Sabtu, 26 Agustus 2017

Semisal Resensi Ini-Itu Berthold Damshäuser

Nurel Javissyarqi

Sebenarnya ingin ngelenceki bukunya, namun belum ada kesempatan jauh, maka sekadarlah ucapan terima kasih, sebab bahasa Indonesia sudah diperkenalkan di Jerman dengan ketekunan penuh piawai, atau ini ikut-ikutan bijak seperti tulisannya; “Sebagai dosen bijaksana saya suka sekali kalau mahasiswa banyak bertanya.”

“Ini dan Itu Indonesia, Pandangan Seorang Jerman” buku karangan Berthold Damshäuser, dipengantari Agus R. Sarjono dan penutupnya Jamal D. Rahman, penerbit Komodo Books. Buku ini sangat ajaib, karena ada tulisannya yang dijumput dari Majalah Sastra Horison No.3/2016, hal. 13-17, padahal di buku itu adanya catatan Cetakan Pertama Mei 2015?

Saya tidak kenal pengarang ini, tapi bisa saja pernah bertemu di Jakarta, Jogja atau blas, tetapi-nya tiba-tiba ingin menulisnya, sebab dari bacaan terhadap bukunya, terbersitlah satu kata; kocak. Andai layang ini tak sampai tidak masalah, toh saya bisa kenal dapat akrab sangat dekat atau sok kenal sok akrab sok dekat, namun bukan. Saya tahu kelihaian Ibnu Khaldun, coraknya Hegel, wataknya Sartre, karekter Camus, nafsunya Nietzsche, perangainya Derrida, ketelitian Hassan Hanafi, ketampanan Goethe, kewibawaan Tagore dsb, padahal tidak pernah berjumpa belum sempat kenalan, namun rasanya lebih nyaman daripada guru bahasa Indonesia saya di bangku sekolah. Jadi bisalah mencantelkan ‘kocak’ di depan namanya; kocaknya Berthold Damshäuser. Ini bukan mensejajarkan pribadinya dengan para tokoh itu, hanya semata dari negara asing dengan nama asing pula terdengar di telinga.

Bahasa Indonesia-nya agak kocak, artinya mbanyol, lucu, menggelitik, menggelikan, jenaka, tapi tidak sampai keringkan bibir, dan kata ‘kocak’ jika digeser agak diselewengkan maknanya sebanding culun, tapi bukan di dalam kasusnya. Kocak juga bisa diartikan tidak seret sedikit kendor atau longgar menggelikan; biasanya dipakai dalam kejadian mur dan baut yang tidak erat berpelukan, keadaan renggang yang tidak sampai lepas keduanya.

Kata ‘kocak’ pernah dipopulerkan Radio Suzana Surabaya sekitar awal tahun 1990an; adanya acara; berita kocak, cerita kocak, bahasa mandari kocak, bahasa arab kocak, bahasa belanda kocak, bahasa jepang kocak, bahasa jerman kocak, dst. Kocak di situ maknanya lucu, karena di bukunya memiliki unsul hiburan, semisal sering mengawali tulisan dengan kata-kata; “Lapor! Sudah saatnya saya kembali melaporkan diskusi yang terjadi pada jam mata kuliah bahasa Indonesia di Universitas Bonn” dan mengakhirinya dengan kalimat “… saya meninggalkan kelas. Lonceng bel berbunyi” atau “Tiba-tiba lonceng berbunyi, jam kuliah sudah selesai. Alhamdulillah!” dan serupa-rupanya yang sebelumnya telah terbit di Majalah Tempo.
***

Sekecilnya ada empat nama besar yang tercatat ngincipi dataran bumi Nusantara; Tagore, Neruda, Hesse, Chamisso, dan kemungkinan ada belasan nama besar yang pernah singgah di tlatah Sumpah Palapa-nya Gajah Mada, namun tak ingin mencatatnya atau tidak mau dituliskan kejadiannya, barangkali dianggap kurang menarik ataupun menggelapkan proses perjalanan kreatifnya, maka di waktu sepertiga malam ini saya menujum orang asing itu.

