Musa Ismail *
http://riaupos.co
SIAPA yang tidak mengenali Rendra? Beliau bernama Willybrordus Surendra Bhawana Rendra Brotoatmojo. Sastrawan besar yang biasa disapa W.S. Rendra itu lahir di Kampung Jayengan, Kota Surakarta, Jawa Tengah, Kamis, 7 November 1935, pukul 17.05 WIB. Ayahnya bernama Raden Cyprianus Sugeng Brotoatmojo. Ibunya, Raden Ajeng Ismadillah. Pendidikan SMA Rendra di kampung kelahirannya. Willy—begitu sapaan akrabnya—masuk Jurusan Sastra Inggris, Fakultas Sastra dan Kebudayaan, UGM, dan meraih gelar Sarjana Muda (B.A). Pada 1964 hingga Agustus 1967, Rendra berada di Amerika Serikat. Di sana, ia belajar di American Academy of Dramatic Arts.
Pendidikan Rendra dari TK hingga SMA sangat memengaruhi kepribadiannya. Menurut Rendra, ayahnya memang ekstrem anti-feodalisme. Niat ayahnya mendidik anaknya secara modern dan Barat tidak bisa diubah walaupun Eyang Sosrowinoto tidak menyetujui cucunya dimasukkan di sekolah Barat. Rendra dimasukkan di TK milik Yayasan Kanisius yang dikelola Suster Fransiskan dari Misi Katolik Belanda. Sekolah ini mempraktikkan metode pendidikan Maria Montessori (ahli pendidikan Italia) dan Froebel (ahli pendidikan Jerman). Montessori (1870-1952) menitikberatkan pada pembebasan anak didik. Friedrich Wilhelm August Froebel (1782-1852) sangat memerhatikan unsur-unsur naluri dan intuisi dalam mendidik. Rendra merasa beruntung dididik di sekolah Barat modern yang progresif.
Selama di TK dan SMA inilah, dia ditempat untuk mengungkapkan diri dengan bebas, jelas, dan teratur. Pemahaman Rendra tentang demokrasi dan hak asasi manusia lahir dari lingkungan pendidikan ini. Selama pendidikan, dia dilatih menganalisis secara ilmiah dengan tuntas. Kenyataan objektif diberikan tempat penting dalam mempertimbangkan pikiran. Uniknya lagi di rumah, Rendra dididik oleh kerabat yang disapanya Mas Junaidi. Dia belajar tentang kesadaran pancaindera, kesadaran pikiran, dan kesadaran naluri. Rendra diajari meraba sebatang besi, kayu, pentungan karet, dan cara membedakan sifat benda tersebut melalui indera tangan.
”Melalui perabaan, saya juga dilatih menghayati pasir, tanah liat, abu, krikil, permukaan kaca, berbagai daun, lantai, tembok, dan sebagainya. Saya juga diajari menghayati lingkungan melalui pendengaran, penciuman, pengecapan, dan penglihatan,” kata penyair yang dijuluki Si Burung Merak itu.
Selain itu, Rendra juga mempelajari penghayatan hal-hal lain. Pertama, meraba raga (saya menerjemahkan penghayatan raga). Penyair yang mempelajari Silat Bangau Putih ini diajari duduk bersila dengan tenang, mata terpejam. Lalu, ia meraba-raba sesuatu hanya dengan pikiran. Sambil duduk bersila dengan tenang, Rendra meraba telapak kaki, lutut, bahu, hidung, daun telinga, ubun-ubun, bola mata, rongga hidung, dan seluruh bagian tubuh dengan pikiran. Latihan ini, menurut Rendra, mampu memunculkan rasa rileks dan rasa tentram. Kedua, meraba dunia (saya menerjemahkan penghayatan dunia). Sambil duduk tenang, Rendra dilatih meraba dunia sekelilingnya dengan pikiran. Misalnya, detail kamar tempat ia berada, kamar mandi, dapur, kelas di sekolah, kereta yang biasa membawanya ke sekolah, orang tua, teman. Pokoknya, seluruh isi alam raya, baik nyata maupun gaib. Menurut Rendra, latihan ini membawa rasa kebebasan yang sangat luas dan meningkatkan rasa solidaritas pada seluruh isi alam semesta raya. Kedua penghayatan ini, kata Rendra mengutip Mas Junaidi, disebut penyadaran pikiran. Baginya, pelajaran di sekolah dan di rumah saling mengisi.
