Senin, 11 September 2017

MENGENANG WS RENDRA, Penghayatan Cinta Rendra kepada Allah

Musa Ismail *
http://riaupos.co

SIAPA yang tidak mengenali Rendra? Beliau bernama Willybrordus Surendra Bhawana Rendra Brotoatmojo. Sastrawan besar yang biasa disapa W.S. Rendra itu lahir di Kampung Jayengan, Kota Surakarta, Jawa Tengah, Kamis, 7 November 1935, pukul 17.05 WIB. Ayahnya bernama Raden Cyprianus Sugeng Brotoatmojo. Ibunya, Raden Ajeng Ismadillah. Pendidikan SMA Rendra di kampung kelahirannya. Willy—begitu sapaan akrabnya—masuk Jurusan Sastra Inggris, Fakultas Sastra dan Kebudayaan, UGM, dan meraih gelar Sarjana Muda (B.A). Pada  1964 hingga Agustus 1967, Rendra berada di Amerika Serikat. Di sana, ia belajar di American Academy of Dramatic Arts.

Pendidikan Rendra dari TK hingga SMA sangat memengaruhi kepribadiannya. Menurut Rendra, ayahnya memang ekstrem anti-feodalisme. Niat ayahnya mendidik anaknya secara modern dan Barat tidak bisa diubah walaupun Eyang Sosrowinoto tidak menyetujui cucunya dimasukkan di sekolah Barat.  Rendra dimasukkan di TK milik Yayasan Kanisius yang dikelola Suster Fransiskan dari Misi Katolik Belanda. Sekolah ini mempraktikkan metode pendidikan Maria Montessori (ahli pendidikan Italia) dan Froebel (ahli pendidikan Jerman). Montessori (1870-1952) menitikberatkan pada pembebasan anak didik. Friedrich Wilhelm August Froebel (1782-1852) sangat memerhatikan unsur-unsur naluri dan intuisi dalam mendidik. Rendra merasa beruntung dididik di sekolah Barat modern yang progresif.

Selama di TK dan SMA inilah, dia ditempat untuk mengungkapkan diri dengan bebas, jelas, dan teratur. Pemahaman Rendra tentang demokrasi dan hak asasi manusia lahir dari lingkungan pendidikan ini. Selama pendidikan, dia dilatih menganalisis secara ilmiah dengan tuntas. Kenyataan objektif diberikan tempat penting dalam mempertimbangkan pikiran. Uniknya lagi di rumah, Rendra dididik oleh kerabat yang disapanya Mas Junaidi. Dia belajar tentang kesadaran pancaindera, kesadaran pikiran, dan kesadaran naluri. Rendra diajari meraba sebatang besi, kayu, pentungan karet, dan cara membedakan sifat benda tersebut melalui indera tangan.

”Melalui perabaan, saya juga dilatih menghayati pasir, tanah liat, abu, krikil, permukaan kaca, berbagai daun, lantai, tembok, dan sebagainya. Saya juga diajari menghayati lingkungan melalui pendengaran, penciuman, pengecapan, dan penglihatan,” kata penyair yang dijuluki Si Burung Merak itu.

Selain itu, Rendra juga mempelajari penghayatan hal-hal lain. Pertama, meraba raga (saya menerjemahkan penghayatan raga). Penyair yang mempelajari Silat Bangau Putih ini diajari duduk bersila dengan tenang, mata terpejam. Lalu, ia meraba-raba sesuatu hanya dengan pikiran. Sambil duduk bersila dengan tenang, Rendra meraba telapak kaki, lutut, bahu, hidung, daun telinga, ubun-ubun, bola mata, rongga hidung, dan seluruh bagian tubuh dengan pikiran. Latihan ini, menurut Rendra, mampu memunculkan rasa rileks dan rasa tentram. Kedua, meraba dunia (saya menerjemahkan penghayatan dunia). Sambil duduk tenang, Rendra dilatih meraba dunia sekelilingnya dengan pikiran. Misalnya, detail kamar tempat ia berada, kamar mandi, dapur, kelas di sekolah, kereta yang biasa membawanya ke sekolah, orang tua, teman. Pokoknya, seluruh isi alam raya, baik nyata maupun gaib. Menurut Rendra, latihan ini membawa rasa kebebasan yang sangat luas dan meningkatkan rasa solidaritas pada seluruh isi alam semesta raya. Kedua penghayatan ini, kata Rendra mengutip Mas Junaidi, disebut penyadaran pikiran. Baginya, pelajaran di sekolah dan di rumah saling mengisi.

