang diperingati pada 31 Agustus (Van Klinken, 2015: 118). Menulis seluruh edisi dalam bentuk syair jelas merupakan sebuah karya sastra. Sayangnya arsip dari surat kabar-surat kabar itu kini hanya ada di Perpustakaan Nasional RI di Jakarta.

Jika geliat sastra di daerah yang terjadi jauh sebelum Republik Indonesia berdiri turut diperhitungkan maka bisa saja bukan Gerson Poyk atau Virga Belan yang layak menyandang gelar pelopor sastra NTT.

Sayangnya, geliat itu terjadi ketika republik ini belum merdeka dan NTT belum terbentuk sebagai provinsi, bagian dari Indonesia merdeka.

Ketiga, bisa saja penelusuran YS memang dilakukan dalam keterbatasan atau minim dukungan. Namun, melakukan penelitian menyangkut sastra dengan tidak menyentuh arsip-arsip di Pusat Dokumentasi Sastra HB Jassin maupun Perpustakaan Nasional RI jelas sebuah kelalaian yang harusnya sudah diantisipasi oleh YS.

Dengan demikian YS tidak buru-buru membuat kesimpulan, atau menerbitkan sebuah buku untuk dibaca umum, karena bisa berakibat pada penyebaran kekeliruan secara masif. Hemat saya penemuan Berto Tukan telah melampaui, sekaligus menyempurnakan keterbatasan penelitian yang dilakukan YS.

Keempat, jika kita mau jujur pada sejarah yang bertautan dengan tokoh-tokoh dari daerah kita sendiri, secara khusus dalam bidang sastra, apa yang ditulis YS harus direvisi atau ditinjau kembali. Ini menuntut kerendahan hati akademis dari YS sebagai dosen untuk mengakui keterbatasan penelitiannya terdahulu.

Tidak ada yang benar-benar sempurna, bahkan sebuah teori bisa saja dibatalkan dan dibarui teori baru yang muncul kemudian.

Pada sisi lain, ini juga menjadi semacam motivasi bagi para akademisi kita untuk terus berkarya menghasilkan penelitian baru yang kelak akan berguna dan menjadi pegangan bagi generasi mendatang. Kita tidak bisa memberikan sesuatu yang keliru atau ahistoris untuk generasi penerus.

*) Penulis Buku Membaca Jejak Kekuasaan, bergiat di Komunitas Pustaka Leko Kupang.
http://kupang.tribunnews.com/2017/11/21/memeriksa-klaim-pelopor-sastra-ntt-apa-benar-gerson-poyk-pelopornya?page=4

