Selasa, 01 Desember 2015

BERMULA DARI OBSESI *

Bambang Kempling

Ernest Hemingway dalam novelnya, The Sun Also Rises mempertanyakan mengapa laut tidak pernah penuh. Albert Camus lewat beberapa karya abadinya, terus menerus mempertanyakan tentang kenisbian dunia. Dalam periode tertentu, Rendra mempertanyakan tentang ketidakadilan, Afrizal Malna mempertanyakan ketimpangan sosial. Melalui proses dan jalan panjang, serangkaian pertanyaan itu kemudian mereka perjuangkan jawabannya dalam wujud karya outentik.

Gambaran tentang serangkaian pertanyaan di atas, adalah merupakan obsesi pengarang, yaitu serangkaian pertanyaan yang terus-menerus mendorong untuk menulis. Obsesi bisa datang dari dalam diri, meskipun pemicunya bisa dari luar, pun bisa dari luar yang kemudian diolah melalui rasa. Variasi-variasinya meliputi, inspirasi yang besar, cita-cita yang tinggi, atau mungkin juga ambisi tanpa terkendali.

Obsesi seseorang untuk menjadi pengarang berbeda dengan obsesi pengarang. Keinginan untuk menjadi sama atau lebih baik daripada pengarang yang lain bisa menjadi objektif seandainya seseorang telah menjadi pengarang, dan bukan sebelumnya. Seorang penjual bakso, ibaratnya, baru bisa bersaing dengan penjual bakso yang lain, manakala dia sudah menjadi penjual bakso.

Proses kreatif adalah satu pembicaraan yang bersangkut-paut dengan konsep dasar pemikiran tentang jalan berkarya dan sikap terhadap karya itu sendiri. Entah sejak kapan pembahasan seperti ini mulai diminati, atau jangan-jangan lebih diminati daripada karya penulis? Bahkan saya pun tidak tahu sejak kapan saya benar-benar menjadi penulis, atau justru benarkah saya telah menjadi seorang penulis?

Pertanyaan-pertanyaan itu sering menggelitik saya, terutama yang berkaitan dengan aktualitas kepenulisan. Terus terang, meskipun dalam kapasitas sebagai penulis asongan terkadang saya lupa dengan kemampuan diri dan tergoda untuk dikenal secara luas, tanpa bekerja keras. Jelas suatu kemustahilan.

Berangkat dari gelitik dan kemustahilan itu, kemudian saya menyadari bahwa ada sesuatu yang ingin saya dialogkan yang tertangkap dari kehidupan. Sesuatu itu kemudian saya rekontruksi bahkan dekontruksi dalam upaya menciptakan “living form” menurut akal sehat fersi sendiri. Dialog itu berbentuk rangkaian kata-kata yang saya sebut sebagai puisi, entah itu benar-benar puisi atau hanya sekedar lenguhan panjang. Dan bersentuhan dengan kehidupan telah membantu saya untuk membangun kehidupan secara “sadar.”

Dalam usaha membangun kehidupan semacam itu, sering saya seakan memisahkan diri dari diri saya sendiri. Memandang dari luar, bersimpangan di jalan, kudirikan tembok pemisah berjendela sehingga dapat saling mengintip, ngobrol dengan berbagi secangkir kopi, pun mungkin saling jambak. Saat seperti itu berarti saya sedang dalam kondisi membangun kesadaran. Tak jarang pula ada usaha membabi-buta untuk menancapkan makna bagi kata-kata. Dan tak jarang pula ada kata-kata yang bertandang begitu saja. Untuk itu saya harus mengasah kepekaan terhadap peristiwa puitis dengan cara menempa dan menempa rasa.

Proses itu cukup panjang, sampai tiba-tiba dipertemukan dengan kalimat, “Menulis adalah bentuk dialog diri yang baik bagi saya, oleh karena itu akan terus saya lakukan sepanjang masih bermakna." Kalimat itu kemudian menjadi kredo sampai kini. Dan ia menempatkan diri sebagai pengisi sekaligus penghidup bagi setiap kata.

Sesekali saya tiba-tiba terjebak dalam situasi yang lain sama sekali, seakan-akan berada dalam cengkeraman dunia belahan entah. Cengkeraman itu baru lepas ketika saya selesai menulis. Sesekali pula saya mempunyai keinginan yang kuat untuk menulis, tetapi sampai gosong otak tidak ada satu katapun yang tertulis. Di lain pihak kadang ada dorongan untuk bersimpati kepada kejadian-kejadian luar biasa untuk saya tulis, dan menurut pengalaman selama ini berakibat fatal, meskipun mendapat pujian. Artinya hanya dalam kondisi tertentu saya bisa menulis. Karya yang menentang arus irama dalam diri yang berusaha saya bangun, bisa dikatakan sebagai karya yang gagal.