 ”Rupanya, hal itu pula yang mendorong saya, sebagai seniman, sangat menghargai realisme—tapi tidak puas dengan sekadar realisme saja,” kata penyair yang suka bersemadi dan bertafakur ini. ”Itu juga memudahkan saya sebagai manusia untuk hilir mudik antara filsafat, mistik, ilmu pengetahuan, dan agama,” lanjutnya.

Dalam buku puisi Doa untuk Anak Kecil (kumpulan puisi Rendra yang belum pernah dipublikasikan), penyair Sapardi Djoko Damono berpendapat, ”Dalam keadaan apa pun, Rendra senantiasa menyihir kita lewat kata-kata” (tulisan disampul buku bergambar kendi yang meneteskan air bermotif bulu merak. Di atas kendi tersebut tertulis nama W.S. Rendra berwarna merah. Di bagian lain, penyair Seno Gumira Ajidarma berpendapat bahwa dalam hal Rendra, perhatian itu adalah kepedulian, keberpihakan,  dan akhirnya keterlibatan sehingga sastra baginya jelas bukanlah sekadar seni demi pertumbuhan seni itu sendiri. Lalu, penyair Agus Noor berpandangan bahwa dalam banyak sajak Rendra selalu ada gairah pemberontakan, yang tak takluk pada keadaan. Kita terpesona bukan hanya pada kata-kata yang dituliskannya, tetapi juga pada tenaga dalam sajak-sajaknya. Inilah kenapa sajak-sajak Rendra menjadi penting di zaman ini. Zaman yang penuh godaan kesementaraan. Kemudian, Komaruddin Hidayat berkomentar bahwa Renda adalah sosok pejuang kemanusiaan dan kebudayaan dengan senjata kata-kata. Dia sosok besar  yang piawai merangkai fenomena dalam kalimat-kalimat bernas. Disuntikkannya semangat dan gairah melawan dalam setiap pintalan baris. Membaca puisi-puisinya bagaikan tersengat percikan bara yang berusaha mempertahankan nyalanya di tengah serbuan hawa dingin. Yang terakhir, seniman Sujiwo Tejo berkata, dari dulu setiap membaca puisi Mas Willy (Rendra) dia selalu diingatkan bahwa walau meledak-ledak dan berdaya pukau, puisi bisa tetap sederhana, berbahasa sehari-hari, sangat religius.

Kereligiusan Rendra dapat kita kupas melalui beberapa puisinya dalam Doa untuk Anak Kecil (Bentang, 2013). Puisi-puisi tersebut di antaranya Tuhan, Aku Cinta pada-Mu (h.61), Gumamku, ya Allah (h. 3), Doa (h.5). Puisi-puisi Rendra tersebut merupakan pernyataan bahwa kehidupan ini tidak berjalan dengan sendirinya. Ada Allah Azzawajalla yang mengatur semua kehidupan ini.

Tuhanku, Aku Cinta pada-Mu
Aku lemas
tapi berdaya
Aku tak sambat rasa sakit
atau gatal.

Aku pengin makan tajin
Aku tidak pernah sesak napas
tapi tubuhku tidak memuaskan
untuk punya posisi yang ideal dan wajar.

Aku pengin membersihkan tubuhku
dari racun kimiawi.

Aku ingin kembali ke jalan alam
Aku ingin meningkatkan pengabdian kepada Allah.

Tuhanku, aku cinta pada-Mu.