Takdir memang bukan kita yang menuliskan, tapi dinaya tarik-menarik ketentuan serta ketetapan hidup, tidak lebih melalui prosesi panjang pergolakan batin antara condong menerima atau menolaknya, dan kecenderungan melapangkan perjalanan anak manusia menuju perjumpaan ajaib dirasa, tapi sangat akrab seolah baru kemarin bertemu atau ribuan tahun silam sudah mengenalnya, karena kelahiran serta kematian disegarkan embun waktu, diremajakan masa.
***

Menunggu lima tahun setelah terbitnya buku “Puisi Dunia, Gema Djiwa Slavia dan Latin;” Jilid I, disusun M. Taslim Ali, ia baru dilahirkan dunia, tepatnya di Wanne-Eickel (Jerman) 8 Februari 1957, tanah yang pernah menghadirkan filsuf tersohor yang pengaruhnya menggemparkan nalar, Nietzsche semacam Voltaire di lemah Prancis; satu mendorong Hitler memecahkan perang dunia ke II, satunya lagi menggerakkan kesadaran masyarakat merevolusi. Dan tatkala buku susunan M. Taslim Ali, “Puisi Dunia, Gema Djiwa Germania” terbit tahun 1953, tinggal 4 tahun alam menanti kehadirannya.

Barangkali usianya menginjak 11 tahun (1967) atau umur 17 (1973), ia sudah ber-papas-an dengan buku-bukunya M. Taslim Ali, bisa jadi mulai tertarik Pantun yang disebarkan oleh Chamisso, yang jelas di alam kemungkinan; deretan buku-buku pada perpustakaan keluarganya, sudah menyebarkan kabar keindahan tanah gemah ripah loh jinawi toto tentrem kerto raharjo ini, setidaknya tahun 1976 sudah mengenal nama Trisno Sumardjo disaat-saat mempersiapkan diri untuk perjalanan pertama kalinya ke Indonesia.

Pada umur 20 tahun itu, ia baca sebuah kumpulan cerpen Indonesia yang diterjemahkan ke dalam bahasa Jerman, editornya Irene Hilgers-Hesse dan Mochtar Lubis, penerjemahnya Irene Hilgers-Hesse, Tübingen/Basel 1971 (lihat catatan kaki halaman 91). Enam tahun kemudian, ia merampungkan skripsi Master pada Jurusan Sastra Indonesia di Universitas Köln (“Trisno Sumardjo, Sang Sastrawan dan Karya-karyanya,” selengkapkan lihat catatan kaki selanjutnya). Saya tidak tahu persis apakah di antara tahun itu ia pernah keluyuran ke Indonesia? Apakah berjumpa Dami N. Toda di Hamburg atau tidak (1981)? Yang pasti setahun setelah kelulusannya dari Köln, ia menjadi mahasiswa tamu untuk program pascasarjana di Universitas Indonesia (1983) atau menginjak usianya ke 27. Berbeda perjalanan juga beda nasibnya, Neruda pada usia 23 (dalam tahun 1927) menginjakkan kaki di Kolombo (Sri Lanka), Batavia dan Singapura, sedangkan usianya Tagore 66 di tahun tersebut ke tanah Jawa.

Mengenai Dami, saya teringat penelitiannya yang belum matang sejenis kurang jeli, dan terlanjur cepat Allah menjemputnya. Kata-kata ‘belum matang kurang jeli’ bisa dibaca pada esainya yang bertitel “Kesibukan Hamba-Hamba Kebudayaan” lalu sejenis esai pertaubatannya yang dimuat Kompas 17 September 2006, yang berlabel “Pengakuan Anggota Waffen-SS” yang disebut juga oleh Afrizal Malna di Tempo 20 November 2006, dengan judul “Sejarah dalam Kulit Bawang,” lewat satu kunci perjalanan hidup pemenang Nobel Sastra 1999, Günter Grass.