Mengikuti irama alam dalam diri barangkali akan membuahkan kebaikan. Irama alam dalam diri adalah satu pengalaman yang subjektif sifatnya dan setiap orang akan mengalaminya dalam bentuk yang berbeda. Maka sebagaimana proses penciptaan, setiap orang mengalami suatu jalan yang berbeda-beda pula. Kehadiran dan eksistensi terusung bersamaan dengan semua itu.

Memahami irama alam dalam diri dengan jernih membutuhkan kejujuran, intensitas, dan kerja keras terus-menerus. Sebab tidak ada satu hasil yang baik tanpa kerja keras. Saya rasa, penyair-penyair sekarang yang kita kenal dan mengisi sejarah, adalah mereka-mereka yang bersungguh-sungguh dan jujur dalam mengejar mimpinya. Bukan karena kebetulan.

Saya tidak bisa seperti Putu Wijaya yang mengatakan, bahwa menulis baginya adalah menggorok leher, baik itu leher sendiri maupun leher orang lain tanpa menyakiti yang bersangkutan, bahkan kalau bisa tanpa diketahui. Ini semacam pencurian, kucing-kucingan, akal-akalan, kadangkala dengan ngumpet-umpet, kalau perlu menghapus jejak sama sekali. Dengan demikian, sama sekali tidak memiliki pretensi untuk melahirkan resep apalagi pahlawan. Hanya menyeret orang untuk melihat begitu banyak alternatif dalam kehidupan. Dia memilih anekdot sebagai bentuk yang dianggap bisa mewakili konsep tersebut.

Saya juga tidak bisa seperti Rendra yang pada periode kepenyairannya mengungkapkan, bahwa bersastra adalah untuk melayani kebutuhan dinamisme rohani dan pikiran. Alam di luar dan alam di dalam diri diamati kembali dipeluk, dihayati, disetubuhi. Seluruh kekuatan panca indera dipertanyakan kembali, disegarkan dalam gairah hidup baru. Dalam proses itu, dia sampai pada “kesadaran alam”, atau kesadaran di luar “kesadaran kebudayaan” yang berarti kesadaran di luar perbendaharaan kebudayaan sehari-hari, di luar akal sehat pada umumnya. Dengan kata lain dia sering dalam keadaan trance atau stoned. Tetapi pada akhirnya, setelah kepergiannya ke Amerika, setelah bertemu dengan sarana penghayatan kehidupan dalam berbagai bentuk disiplin ilmu terutama sosial, ekonomi, dan politik, terjadi penyeberangan mendasar dalam pola penghayatannya dari stoned menuju common sense.

Pun saya tidak bisa seperti seorang Danarto yang mengatakan bahwa daerah penciptaan itu netral. Seperti ruang kosong di mana kita bisa mengisi sebebas-bebasnya dengan apa saja. Ruang kosong itu murni, tak terikat oleh hukum penciptaan. Murni bagaikan kanak-kanak. Tak ada konsep penciptaan.

Sampai tahap ini, saya belum bisa memastikan apakah saya sebagai penyair atau seseorang yang berkeinginan menjadi penyair. Mungkin hal itu merupakan obsesi atau sekedar utopi.

Kesimpulan: Masing-masing pengarang memiliki konsep sendiri, sesuai dengan kepribadian masing-masing.