”Rupanya, hal itu pula yang mendorong saya, sebagai seniman, sangat menghargai realisme—tapi tidak puas dengan sekadar realisme saja,” kata penyair yang suka bersemadi dan bertafakur ini. ”Itu juga memudahkan saya sebagai manusia untuk hilir mudik antara filsafat, mistik, ilmu pengetahuan, dan agama,” lanjutnya.
Dalam buku puisi Doa untuk Anak Kecil (kumpulan puisi Rendra yang belum pernah dipublikasikan), penyair Sapardi Djoko Damono berpendapat, ”Dalam keadaan apa pun, Rendra senantiasa menyihir kita lewat kata-kata” (tulisan disampul buku bergambar kendi yang meneteskan air bermotif bulu merak. Di atas kendi tersebut tertulis nama W.S. Rendra berwarna merah. Di bagian lain, penyair Seno Gumira Ajidarma berpendapat bahwa dalam hal Rendra, perhatian itu adalah kepedulian, keberpihakan, dan akhirnya keterlibatan sehingga sastra baginya jelas bukanlah sekadar seni demi pertumbuhan seni itu sendiri. Lalu, penyair Agus Noor berpandangan bahwa dalam banyak sajak Rendra selalu ada gairah pemberontakan, yang tak takluk pada keadaan. Kita terpesona bukan hanya pada kata-kata yang dituliskannya, tetapi juga pada tenaga dalam sajak-sajaknya. Inilah kenapa sajak-sajak Rendra menjadi penting di zaman ini. Zaman yang penuh godaan kesementaraan. Kemudian, Komaruddin Hidayat berkomentar bahwa Renda adalah sosok pejuang kemanusiaan dan kebudayaan dengan senjata kata-kata. Dia sosok besar yang piawai merangkai fenomena dalam kalimat-kalimat bernas. Disuntikkannya semangat dan gairah melawan dalam setiap pintalan baris. Membaca puisi-puisinya bagaikan tersengat percikan bara yang berusaha mempertahankan nyalanya di tengah serbuan hawa dingin. Yang terakhir, seniman Sujiwo Tejo berkata, dari dulu setiap membaca puisi Mas Willy (Rendra) dia selalu diingatkan bahwa walau meledak-ledak dan berdaya pukau, puisi bisa tetap sederhana, berbahasa sehari-hari, sangat religius.
Kereligiusan Rendra dapat kita kupas melalui beberapa puisinya dalam Doa untuk Anak Kecil (Bentang, 2013). Puisi-puisi tersebut di antaranya Tuhan, Aku Cinta pada-Mu (h.61), Gumamku, ya Allah (h. 3), Doa (h.5). Puisi-puisi Rendra tersebut merupakan pernyataan bahwa kehidupan ini tidak berjalan dengan sendirinya. Ada Allah Azzawajalla yang mengatur semua kehidupan ini.
Tuhanku, Aku Cinta pada-Mu
Aku lemas
tapi berdaya
Aku tak sambat rasa sakit
atau gatal.
Aku pengin makan tajin
Aku tidak pernah sesak napas
tapi tubuhku tidak memuaskan
untuk punya posisi yang ideal dan wajar.
Aku pengin membersihkan tubuhku
dari racun kimiawi.
Aku ingin kembali ke jalan alam
Aku ingin meningkatkan pengabdian kepada Allah.
Tuhanku, aku cinta pada-Mu.