Penghayatan akan alam sangat tergambar dalam puisi ini. Rendra menghayati alam nyata dan gaib dengan pikiran-pikiran kritisnya. Puisi ini merupakan bukti sikap kritisnya dalam menyikapi hidup. Kehidupan ini bermula dari Allah Taala dan berakhir kepada Allah Taala. Karena itu, …kembali ke jalan alam merupakan satu keinginan meningkatkan pengabdian kepada Allah sebagai rasa cinta kepada Khalik Semesta Alam. Di awal puisi ini, Rendra menolak keluhan melalui diksi sambat (keluhan/mengeluh) terhadap berbagai ”penyakit” kehidupan. Di sinilah letak kesadaran penghayatan Rendra kepada Allah. Semua kehidupan ini penuh rahasia Ilahi  dan kerinduan seperti larik adalah bayangan rahasia kehadiran-Mu, ya Allah!....Api rindu pada-Mu menyala di pundak yang sepi (puisi Gumamku, ya Allah). Namun, apa pun hasil dari perjalanan kehidupan ini, Rendra tetap mengenang kematian. Allah menatap hati/Manusia menatap raga/Hamba bersujud kepada-Mu, ya Allah!/Karena hidupku, karena matiku// (dalam puisi Doa). Puisi ini merupakan kesadaran Rendra setelah penghayatan perjalanan panjang kehidupannya. Akhirnya, Rendra meninggal dunia pada Kamis malam Jumat, 6 Agustus 2009. Beliau dimakamkan di Kampus Bengkel Teater Rendra bakda salat Jumat. Ya, Allah, ampunilah dosa-dosa hamba/supaya bersih jiwa hamba/Sehingga dengan begitu mata hamba/bisa melihat cahaya-Mu/Telinga hamba bisa mendengar bisikan-Mu/Dan nafas-Mu membimbing kelakuanku/Amin, ya robbal alamin.***

*) Musa Ismail,  adalah guru di SMAN 3 Bengkalis. Penulis juga dosen STAIN Bengkalis dan dosen Politeknik Negeri Bengkalis. Setakat ini, dia sudah menghasilkan tujuh buku karya sastra berupa cerpen, novel, dan esai sastra-budaya.
http://riaupos.co/3201-spesial-penghayatan-cinta-rendra-kepada-allah.html