*) Disampaikan dalam “DIALOG SASTRA” di MA. Matholiul Anwar, 21 Desember 2014

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Azis Masyhuri A. Qorib Hidayatullah A.C. Andre Tanama A.S. Laksana Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi WM Abdul Malik Abdurrahman Wahid Abidah El Khalieqy Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Adi Prasetyo Afnan Malay Afrizal Malna Afthonul Afif Aguk Irawan M.N. Agus B. Harianto Agus Himawan Agus Noor Agus R. Sarjono Agus Sri Danardana Agus Sulton Agus Sunyoto Agus Wibowo Ahda Imran Ahmad Fatoni Ahmad Maltup SA Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad Suyudi Ahmad Syubbanuddin Alwy Ahmad Tohari Ahmad Y. Samantho Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhmad Sekhu Akmal Nasery Basral Alex R. Nainggolan Alexander G.B. Almania Rohmah Alunk Estohank Amalia Sulfana Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Aminullah HA Noor Andari Karina Anom Andi Nur Aminah Anes Prabu Sadjarwo Anindita S Thayf Anindita S. Thayf Anitya Wahdini Anton Bae Anton Kurnia Anung Wendyartaka Anwar Nuris Anwari WMK Aprinus Salam APSAS (Apresiasi Sastra) Indonesia Ardus M Sawega Arie MP Tamba Arief Budiman Ariel Heryanto Arif Saifudin Yudistira Arif Zulkifli Arifi Saiman Aris Kurniawan Arman A.Z. Arsyad Indradi Arti Bumi Intaran Ary Wibowo AS Sumbawi Asarpin Asbari N. Krisna Asep Salahudin Asep Sambodja Asti Musman Atep Kurnia Atih Ardiansyah Aulia A Muhammad Awalludin GD Mualif Aziz Abdul Gofar B. Nawangga Putra Badaruddin Amir Bagja Hidayat Bakdi Sumanto Balada Bale Aksara Bambang Agung Bambang Kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bedah Buku Beni Setia Benni Indo Benny Arnas Benny Benke Bentara Budaya Yogyakarta Berita Duka Berita Utama Bernando J Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Bonari Nabonenar Bre Redana Brunel University London Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiman S. Hartoyo Buku Kritik Sastra Bung Tomo Burhanuddin Bella Butet Kartaredjasa Cahyo Junaedy Cak Kandar Caroline Damanik Catatan Cecep Syamsul Hari Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Chavchay Saifullah Cornelius Helmy Herlambang D. Zawawi Imron Dad Murniah Dadang Sunendar Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Dante Alighieri David Krisna Alka Deddy Arsya Dedi Pramono Delvi Yandra Deni Andriana Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dewan Kesenian Lamongan (DKL) Dewey Setiawan Dewi Rina Cahyani Dewi Sri Utami Dian Hartati Diana A.V. Sasa Dianing Widya Yudhistira Dina Jerphanion Djadjat Sudradjat Djasepudin Djoko Pitono Djoko Saryono Dodiek Adyttya Dwiwanto Dody Kristianto Donny Anggoro Donny Syofyan Dony P. Herwanto Dorothea Rosa Herliany Dr Junaidi Dudi Rustandi Dwi Arjanto Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi S. Wibowo Dwicipta Dwijo Maksum E. M. Cioran E. Syahputra Egidius Patnistik Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Hendrawan Sofyan Eko Triono Elisa Dwi Wardani Ellyn Novellin Elokdyah Meswati Emha Ainun Nadjib Endro Yuwanto Eriyanti Erwin Edhi Prasetya Esai Evi Idawati F Dewi Ria Utari F. Dewi Ria Utari Fadlillah Malin Sutan Kayo Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fajar Alayubi Fakhrunnas MA Jabbar Fanani Rahman Faruk HT Fatah Yasin Noor Fatkhul Anas Fazabinal Alim Fazar Muhardi Felix K. Nesi Festival Sastra Gresik Fikri. MS Frans Ekodhanto Fransiskus X. Taolin Franz Kafka Fuad Nawawi Gabriel García Márquez Gde Artawa Geger Riyanto Gendhotwukir Gerakan Surah Buku (GSB) Ging Ginanjar Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gufran A. Ibrahim Gunoto Saparie Gusty Fahik H. Rosihan Anwar H.B. Jassin Hadi Napster Halim HD Halimi Zuhdy Hamdy Salad Hamsad Rangkuti Han Gagas Haris del Hakim Hary B Kori’un Hasan Junus Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Hasyuda Abadi Hawe Setiawan Helvy Tiana Rosa Hendra Makmur Hepi Andi Bastoni Herdiyan Heri KLM Heri Latief Heri Ruslan Herman Hasyim Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Herry Lamongan Heru Emka Hikmat Gumelar Holy Adib Hudan Hidayat Humam S Chudori I Nyoman Darma Putra I Nyoman Suaka I Tito Sianipar Ian Ahong Guruh IBM. Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi IDG Windhu Sancaya Iffah Nur Arifah Ignas Kleden Ignasius S. Roy Tei Seran Ignatius Haryanto Ignatius Liliek Ika Karlina Idris Ilham Khoiri Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indah S. Pratidina Indiar Manggara Indra Tranggono Indrian Koto Insaf Albert Tarigan Ipik Tanoyo Irine Rakhmawati Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Norman Istiqomatul Hayati Iswara N Raditya Iverdixon Tinungki Iwan Gunadi Iwan Nurdaya Djafar Jadid Al Farisy Jakob Sumardjo Jamal D. Rahman Jamrin Abubakar Janual Aidi Javed Paul Syatha Jay Am Jaya Suprana Jean-Paul Sartre JJ. Kusni Joanito De Saojoao Jodhi Yudono John Js Joko Pinurbo Joko Sandur Joni Ariadinata Jual Buku Paket Hemat Junaidi Abdul Munif Jusuf AN Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Katrin Bandel Kedung Darma Romansha Khairul Mufid Jr Ki Panji Kusmin Kingkin Puput Kinanti Kirana Kejora Ko Hyeong Ryeol Koh Young Hun Komarudin Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kritik Sastra Kurniawan Kuswaidi Syafi'ie Lathifa Akmaliyah Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember Lenah Susianty Leon Trotsky Linda Christanty Liza Wahyuninto Lona Olavia Lucia Idayani Luhung Sapto Nugroho Lukman Santoso Az Luky Setyarini Lusiana Indriasari Lutfi Mardiansyah M Syakir M. Faizi M. Fauzi Sukri M. Mustafied M. Yoesoef M.D. Atmaja M.H. Abid M.Harir Muzakki Made Wianta Mahmoud Darwish Mahmud Jauhari Ali Majalah Budaya Jejak Makmur Dimila Malkan Junaidi Maman S Mahayana Manneke Budiman Mardi Luhung Mardiyah Chamim Marhalim Zaini Maria Hartiningsih Mariana Amiruddin Martin Aleida Marwanto Mas Ruscitadewi Masdharmadji Mashuri Masuki M. Astro Media Dunia Sastra Media: Crayon on Paper Mega Vristian Melani Budianta Mezra E Pellondou MG. Sungatno Micky Hidayat Mikael Johani Mikhael Dua Misbahus Surur Moch Arif Makruf Mohamad Fauzi Mohamad Sobary Mohamed Nasser Mohamed Mohammad Takdir Ilahi Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Amin Muhammad Muhibbuddin Muhammad Nanda Fauzan Muhammad Qodari Muhammad Rain Muhammad Subarkah Muhammad Taufiqurrohman Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun AS Muhyidin Mujtahid Munawir Aziz Musa Asy’arie Musa Ismail Musfi Efrizal Mustafa Ismail Mustofa W Hasyim N. Mursidi Nafi’ah Al-Ma’rab Naqib Najah Narudin Pituin Naskah Teater Nasru Alam Aziz Nelson Alwi Neni Ridarineni Nezar Patria Ni Made Purnamasari Ni Putu Rastiti Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Noval Jubbek Novelet Nunung Nurdiah Nur Utami Sari’at Kurniati Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurhadi BW Obrolan Odhy`s Okta Adetya Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Orhan Pamuk Otto Sukatno CR Pablo Neruda Patricia Pawestri PDS H.B. Jassin Pipiet Senja Pramoedya Ananta Toer Pranita Dewi Prosa Proses Kreatif Puisi Puisi Pertemuan Mahasiswa Puji Santosa Pustaka Bergerak PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Setia Putu Wijaya R. Timur Budi Raja Radhar Panca Dahana Rahmah Maulidia Rahmi Hattani Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rambuana Ramzah Dambul Raudal Tanjung Banua Redhitya Wempi Ansori Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Revolusi Ria Febrina Rialita Fithra Asmara Ribut Wijoto Richard Strauss Rida K Liamsi Riduan Situmorang Ridwan Munawwar Galuh Riki Dhamparan Putra Rina Mahfuzah Nst Rinto Andriono Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Rita Zahara Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Roland Barthes Romi Zarman Romo Jansen Boediantono Rosidi Ruslani S Prana Dharmasta S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabine Müller Sabrank Suparno Safitri Ningrum Saiful Amin Ghofur Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Sartika Dian Nuraini Sastra Using Satmoko Budi Santoso Saut Poltak Tambunan Saut Situmorang Sayuri Yosiana Sayyid Madany Syani Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) Sem Purba Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Shiny.ane el’poesya Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sindu Putra Siti Mugi Rahayu Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Slamet Rahardjo Rais Soeprijadi Tomodihardjo Sofyan RH. Zaid Sohifur Ridho’i Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sonya Helen Sinombor Sosiawan Leak Sri Rominah Sri Wintala Achmad St. Sularto STKIP PGRI Ponorogo Subagio Sastrowardoyo Sudarmoko Sudaryono Sudirman Sugeng Satya Dharma Suhadi Sujiwo Tedjo Sukar Suminto A. Sayuti Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Suryadi Suryanto Sastroatmodjo Susilowati Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Sutrisno Buyil Syaifuddin Gani Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Th. Sumartana Theresia Purbandini Tia Setiadi Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto TS Pinang Tu-ngang Iskandar Tulus Wijanarko Udo Z. Karzi Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Urwatul Wustqo Usman Arrumy Usman Awang UU Hamidy Vinc. Kristianto Batuadji Vladimir I. Braginsky W.S. Rendra Wahib Muthalib Wahyu Utomo Wardjito Soeharso Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Weni Suryandari Wiko Antoni Wina Karnie Winarta Adisubrata Wiwik Widayaningtias Yanto le Honzo Yanuar Widodo Yetti A. KA Yohanes Sehandi Yudhis M. Burhanudin Yukio Mishima Yulhasni Yuli Yulia Permata Sari Yurnaldi Yusmar Yusuf Yusri Fajar Yuswinardi Yuval Noah Harari Zaki Zubaidi Zakky Zulhazmi Zawawi Se Zen Rachmat Sugito Zuriati