Penghayatan akan alam sangat tergambar dalam puisi ini. Rendra menghayati alam nyata dan gaib dengan pikiran-pikiran kritisnya. Puisi ini merupakan bukti sikap kritisnya dalam menyikapi hidup. Kehidupan ini bermula dari Allah Taala dan berakhir kepada Allah Taala. Karena itu, …kembali ke jalan alam merupakan satu keinginan meningkatkan pengabdian kepada Allah sebagai rasa cinta kepada Khalik Semesta Alam. Di awal puisi ini, Rendra menolak keluhan melalui diksi sambat (keluhan/mengeluh) terhadap berbagai ”penyakit” kehidupan. Di sinilah letak kesadaran penghayatan Rendra kepada Allah. Semua kehidupan ini penuh rahasia Ilahi dan kerinduan seperti larik adalah bayangan rahasia kehadiran-Mu, ya Allah!....Api rindu pada-Mu menyala di pundak yang sepi (puisi Gumamku, ya Allah). Namun, apa pun hasil dari perjalanan kehidupan ini, Rendra tetap mengenang kematian. Allah menatap hati/Manusia menatap raga/Hamba bersujud kepada-Mu, ya Allah!/Karena hidupku, karena matiku// (dalam puisi Doa). Puisi ini merupakan kesadaran Rendra setelah penghayatan perjalanan panjang kehidupannya. Akhirnya, Rendra meninggal dunia pada Kamis malam Jumat, 6 Agustus 2009. Beliau dimakamkan di Kampus Bengkel Teater Rendra bakda salat Jumat. Ya, Allah, ampunilah dosa-dosa hamba/supaya bersih jiwa hamba/Sehingga dengan begitu mata hamba/bisa melihat cahaya-Mu/Telinga hamba bisa mendengar bisikan-Mu/Dan nafas-Mu membimbing kelakuanku/Amin, ya robbal alamin.***
*) Musa Ismail, adalah guru di SMAN 3 Bengkalis. Penulis juga dosen STAIN Bengkalis dan dosen Politeknik Negeri Bengkalis. Setakat ini, dia sudah menghasilkan tujuh buku karya sastra berupa cerpen, novel, dan esai sastra-budaya.
http://riaupos.co/3201-spesial-penghayatan-cinta-rendra-kepada-allah.html
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
A Rodhi Murtadho
A. Azis Masyhuri
A. Qorib Hidayatullah
A.C. Andre Tanama
A.S. Laksana
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Hadi WM
Abdul Malik
Abdurrahman Wahid
Abidah El Khalieqy
Acep Iwan Saidi
Acep Zamzam Noor
Adi Prasetyo
Afnan Malay
Afrizal Malna
Afthonul Afif
Aguk Irawan M.N.
Agus B. Harianto
Agus Himawan
Agus Noor
Agus R. Sarjono
Agus Sri Danardana
Agus Sulton
Agus Sunyoto
Agus Wibowo
Ahda Imran
Ahmad Fatoni
Ahmad Maltup SA
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Musthofa Haroen
Ahmad Suyudi
Ahmad Syubbanuddin Alwy
Ahmad Tohari
Ahmad Y. Samantho
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ajip Rosidi
Akhmad Sekhu
Akmal Nasery Basral
Alex R. Nainggolan
Alexander G.B.
Almania Rohmah
Alunk Estohank
Amalia Sulfana
Amien Wangsitalaja
Aming Aminoedhin
Aminullah HA Noor
Andari Karina Anom
Andi Nur Aminah
Anes Prabu Sadjarwo
Anindita S Thayf
Anindita S. Thayf
Anitya Wahdini
Anton Bae
Anton Kurnia
Anung Wendyartaka
Anwar Nuris
Anwari WMK
Aprinus Salam
APSAS (Apresiasi Sastra) Indonesia
Ardus M Sawega
Arie MP Tamba
Arief Budiman
Ariel Heryanto
Arif Saifudin Yudistira
Arif Zulkifli
Arifi Saiman
Aris Kurniawan
Arman A.Z.