Dan meski hanya sekali tatap muka di ruang kelas dengan Sapardi Djoko Damono, empat tahun berlalu dan ia putuskan balik ke Jerman (1986), mengabdi di Universitas Bonn, tepatnya mengajar bahasa dan sastra Indonesia pada Lembaga Kajian Asia, dan bersama Wolfgang Kubin menjadi editor Orientierungen. Di tahun 1987, untuk pertama kalinya menemui Ramadhan KH yang mendampingi istrinya berdinas sebagai diplomat di Kedutaan Besar Republik Indonesia di Bonn, perjumpaan yang sangat berkesan. KH sekitar lima tahun berada di sono (Jerman), dan tujuh tahun dilewati ke tahun 1993, KH diminta olehnya sebagai anggota redaksi Orientierungen, Zeitschrift zur Kultur Asiens.

Namun, empat tahun sebelum itu, tepatnya 1989, kedua anak manusia ini telah merampungkan hasil-hasil ikhtiarnya dalam kerjasama menerjemahkan sekaligus menerbitkan “Antologi dwibahasa puisi Jerman, Selama delapanratus tahun” yang diberinya titel “Malam Biru di Berlin” dengan kerjasama Kedutaan Besar Republik Federal Jerman di Jakarta. Sungguh hasrat yang luar biasa bermanfaat, bagi wacana kesusastraan di Nusantara. Kecocokannya dengan KH, memberikan dampak merindu penuh jiwanya pada Tanah Air keduanya yakni Indonesia. Dan atas permintaannya, KH di tahun 1997 bersedia menjadi anggota Komisi Indonesia-Jerman untuk Bahasa dan Sastra.

Ada yang saya sayangkan di pengantar “Malam Biru di Berlin,” paragraf ke 2 tertulis: “Sebelum penerbitan buku ini, belum terdapat antologi sajak-sajak Jerman yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Karena itu kami berpendapat, bahwa antologi ini sebaiknya mencoba memberikan gambaran yang luas tentang puisi Jerman. Maka yang dikumpulkan di sini adalah sajak dari abad keduabelas sampai abad keduapuluh yang diciptakan oleh delapan puluh tujuh penyair. Titik berat terletak pada sajak yang ditulis pada abad sekarang.” Kalimat itu seakan-akan menghapus kerjanya M. Taslim Ali sebelumnya, atau apakah terlambat mengetahui? Lalu seperti terpaksa disusupkan pada tulisannya, lihat sambil pelajari kepiawaiannya merakit kata, halaman 67.

Tulisannya mengenai “Ramadhan KH, Arsitektur Jembatan antara Jerman dan Indonesia” dimuat di buku yang berjudul “Ramadhan KH, Tiga Perempat Abad” Pustaka Jaya 2002, halaman 130-136, editornya Ajib Rosidi, Ahmad Rivai, Hawe Setiawan. Tahun 1997, ia menjadi anggota Komisi Jerman-Indonesia untuk Bahasa dan Sastra, yang didirikan atas petunjuk Kanselir Jerman dan Presiden Republik Indonesia. Tahun 1998 mulai berhubungan dekat dengan penyair Hamid Jabbar; orang saling dekat karena sama frekuensinya, serasi sepadupadan seirama nada naik-turunnya batin yang diembankan hayatnya, lalu di tahun 2004 tulisannya kepada sahabatnya Hamid terbit, lantas yang berjudul “Hatur Nuhun, Kang Atun! In Memoriam Ramadhan KH” (2006) hadir di majalah yang sama; Horison.