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Azis Masyhuri A. Qorib Hidayatullah A.C. Andre Tanama A.S. Laksana Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi WM Abdul Malik Abdurrahman Wahid Abidah El Khalieqy Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Adi Prasetyo Afnan Malay Afrizal Malna Afthonul Afif Aguk Irawan M.N. Agus B. Harianto Agus Himawan Agus Noor Agus R. Sarjono Agus Sri Danardana Agus Sulton Agus Sunyoto Agus Wibowo Ahda Imran Ahmad Fatoni Ahmad Maltup SA Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad Suyudi Ahmad Syubbanuddin Alwy Ahmad Tohari Ahmad Y. Samantho Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhmad Sekhu Akmal Nasery Basral Alex R. Nainggolan Alexander G.B. Almania Rohmah Alunk Estohank Amalia Sulfana Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Aminullah HA Noor Andari Karina Anom Andi Nur Aminah Anes Prabu Sadjarwo Anindita S Thayf Anindita S. Thayf Anitya Wahdini Anton Bae Anton Kurnia Anung Wendyartaka Anwar Nuris Anwari WMK Aprinus Salam APSAS (Apresiasi Sastra) Indonesia Ardus M Sawega Arie MP Tamba Arief Budiman Ariel Heryanto Arif Saifudin Yudistira Arif Zulkifli Arifi Saiman Aris Kurniawan Arman A.Z. Arsyad Indradi Arti Bumi Intaran Ary Wibowo AS Sumbawi Asarpin Asbari N. Krisna Asep Salahudin Asep Sambodja Asti Musman Atep Kurnia Atih Ardiansyah Aulia A Muhammad Awalludin GD Mualif Aziz Abdul Gofar B. Nawangga Putra Badaruddin Amir Bagja Hidayat Bakdi Sumanto Balada Bale Aksara Bambang Agung Bambang Kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bedah Buku Beni Setia Benni Indo Benny Arnas Benny Benke Bentara Budaya Yogyakarta Berita Duka Berita Utama Bernando J Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Bonari Nabonenar Bre Redana Brunel University London Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiman S. Hartoyo Buku Kritik Sastra Bung Tomo Burhanuddin Bella Butet Kartaredjasa Cahyo Junaedy Cak Kandar Caroline Damanik Catatan Cecep Syamsul Hari Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Chavchay Saifullah Cornelius Helmy Herlambang D. Zawawi Imron Dad Murniah Dadang Sunendar Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Dante Alighieri David Krisna Alka Deddy Arsya Dedi Pramono Delvi Yandra Deni Andriana Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dewan Kesenian Lamongan (DKL) Dewey Setiawan Dewi Rina Cahyani Dewi Sri Utami Dian Hartati Diana A.V. Sasa Dianing Widya Yudhistira Dina Jerphanion Djadjat Sudradjat Djasepudin Djoko Pitono Djoko Saryono Dodiek Adyttya Dwiwanto Dody Kristianto Donny Anggoro Donny Syofyan Dony P. Herwanto Dorothea Rosa Herliany Dr Junaidi Dudi Rustandi Dwi Arjanto Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi S. Wibowo Dwicipta Dwijo Maksum E. M. Cioran E. Syahputra Egidius Patnistik Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Hendrawan Sofyan Eko Triono Elisa Dwi Wardani Ellyn Novellin Elokdyah Meswati Emha Ainun Nadjib Endro Yuwanto Eriyanti Erwin Edhi Prasetya Esai Evi Idawati F Dewi Ria Utari F. Dewi Ria Utari Fadlillah Malin Sutan Kayo Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fajar Alayubi Fakhrunnas MA Jabbar Fanani Rahman Faruk HT Fatah Yasin Noor Fatkhul Anas Fazabinal Alim Fazar Muhardi Felix K. Nesi Festival Sastra Gresik Fikri. MS Frans Ekodhanto Fransiskus X. Taolin Franz Kafka Fuad Nawawi Gabriel García Márquez Gde Artawa Geger Riyanto Gendhotwukir Gerakan Surah Buku (GSB) Ging Ginanjar Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gufran A. Ibrahim Gunoto Saparie Gusty Fahik H. Rosihan Anwar H.B. Jassin Hadi Napster Halim HD Halimi Zuhdy Hamdy Salad Hamsad Rangkuti Han Gagas Haris del Hakim Hary B Kori’un Hasan Junus Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Hasyuda Abadi Hawe Setiawan Helvy Tiana Rosa Hendra Makmur Hepi Andi Bastoni Herdiyan Heri KLM Heri Latief Heri Ruslan Herman Hasyim Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Herry Lamongan Heru Emka Hikmat Gumelar Holy Adib Hudan Hidayat Humam S Chudori I Nyoman Darma Putra I Nyoman Suaka I Tito Sianipar Ian Ahong Guruh IBM. Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi IDG Windhu Sancaya Iffah Nur Arifah Ignas Kleden Ignasius S. Roy Tei Seran Ignatius Haryanto Ignatius Liliek Ika Karlina Idris Ilham Khoiri Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indah S. Pratidina Indiar Manggara Indra Tranggono Indrian Koto Insaf Albert Tarigan Ipik Tanoyo Irine Rakhmawati Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Norman Istiqomatul Hayati Iswara N Raditya Iverdixon Tinungki Iwan Gunadi Iwan Nurdaya Djafar Jadid Al Farisy Jakob Sumardjo Jamal D. Rahman Jamrin Abubakar Janual Aidi Javed Paul Syatha Jay Am Jaya Suprana Jean-Paul Sartre JJ. Kusni Joanito De Saojoao Jodhi Yudono John Js Joko Pinurbo Joko Sandur Joni Ariadinata Jual Buku Paket Hemat Junaidi Abdul Munif Jusuf AN Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Katrin Bandel Kedung Darma Romansha Khairul Mufid Jr Ki Panji Kusmin Kingkin Puput Kinanti Kirana Kejora Ko Hyeong Ryeol Koh Young Hun Komarudin Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kritik Sastra Kurniawan Kuswaidi Syafi'ie Lathifa Akmaliyah Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember Lenah Susianty Leon Trotsky Linda Christanty Liza Wahyuninto Lona Olavia Lucia Idayani Luhung Sapto Nugroho Lukman Santoso Az Luky Setyarini Lusiana Indriasari Lutfi Mardiansyah M Syakir M. Faizi M. Fauzi Sukri M. Mustafied M. Yoesoef M.D. Atmaja M.H. Abid M.Harir Muzakki Made Wianta Mahmoud Darwish Mahmud Jauhari Ali Majalah Budaya Jejak Makmur Dimila Malkan Junaidi Maman S Mahayana Manneke Budiman Mardi Luhung Mardiyah Chamim Marhalim Zaini Maria Hartiningsih Mariana Amiruddin Martin Aleida Marwanto Mas Ruscitadewi Masdharmadji Mashuri Masuki M. Astro Media Dunia Sastra Media: Crayon on Paper Mega Vristian Melani Budianta Mezra E Pellondou MG. Sungatno Micky Hidayat Mikael Johani Mikhael Dua Misbahus Surur Moch Arif Makruf Mohamad Fauzi Mohamad Sobary Mohamed Nasser Mohamed Mohammad Takdir Ilahi Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Amin Muhammad Muhibbuddin Muhammad Nanda Fauzan Muhammad Qodari Muhammad Rain Muhammad Subarkah Muhammad Taufiqurrohman Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun AS Muhyidin Mujtahid Munawir Aziz Musa Asy’arie Musa Ismail Musfi Efrizal Mustafa Ismail Mustofa W Hasyim N. Mursidi Nafi’ah Al-Ma’rab Naqib Najah Narudin Pituin Naskah Teater Nasru Alam Aziz Nelson Alwi Neni Ridarineni Nezar Patria Ni Made Purnamasari Ni Putu Rastiti Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Noval Jubbek Novelet Nunung Nurdiah Nur Utami Sari’at Kurniati Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurhadi BW Obrolan Odhy`s Okta Adetya Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Orhan Pamuk Otto Sukatno CR Pablo Neruda Patricia Pawestri PDS H.B. Jassin Pipiet Senja Pramoedya Ananta Toer Pranita Dewi Prosa Proses Kreatif Puisi Puisi Pertemuan Mahasiswa Puji Santosa Pustaka Bergerak PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Setia Putu Wijaya R. Timur Budi Raja Radhar Panca Dahana Rahmah Maulidia Rahmi Hattani Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rambuana Ramzah Dambul Raudal Tanjung Banua Redhitya Wempi Ansori Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Revolusi Ria Febrina Rialita Fithra Asmara Ribut Wijoto Richard Strauss Rida K Liamsi Riduan Situmorang Ridwan Munawwar Galuh Riki Dhamparan Putra Rina Mahfuzah Nst Rinto Andriono Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Rita Zahara Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Roland Barthes Romi Zarman Romo Jansen Boediantono Rosidi Ruslani S Prana Dharmasta S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabine Müller Sabrank Suparno Safitri Ningrum Saiful Amin Ghofur Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Sartika Dian Nuraini Sastra Using Satmoko Budi Santoso Saut Poltak Tambunan Saut Situmorang Sayuri Yosiana Sayyid Madany Syani Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) Sem Purba Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Shiny.ane el’poesya Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sindu Putra Siti Mugi Rahayu Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Slamet Rahardjo Rais Soeprijadi Tomodihardjo Sofyan RH. Zaid Sohifur Ridho’i Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sonya Helen Sinombor Sosiawan Leak Sri Rominah Sri Wintala Achmad St. Sularto STKIP PGRI Ponorogo Subagio Sastrowardoyo Sudarmoko Sudaryono Sudirman Sugeng Satya Dharma Suhadi Sujiwo Tedjo Sukar Suminto A. Sayuti Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Suryadi Suryanto Sastroatmodjo Susilowati Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Sutrisno Buyil Syaifuddin Gani Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Th. Sumartana Theresia Purbandini Tia Setiadi Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto TS Pinang Tu-ngang Iskandar Tulus Wijanarko Udo Z. Karzi Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Urwatul Wustqo Usman Arrumy Usman Awang UU Hamidy Vinc. Kristianto Batuadji Vladimir I. Braginsky W.S. Rendra Wahib Muthalib Wahyu Utomo Wardjito Soeharso Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Weni Suryandari Wiko Antoni Wina Karnie Winarta Adisubrata Wiwik Widayaningtias Yanto le Honzo Yanuar Widodo Yetti A. KA Yohanes Sehandi Yudhis M. Burhanudin Yukio Mishima Yulhasni Yuli Yulia Permata Sari Yurnaldi Yusmar Yusuf Yusri Fajar Yuswinardi Yuval Noah Harari Zaki Zubaidi Zakky Zulhazmi Zawawi Se Zen Rachmat Sugito Zuriati