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Azis Masyhuri A. Qorib Hidayatullah A.C. Andre Tanama A.S. Laksana Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi WM Abdul Malik Abdurrahman Wahid Abidah El Khalieqy Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Adi Prasetyo Afnan Malay Afrizal Malna Afthonul Afif Aguk Irawan M.N. Agus B. Harianto Agus Himawan Agus Noor Agus R. Sarjono Agus Sri Danardana Agus Sulton Agus Sunyoto Agus Wibowo Ahda Imran Ahmad Fatoni Ahmad Maltup SA Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad Suyudi Ahmad Syubbanuddin Alwy Ahmad Tohari Ahmad Y. Samantho Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhmad Sekhu Akmal Nasery Basral Alex R. Nainggolan Alexander G.B. Almania Rohmah Alunk Estohank Amalia Sulfana Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Aminullah HA Noor Andari Karina Anom Andi Nur Aminah Anes Prabu Sadjarwo Anindita S Thayf Anindita S. Thayf Anitya Wahdini Anton Bae Anton Kurnia Anung Wendyartaka Anwar Nuris Anwari WMK Aprinus Salam APSAS (Apresiasi Sastra) Indonesia Ardus M Sawega Arie MP Tamba Arief Budiman Ariel Heryanto Arif Saifudin Yudistira Arif Zulkifli Arifi Saiman Aris Kurniawan Arman A.Z. Arsyad Indradi Arti Bumi Intaran Ary Wibowo AS Sumbawi Asarpin Asbari N. Krisna Asep Salahudin Asep Sambodja Asti Musman Atep Kurnia Atih Ardiansyah Aulia A Muhammad Awalludin GD Mualif Aziz Abdul Gofar B. Nawangga Putra Badaruddin Amir Bagja Hidayat Bakdi Sumanto Balada Bale Aksara Bambang Agung Bambang Kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bedah Buku Beni Setia Benni Indo Benny Arnas Benny Benke Bentara Budaya Yogyakarta Berita Duka Berita Utama Bernando J Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Bonari Nabonenar Bre Redana Brunel University London Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiman S. Hartoyo Buku Kritik Sastra Bung Tomo Burhanuddin Bella Butet Kartaredjasa Cahyo Junaedy Cak Kandar Caroline Damanik Catatan Cecep Syamsul Hari Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Chavchay Saifullah Cornelius Helmy Herlambang D. Zawawi Imron Dad Murniah Dadang Sunendar Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Dante Alighieri David Krisna Alka Deddy Arsya Dedi Pramono Delvi Yandra Deni Andriana Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dewan Kesenian Lamongan (DKL) Dewey Setiawan Dewi Rina Cahyani Dewi Sri Utami Dian Hartati Diana A.V. Sasa Dianing Widya Yudhistira Dina Jerphanion Djadjat Sudradjat Djasepudin Djoko Pitono Djoko Saryono Dodiek Adyttya Dwiwanto Dody Kristianto Donny Anggoro Donny Syofyan Dony P. Herwanto Dorothea Rosa Herliany Dr Junaidi Dudi Rustandi Dwi Arjanto Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi S. Wibowo Dwicipta Dwijo Maksum E. M. Cioran E. Syahputra Egidius Patnistik Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Hendrawan Sofyan Eko Triono Elisa Dwi Wardani Ellyn Novellin Elokdyah Meswati Emha Ainun Nadjib Endro Yuwanto Eriyanti Erwin Edhi Prasetya Esai Evi Idawati F Dewi Ria Utari F. Dewi Ria Utari Fadlillah Malin Sutan Kayo Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fajar Alayubi Fakhrunnas MA Jabbar Fanani Rahman Faruk HT Fatah Yasin Noor Fatkhul Anas Fazabinal Alim Fazar Muhardi Felix K. Nesi Festival Sastra Gresik Fikri. MS Frans Ekodhanto Fransiskus X. Taolin Franz Kafka Fuad Nawawi Gabriel García Márquez Gde Artawa Geger Riyanto Gendhotwukir Gerakan Surah Buku (GSB) Ging Ginanjar Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gufran A. Ibrahim Gunoto Saparie Gusty Fahik H. Rosihan Anwar H.B. Jassin Hadi Napster Halim HD Halimi Zuhdy Hamdy Salad Hamsad Rangkuti Han Gagas Haris del Hakim Hary B Kori’un Hasan Junus Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Hasyuda Abadi Hawe Setiawan Helvy Tiana Rosa Hendra Makmur Hepi Andi Bastoni Herdiyan Heri KLM Heri Latief Heri Ruslan Herman Hasyim Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Herry Lamongan Heru Emka Hikmat Gumelar Holy Adib Hudan Hidayat Humam S Chudori I Nyoman Darma Putra I Nyoman Suaka I Tito Sianipar Ian Ahong Guruh IBM. Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi IDG Windhu Sancaya Iffah Nur Arifah Ignas Kleden Ignasius S. Roy Tei Seran Ignatius Haryanto Ignatius Liliek Ika Karlina Idris Ilham Khoiri Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indah S. Pratidina Indiar Manggara Indra Tranggono Indrian Koto Insaf Albert Tarigan Ipik Tanoyo Irine Rakhmawati Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Norman Istiqomatul Hayati Iswara N Raditya Iverdixon Tinungki Iwan Gunadi Iwan Nurdaya Djafar Jadid Al Farisy Jakob Sumardjo Jamal D. Rahman Jamrin Abubakar Janual Aidi Javed Paul Syatha Jay Am Jaya Suprana Jean-Paul Sartre JJ. Kusni Joanito De Saojoao Jodhi Yudono John Js Joko Pinurbo Joko Sandur Joni Ariadinata Jual Buku Paket Hemat Junaidi Abdul Munif Jusuf AN Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Katrin Bandel Kedung Darma Romansha Khairul Mufid Jr Ki Panji Kusmin Kingkin Puput Kinanti Kirana Kejora Ko Hyeong Ryeol Koh Young Hun Komarudin Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kritik Sastra Kurniawan Kuswaidi Syafi'ie Lathifa Akmaliyah Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember Lenah Susianty Leon Trotsky Linda Christanty Liza Wahyuninto Lona Olavia Lucia Idayani Luhung Sapto Nugroho Lukman Santoso Az Luky Setyarini Lusiana Indriasari Lutfi Mardiansyah M Syakir M. Faizi M. Fauzi Sukri M. Mustafied M. Yoesoef M.D. Atmaja M.H. Abid M.Harir Muzakki Made Wianta Mahmoud Darwish Mahmud Jauhari Ali Majalah Budaya Jejak Makmur Dimila Malkan Junaidi Maman S Mahayana Manneke Budiman Mardi Luhung Mardiyah Chamim Marhalim Zaini Maria Hartiningsih Mariana Amiruddin Martin Aleida Marwanto Mas Ruscitadewi Masdharmadji Mashuri Masuki M. Astro Media Dunia Sastra Media: Crayon on Paper Mega Vristian Melani Budianta Mezra E Pellondou MG. Sungatno Micky Hidayat Mikael Johani Mikhael Dua Misbahus Surur Moch Arif Makruf Mohamad Fauzi Mohamad Sobary Mohamed Nasser Mohamed Mohammad Takdir Ilahi Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Amin Muhammad Muhibbuddin Muhammad Nanda Fauzan Muhammad Qodari Muhammad Rain Muhammad Subarkah Muhammad Taufiqurrohman Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun AS Muhyidin Mujtahid Munawir Aziz Musa Asy’arie Musa Ismail Musfi Efrizal Mustafa Ismail Mustofa W Hasyim N. Mursidi Nafi’ah Al-Ma’rab Naqib Najah Narudin Pituin Naskah Teater Nasru Alam Aziz Nelson Alwi Neni Ridarineni Nezar Patria Ni Made Purnamasari Ni Putu Rastiti Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Noval Jubbek Novelet Nunung Nurdiah Nur Utami Sari’at Kurniati Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurhadi BW Obrolan Odhy`s Okta Adetya Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Orhan Pamuk Otto Sukatno CR Pablo Neruda Patricia Pawestri PDS H.B. Jassin Pipiet Senja Pramoedya Ananta Toer Pranita Dewi Prosa Proses Kreatif Puisi Puisi Pertemuan Mahasiswa Puji Santosa Pustaka Bergerak PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Setia Putu Wijaya R. Timur Budi Raja Radhar Panca Dahana Rahmah Maulidia Rahmi Hattani Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rambuana Ramzah Dambul Raudal Tanjung Banua Redhitya Wempi Ansori Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Revolusi Ria Febrina Rialita Fithra Asmara Ribut Wijoto Richard Strauss Rida K Liamsi Riduan Situmorang Ridwan Munawwar Galuh Riki Dhamparan Putra Rina Mahfuzah Nst Rinto Andriono Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Rita Zahara Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Roland Barthes Romi Zarman Romo Jansen Boediantono Rosidi Ruslani S Prana Dharmasta S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabine Müller Sabrank Suparno Safitri Ningrum Saiful Amin Ghofur Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Sartika Dian Nuraini Sastra Using Satmoko Budi Santoso Saut Poltak Tambunan Saut Situmorang Sayuri Yosiana Sayyid Madany Syani Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) Sem Purba Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Shiny.ane el’poesya Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sindu Putra Siti Mugi Rahayu Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Slamet Rahardjo Rais Soeprijadi Tomodihardjo Sofyan RH. Zaid Sohifur Ridho’i Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sonya Helen Sinombor Sosiawan Leak Sri Rominah Sri Wintala Achmad St. Sularto STKIP PGRI Ponorogo Subagio Sastrowardoyo Sudarmoko Sudaryono Sudirman Sugeng Satya Dharma Suhadi Sujiwo Tedjo Sukar Suminto A. Sayuti Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Suryadi Suryanto Sastroatmodjo Susilowati Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Sutrisno Buyil Syaifuddin Gani Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Th. Sumartana Theresia Purbandini Tia Setiadi Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto TS Pinang Tu-ngang Iskandar Tulus Wijanarko Udo Z. Karzi Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Urwatul Wustqo Usman Arrumy Usman Awang UU Hamidy Vinc. Kristianto Batuadji Vladimir I. Braginsky W.S. Rendra Wahib Muthalib Wahyu Utomo Wardjito Soeharso Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Weni Suryandari Wiko Antoni Wina Karnie Winarta Adisubrata Wiwik Widayaningtias Yanto le Honzo Yanuar Widodo Yetti A. KA Yohanes Sehandi Yudhis M. Burhanudin Yukio Mishima Yulhasni Yuli Yulia Permata Sari Yurnaldi Yusmar Yusuf Yusri Fajar Yuswinardi Yuval Noah Harari Zaki Zubaidi Zakky Zulhazmi Zawawi Se Zen Rachmat Sugito Zuriati