Bersama Agus R. Sarjono menjadi editor Seri Puisi Jerman yang terbit sejak 2003, kemudian tahun 2007 keduanya bersama-sama mengeditori buku bertitel “Johan Wolfgang van Goethe, Satu dan Segalanya” jilid IV Seri Puisi Jerman, yang dipengantari Jamal D. Rahman, penerbit Horison. Tahun-tahun berlalu semakin menjelajah, kian akrablah dengan para sastrawan serta kaum kritukus sastra Indonesia. Tahun 2010 ia dipilih Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia, menjabat Presidential Friend of Indonesia, dan sejak 2011 bergiat sebagai redaktur Jurnal Sajak. Tahun 2014 dan 2015 ia menjadi anggota Komite Nasional Indonesia, selaku Tamu Kehormatan Pekan Raya Buku Frankfurt. Dan oleh ketekunannya menerjemahkan puisi Jerman ke bahasa Indonesia, puisi Indonesia ke dalam bahasa Jerman, tahun 2017 seterusnya, ia bagai bintang timur yang selalu dinanti kedatangannya di Indonesia.

Dusun Pilang, Desa Tejoasri, Laren, Lamongan, daerah yang dikelilingi Bengawan Solo, 27/8/2017.

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Azis Masyhuri A. Qorib Hidayatullah A.C. Andre Tanama A.S. Laksana Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi WM Abdul Malik Abdurrahman Wahid Abidah El Khalieqy Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Adi Prasetyo Afnan Malay Afrizal Malna Afthonul Afif Aguk Irawan M.N. Agus B. Harianto Agus Himawan Agus Noor Agus R. Sarjono Agus Sri Danardana Agus Sulton Agus Sunyoto Agus Wibowo Ahda Imran Ahmad Fatoni Ahmad Maltup SA Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad Suyudi Ahmad Syubbanuddin Alwy Ahmad Tohari Ahmad Y. Samantho Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhmad Sekhu Akmal Nasery Basral Alex R. Nainggolan Alexander G.B. Almania Rohmah Alunk Estohank Amalia Sulfana Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Aminullah HA Noor Andari Karina Anom Andi Nur Aminah Anes Prabu Sadjarwo Anindita S Thayf Anindita S. Thayf Anitya Wahdini Anton Bae Anton Kurnia Anung Wendyartaka Anwar Nuris Anwari WMK Aprinus Salam APSAS (Apresiasi Sastra) Indonesia Ardus M Sawega Arie MP Tamba Arief Budiman Ariel Heryanto Arif Saifudin Yudistira Arif Zulkifli Arifi Saiman Aris Kurniawan Arman A.Z. Arsyad Indradi Arti Bumi Intaran Ary Wibowo AS Sumbawi Asarpin Asbari N. Krisna Asep Salahudin Asep Sambodja Asti Musman Atep Kurnia Atih Ardiansyah Aulia A Muhammad Awalludin GD Mualif Aziz Abdul Gofar B. Nawangga Putra Badaruddin Amir Bagja Hidayat Bakdi Sumanto Balada Bale Aksara Bambang Agung Bambang Kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bedah Buku Beni Setia Benni Indo Benny Arnas Benny Benke Bentara Budaya Yogyakarta Berita Duka Berita Utama Bernando J Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Bonari Nabonenar Bre Redana Brunel University London Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiman S. Hartoyo Buku Kritik Sastra Bung Tomo Burhanuddin Bella Butet Kartaredjasa Cahyo Junaedy Cak Kandar Caroline Damanik Catatan Cecep Syamsul Hari Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Chavchay Saifullah Cornelius Helmy Herlambang D. Zawawi Imron Dad Murniah Dadang Sunendar Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Dante Alighieri David Krisna Alka Deddy Arsya Dedi Pramono Delvi Yandra Deni Andriana Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dewan Kesenian Lamongan (DKL) Dewey Setiawan Dewi Rina Cahyani Dewi Sri Utami Dian Hartati Diana A.V. Sasa Dianing Widya Yudhistira Dina Jerphanion Djadjat Sudradjat Djasepudin Djoko Pitono Djoko Saryono Dodiek