Arsyad Indradi
Arti Bumi Intaran
Ary Wibowo
AS Sumbawi
Asarpin
Asbari N. Krisna
Asep Salahudin
Asep Sambodja
Asti Musman
Atep Kurnia
Atih Ardiansyah
Aulia A Muhammad
Awalludin GD Mualif
Aziz Abdul Gofar
B. Nawangga Putra
Badaruddin Amir
Bagja Hidayat
Bakdi Sumanto
Balada
Bale Aksara
Bambang Agung
Bambang Kempling
Bamby Cahyadi
Bandung Mawardi
Bedah Buku
Beni Setia
Benni Indo
Benny Arnas
Benny Benke
Bentara Budaya Yogyakarta
Berita Duka
Berita Utama
Bernando J Sujibto
Berthold Damshauser
Binhad Nurrohmat
Bonari Nabonenar
Bre Redana
Brunel University London
Budi Darma
Budi Hutasuhut
Budi P. Hatees
Budiman S. Hartoyo
Buku Kritik Sastra
Bung Tomo
Burhanuddin Bella
Butet Kartaredjasa
Cahyo Junaedy
Cak Kandar
Caroline Damanik
Catatan
Cecep Syamsul Hari
Cerbung
Cerpen
Chairil Anwar
Chamim Kohari
Chavchay Saifullah
Cornelius Helmy Herlambang
D. Zawawi Imron
Dad Murniah
Dadang Sunendar
Damhuri Muhammad
Damiri Mahmud
Danarto
Daniel Paranamesa
Dante Alighieri
David Krisna Alka
Deddy Arsya
Dedi Pramono
Delvi Yandra
Deni Andriana
Denny Mizhar
Dessy Wahyuni
Dewan Kesenian Lamongan (DKL)
Dewey Setiawan
Dewi Rina Cahyani
Dewi Sri Utami
Dian Hartati
Diana A.V. Sasa
Dianing Widya Yudhistira
Dina Jerphanion
Djadjat Sudradjat
Djasepudin
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Dodiek Adyttya Dwiwanto
Dody Kristianto
Donny Anggoro
Donny Syofyan
Dony P. Herwanto
Dorothea Rosa Herliany
Dr Junaidi
Dudi Rustandi
Dwi Arjanto
Dwi Fitria
Dwi Pranoto
Dwi S. Wibowo
Dwicipta
Dwijo Maksum
E. M. Cioran
E. Syahputra
Egidius Patnistik
Eka Budianta
Eka Kurniawan
Eko Darmoko
Eko Hendrawan Sofyan
Eko Triono
Elisa Dwi Wardani
Ellyn Novellin
Elokdyah Meswati
Emha Ainun Nadjib
Endro Yuwanto
Eriyanti
Erwin Edhi Prasetya
Esai
Evi Idawati
F Dewi Ria Utari
F. Dewi Ria Utari
Fadlillah Malin Sutan Kayo
Fahrudin Nasrulloh
Faisal Kamandobat
Fajar Alayubi
Fakhrunnas MA Jabbar
Fanani Rahman
Faruk HT
Fatah Yasin Noor
Fatkhul Anas
Fazabinal Alim
Fazar Muhardi
Felix K. Nesi
Festival Sastra Gresik
Fikri. MS
Frans Ekodhanto
Fransiskus X. Taolin
Franz Kafka
Fuad Nawawi
Gabriel García Márquez
Gde Artawa
Geger Riyanto
Gendhotwukir
Gerakan Surah Buku (GSB)
Ging Ginanjar
Gita Pratama
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gufran A. Ibrahim
Gunoto Saparie
Gusty Fahik
H. Rosihan Anwar
H.B. Jassin
Hadi Napster
Halim HD
Halimi Zuhdy
Hamdy Salad
Hamsad Rangkuti
Han Gagas
Haris del Hakim
Hary B Kori’un
Hasan Junus
Hasnan Bachtiar
Hasta Indriyana
Hasyuda Abadi
Hawe Setiawan
Helvy Tiana Rosa
Hendra Makmur
Hepi Andi Bastoni
Herdiyan
Heri KLM
Heri Latief
Heri Ruslan
Herman Hasyim
Hermien Y. Kleden
Hernadi Tanzil
Herry Lamongan
Heru Emka
Hikmat Gumelar
Holy Adib
Hudan Hidayat
Humam S Chudori
I Nyoman Darma Putra
I Nyoman Suaka
I Tito Sianipar
Ian Ahong Guruh
IBM. Dharma Palguna
Ibnu Rusydi
Ibnu Wahyudi
IDG Windhu Sancaya
Iffah Nur Arifah
Ignas Kleden
Ignasius S. Roy Tei Seran
Ignatius Haryanto
Ignatius Liliek
Ika Karlina Idris
Ilham Khoiri
Imam Muhtarom
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Rosyid
Imron Tohari
Indah S. Pratidina
Indiar Manggara
Indra Tranggono
Indrian Koto
Insaf Albert Tarigan
Ipik Tanoyo
Irine Rakhmawati
Isbedy Stiawan Z.S.