Adyttya Dwiwanto Dody Kristianto Donny Anggoro Donny Syofyan Dony P. Herwanto Dorothea Rosa Herliany Dr Junaidi Dudi Rustandi Dwi Arjanto Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi S. Wibowo Dwicipta Dwijo Maksum E. M. Cioran E. Syahputra Egidius Patnistik Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Hendrawan Sofyan Eko Triono Elisa Dwi Wardani Ellyn Novellin Elokdyah Meswati Emha Ainun Nadjib Endro Yuwanto Eriyanti Erwin Edhi Prasetya Esai Evi Idawati F Dewi Ria Utari F. Dewi Ria Utari Fadlillah Malin Sutan Kayo Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fajar Alayubi Fakhrunnas MA Jabbar Fanani Rahman Faruk HT Fatah Yasin Noor Fatkhul Anas Fazabinal Alim Fazar Muhardi Felix K. Nesi Festival Sastra Gresik Fikri. MS Frans Ekodhanto Fransiskus X. Taolin Franz Kafka Fuad Nawawi Gabriel García Márquez Gde Artawa Geger Riyanto Gendhotwukir Gerakan Surah Buku (GSB) Ging Ginanjar Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gufran A. Ibrahim Gunoto Saparie Gusty Fahik H. Rosihan Anwar H.B. Jassin Hadi Napster Halim HD Halimi Zuhdy Hamdy Salad Hamsad Rangkuti Han Gagas Haris del Hakim Hary B Kori’un Hasan Junus Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Hasyuda Abadi Hawe Setiawan Helvy Tiana Rosa Hendra Makmur Hepi Andi Bastoni Herdiyan Heri KLM Heri Latief Heri Ruslan Herman Hasyim Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Herry Lamongan Heru Emka Hikmat Gumelar Holy Adib Hudan Hidayat Humam S Chudori I Nyoman Darma Putra I Nyoman Suaka I Tito Sianipar Ian Ahong Guruh IBM. Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi IDG Windhu Sancaya Iffah Nur Arifah Ignas Kleden Ignasius S. Roy Tei Seran Ignatius Haryanto Ignatius Liliek Ika Karlina Idris Ilham Khoiri Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indah S. Pratidina Indiar Manggara Indra Tranggono Indrian Koto Insaf Albert Tarigan Ipik Tanoyo Irine Rakhmawati Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Norman Istiqomatul Hayati Iswara N Raditya Iverdixon Tinungki Iwan Gunadi Iwan Nurdaya Djafar Jadid Al Farisy Jakob Sumardjo Jamal D. Rahman Jamrin Abubakar Janual Aidi Javed Paul Syatha Jay Am Jaya Suprana Jean-Paul Sartre JJ. Kusni Joanito De Saojoao Jodhi Yudono John Js Joko Pinurbo Joko Sandur Joni Ariadinata Jual Buku Paket Hemat Junaidi Abdul Munif Jusuf AN Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Katrin Bandel Kedung Darma Romansha Khairul Mufid Jr Ki Panji Kusmin Kingkin Puput Kinanti Kirana Kejora Ko Hyeong Ryeol Koh Young Hun Komarudin Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kritik Sastra Kurniawan Kuswaidi Syafi'ie Lathifa Akmaliyah Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember Lenah Susianty Leon Trotsky Linda Christanty Liza Wahyuninto Lona Olavia Lucia Idayani Luhung Sapto Nugroho Lukman Santoso Az Luky Setyarini Lusiana Indriasari Lutfi Mardiansyah M Syakir M. Faizi M. Fauzi Sukri M. Mustafied M. Yoesoef M.D. Atmaja M.H. Abid M.Harir Muzakki Made Wianta Mahmoud Darwish Mahmud Jauhari Ali Majalah Budaya Jejak Makmur Dimila Malkan Junaidi Maman S Mahayana Manneke Budiman Mardi Luhung Mardiyah Chamim Marhalim Zaini Maria Hartiningsih Mariana Amiruddin Martin Aleida Marwanto Mas Ruscitadewi Masdharmadji Mashuri Masuki M. Astro Media Dunia Sastra Media: Crayon on Paper Mega Vristian Melani Budianta Mezra E Pellondou MG. Sungatno Micky Hidayat Mikael Johani Mikhael Dua Misbahus Surur Moch Arif Makruf Mohamad Fauzi Mohamad Sobary Mohamed Nasser Mohamed Mohammad Takdir Ilahi Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Amin Muhammad Muhibbuddin Muhammad Nanda Fauzan Muhammad Qodari Muhammad Rain Muhammad Subarkah Muhammad Taufiqurrohman Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun AS Muhyidin Mujtahid Munawir Aziz Musa Asy’arie Musa Ismail Musfi Efrizal Mustafa Ismail Mustofa W Hasyim N. Mursidi Nafi’ah Al-Ma’rab Naqib Najah Narudin Pituin Naskah Teater Nasru Alam Aziz Nelson Alwi Neni Ridarineni Nezar Patria Ni Made Purnamasari Ni Putu Rastiti Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Noval Jubbek Novelet Nunung Nurdiah Nur Utami Sari’at Kurniati Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurhadi BW Obrolan Odhy`s Okta Adetya Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Orhan Pamuk Otto Sukatno CR Pablo Neruda Patricia Pawestri PDS H.B. Jassin Pipiet Senja Pramoedya Ananta Toer Pranita Dewi Prosa Proses Kreatif Puisi Puisi Pertemuan Mahasiswa Puji Santosa Pustaka Bergerak PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Setia Putu Wijaya R. Timur Budi Raja Radhar Panca Dahana Rahmah Maulidia Rahmi Hattani Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rambuana Ramzah Dambul Raudal Tanjung Banua Redhitya Wempi Ansori Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Revolusi Ria Febrina Rialita Fithra Asmara Ribut Wijoto Richard Strauss Rida K Liamsi Riduan Situmorang Ridwan Munawwar Galuh Riki Dhamparan Putra Rina Mahfuzah Nst Rinto Andriono Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Rita Zahara Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Roland Barthes Romi Zarman Romo Jansen Boediantono Rosidi Ruslani S Prana Dharmasta S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabine Müller Sabrank Suparno Safitri Ningrum Saiful Amin Ghofur Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Sartika Dian Nuraini Sastra Using Satmoko Budi Santoso Saut Poltak Tambunan Saut Situmorang Sayuri Yosiana Sayyid Madany Syani Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) Sem Purba Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Shiny.ane el’poesya Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sindu Putra Siti Mugi Rahayu Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Slamet Rahardjo Rais Soeprijadi Tomodihardjo Sofyan RH. Zaid Sohifur Ridho’i Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sonya Helen Sinombor Sosiawan Leak Sri Rominah Sri Wintala Achmad St. Sularto STKIP PGRI Ponorogo Subagio Sastrowardoyo Sudarmoko Sudaryono Sudirman Sugeng Satya Dharma Suhadi Sujiwo Tedjo Sukar Suminto A. Sayuti Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Suryadi Suryanto Sastroatmodjo Susilowati Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Sutrisno Buyil Syaifuddin Gani Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Th. Sumartana Theresia Purbandini Tia Setiadi Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto TS Pinang Tu-ngang Iskandar Tulus Wijanarko Udo Z. Karzi Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Urwatul Wustqo Usman Arrumy Usman Awang UU Hamidy Vinc. Kristianto Batuadji Vladimir I. Braginsky W.S. Rendra Wahib Muthalib Wahyu Utomo Wardjito Soeharso Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Weni Suryandari Wiko Antoni Wina Karnie Winarta Adisubrata Wiwik Widayaningtias Yanto le Honzo Yanuar Widodo Yetti A. KA Yohanes Sehandi Yudhis M. Burhanudin Yukio Mishima Yulhasni Yuli Yulia Permata Sari Yurnaldi Yusmar Yusuf Yusri Fajar Yuswinardi Yuval Noah Harari Zaki Zubaidi Zakky Zulhazmi Zawawi Se Zen Rachmat Sugito Zuriati