Iskandar Norman
Istiqomatul Hayati
Iswara N Raditya
Iverdixon Tinungki
Iwan Gunadi
Iwan Nurdaya Djafar
Jadid Al Farisy
Jakob Sumardjo
Jamal D. Rahman
Jamrin Abubakar
Janual Aidi
Javed Paul Syatha
Jay Am
Jaya Suprana
Jean-Paul Sartre
JJ. Kusni
Joanito De Saojoao
Jodhi Yudono
John Js
Joko Pinurbo
Joko Sandur
Joni Ariadinata
Jual Buku Paket Hemat
Junaidi Abdul Munif
Jusuf AN
Karya Lukisan: Andry Deblenk
Kasnadi
Katrin Bandel
Kedung Darma Romansha
Khairul Mufid Jr
Ki Panji Kusmin
Kingkin Puput Kinanti
Kirana Kejora
Ko Hyeong Ryeol
Koh Young Hun
Komarudin
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias
Korrie Layun Rampan
Kritik Sastra
Kurniawan
Kuswaidi Syafi'ie
Lathifa Akmaliyah
Latief S. Nugraha
Leila S. Chudori
Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember
Lenah Susianty
Leon Trotsky
Linda Christanty
Liza Wahyuninto
Lona Olavia
Lucia Idayani
Luhung Sapto Nugroho
Lukman Santoso Az
Luky Setyarini
Lusiana Indriasari
Lutfi Mardiansyah
M Syakir
M. Faizi
M. Fauzi Sukri
M. Mustafied
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
M.H. Abid
M.Harir Muzakki
Made Wianta
Mahmoud Darwish
Mahmud Jauhari Ali
Majalah Budaya Jejak
Makmur Dimila
Malkan Junaidi
Maman S Mahayana
Manneke Budiman
Mardi Luhung
Mardiyah Chamim
Marhalim Zaini
Maria Hartiningsih
Mariana Amiruddin
Martin Aleida
Marwanto
Mas Ruscitadewi
Masdharmadji
Mashuri
Masuki M. Astro
Media Dunia Sastra
Media: Crayon on Paper
Mega Vristian
Melani Budianta
Mezra E Pellondou
MG. Sungatno
Micky Hidayat
Mikael Johani
Mikhael Dua
Misbahus Surur
Moch Arif Makruf
Mohamad Fauzi
Mohamad Sobary
Mohamed Nasser Mohamed
Mohammad Takdir Ilahi
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Amin
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad Nanda Fauzan
Muhammad Qodari
Muhammad Rain
Muhammad Subarkah
Muhammad Taufiqurrohman
Muhammad Yasir
Muhammad Zuriat Fadil
Muhammadun AS
Muhyidin
Mujtahid
Munawir Aziz
Musa Asy’arie
Musa Ismail
Musfi Efrizal
Mustafa Ismail
Mustofa W Hasyim
N. Mursidi
Nafi’ah Al-Ma’rab
Naqib Najah
Narudin Pituin
Naskah Teater
Nasru Alam Aziz
Nelson Alwi
Neni Ridarineni
Nezar Patria
Ni Made Purnamasari
Ni Putu Rastiti
Nirwan Ahmad Arsuka
Nirwan Dewanto
Noval Jubbek
Novelet
Nunung Nurdiah
Nur Utami Sari’at Kurniati
Nurdin Kalim
Nurel Javissyarqi
Nurhadi BW
Obrolan
Odhy`s
Okta Adetya
Orasi Budaya Akhir Tahun 2018
Orhan Pamuk
Otto Sukatno CR
Pablo Neruda
Patricia Pawestri
PDS H.B. Jassin
Pipiet Senja
Pramoedya Ananta Toer
Pranita Dewi
Prosa
Proses Kreatif
Puisi
Puisi Pertemuan Mahasiswa
Puji Santosa
Pustaka Bergerak
PUstaka puJAngga
Putu Fajar Arcana
Putu Setia
Putu Wijaya
R. Timur Budi Raja
Radhar Panca Dahana
Rahmah Maulidia
Rahmi Hattani
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Rambuana
Ramzah Dambul
Raudal Tanjung Banua
Redhitya Wempi Ansori
Reiny Dwinanda
Remy Sylado
Resensi
Revolusi
Ria Febrina
Rialita Fithra Asmara
Ribut Wijoto
Richard Strauss
Rida K Liamsi
Riduan Situmorang
Ridwan Munawwar Galuh
Riki Dhamparan Putra
Rina Mahfuzah Nst
Rinto Andriono
Riris K. Toha-Sarumpaet
Risang Anom Pujayanto
Rita Zahara
Riza Multazam Luthfy
Robin Al Kautsar
Robin Dos Santos Soares
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Roland Barthes
Romi Zarman
Romo Jansen Boediantono
Rosidi
Ruslani
S Prana Dharmasta
S Yoga
S. Jai
S.W. Teofani
Sabine Müller
Sabrank Suparno
Safitri Ningrum
Saiful Amin Ghofur
Sajak
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Samsudin Adlawi
Sapardi Djoko Damono
Sarabunis Mubarok
Sartika Dian Nuraini
Sastra Using
Satmoko Budi Santoso
Saut Poltak Tambunan
Saut Situmorang
Sayuri Yosiana
Sayyid Madany Syani
Sejarah
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
Sem Purba
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Shiny.ane el’poesya
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sindu Putra
Siti Mugi Rahayu
Siti Sa’adah
Siwi Dwi Saputro
Sjifa Amori
Slamet Rahardjo Rais
Soeprijadi Tomodihardjo
Sofyan RH. Zaid
Sohifur Ridho’i
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sonya Helen Sinombor
Sosiawan Leak
Sri Rominah
Sri Wintala Achmad
St. Sularto
STKIP PGRI Ponorogo
Subagio Sastrowardoyo
Sudarmoko
Sudaryono
Sudirman
Sugeng Satya Dharma
Suhadi
Sujiwo Tedjo
Sukar
Suminto A. Sayuti
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sunlie Thomas Alexander
Suryadi
Suryanto Sastroatmodjo
Susilowati
Sutan Iwan Soekri Munaf
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Sutrisno Buyil
Syaifuddin Gani
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Winarsho AS
Tengsoe Tjahjono
Th. Sumartana
Theresia Purbandini
Tia Setiadi
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
TS Pinang
Tu-ngang Iskandar
Tulus Wijanarko
Udo Z. Karzi
Umbu Landu Paranggi
Universitas Indonesia
Urwatul Wustqo
Usman Arrumy
Usman Awang
UU Hamidy
Vinc. Kristianto Batuadji
Vladimir I. Braginsky
W.S. Rendra
Wahib Muthalib
Wahyu Utomo
Wardjito Soeharso
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wayan Sunarta
Weni Suryandari
Wiko Antoni
Wina Karnie
Winarta Adisubrata
Wiwik Widayaningtias
Yanto le Honzo
Yanuar Widodo
Yetti A. KA
Yohanes Sehandi
Yudhis M. Burhanudin
Yukio Mishima
Yulhasni
Yuli
Yulia Permata Sari
Yurnaldi
Yusmar Yusuf
Yusri Fajar
Yuswinardi
Yuval Noah Harari
Zaki Zubaidi
Zakky Zulhazmi
Zawawi Se
Zen Rachmat Sugito
Zuriati
Tidak ada komentar:
Posting Komentar