Selasa, 13 Desember 2011

Antara Ali Syariati & Pram

Dudi Rustandi
http://www.sunangunungdjati.com/

Hampir tak dapat dipungkiri bahwa titik tolak pencerahan dan gelisah hidupku tak dapat dipisahkan dari pengaruh kedua tokoh yang berbeda secara geografis seperti disebut pada judul; Syariati dan Pram, kedua tokoh tersebut dapat dikatakan merupakan satu generasi walau berbeda tempat pijakan, ia sama-sama berada pada satu ruang yang sama dalam memperjuangkan bangsanya masing-masing; berjuang melalui tulisan.

Syariati panggilan akrab Ali Syariati, merupakan seorang tokoh pergerakan Islam Iran menjelang Revolusi Iran 1979, walau hampir tidak pernah disebutkan sebagai orang yang berada di balik revolusi Iran dibandingkan dengan Ruhullah Khomaini dan Murthada Muthahari, namun ia telah berjuang sejak mula untuk meruntuhkan rezim Syah Pahlevi. Ia berjuang sejak masa kuliah hingga meraih gelar master dan doktornya di Sorbonne University Prancis. Melalui tulisan-tulisannya ia menggerakan pelajar Iran yang sedang belajar di Luar Negeri.

Pram, panggilan akrab Pramoedya Ananta Toer (lahir), seorang novelis besar yang dihargai dunia namun dipenjarakan di Negeri sendiri sejak masa Penjajahan hingga masa Presiden Soeharto. Pram berjuang melalui tulisan-tulisannya yang khas, novel sejarah yang diangkat langsung dari peristiwa-peristiwa kesaharian atau dalam istilahnya ia menganut aliran realism. Tokoh-tokoh yang dibangun Pram adalah tokoh-tokoh yang hampir tidak kita kenal. Pram mengangkat tokoh-tokoh yang hampir tidak dilirik oleh manusia kebanyakan yang biasanya lebih gandrung terhadap tokoh ‘besar’, bahkan ia mengangkat tokoh-tokoh yang dicibir sekalipun seperti gundik, pelacur, pegawai rendahan, walaupun ada beberapa tokoh besar yang ia angkat seperti Kartini, karena yang ingin ia ajarkan adalah ideology menulisnya.

Kenapa Syariati saya sebutkan dalam judul lebih dahulu, karena pertama kali berkenalan dengan tokoh pergerakan adalah Syariati, walaupun sebetulnya ada tokoh pergerakan, pemikir Islam dari Indonesia yaitu Cak Nur melalui Islam Keindonesiaan dan Kemodernan, namun sayang ia tidak meninggalkan jejak berbekas kecuali tentang pembelaannya terhadap Pancasilanya Orde Baru (saat itu), sementara melalui Ali Syariati, telah meninggalkan kesan yang cukup mendalam, Syariati melalui ‘Tanggung Jawab Cendekiawan Muslim’ telah membakar semangat saya, semangat untuk melakukan perubahan.

Sejak saat itulah, semangat perubahan tersebut saya wujudkan dalam bentuk banyak membaca buku dan aktif di beberapa organisasi kampus yang banyak menggelar diskusi, pencerahan dan pandangan. Sebagai mahasiswa, hidup saya saat itu benar-benar dinamis dan menggairahkan. Dari waktu-ke waktu saya isi dengan berdiskusi, pelatihan, berorganisasi. Namun tentu saja yang paling berkesan dari pandangan-pandangan Ali Syariati pada saat itu adalah pandangan terhadap simbolisasi manusia shaleh yang tidak bisa dipandang dari sisi bentuk atau formalitasnya saja karena bagi Ali Syariati manusia yang tercerahkan adalah

“ia dengan tangan yang sama menuliskan ayat-ayat suci dari langit serta terbenam dalam genangan lumpur dan mengayunkan kayu untuk menyuburkan tanah yang kering, ia berdiri tegak memperjuangkan ayat-ayat Allah dan hak-hak masyarakat”. (Ali Syariati dalam Tanggung Jawab Cendekiawan Muslim)

Melalui pandangan dan sejumlah kritiknya terbukalah mata saya bahwa seorang yang baik, shaleh dan patut mendapatkan penghargaan adalah orang-orang yang tidak hanya berteriak tentang kitab suci, namun ia yang memperjuangkan hak masyarakat, bukan pula ia yang sering merendahkan orang-orang kecil dan termarjinalkan namun ia yang mampu menemukan makna dari kehidupannya walaupun dianggap kotor.

Sejak saat itu pula, keberaniannya mengkritik menumbuhkan rasa kepedean saya, bahwa orang besar belum tentu besar dengan kebesarannya, karena orang besar seperti dalam analogi Syariati adalah orang yang tidak hanya besar dengan kedudukan dan kata-katanya, namun yang mampu merealisasikan kata-katanya dan rela berkubang dengan lumpur sekalipun.

Seolah menemukan momentum, saat itu pun pandangan ini saya tuangkan dalam bentuk tulisan kritik terhadap orang-orang yang dianggap besar dan kerdil dalam moralnya. Seperti kasus dosen/ ustad cabul, Pejabat Korup, atau dalam bentuk kritik lainnya seperti tercermin dalam beberapa tulisan saya. Tentu saja tulisan saya sangat terbata-bata karena selain tidak memiliki skill menulis, ilmu dan penghayatan saya pun sangat dangkal. Namun tidak mengurangi rasa PD saya untuk menuliskannya dan ditempel di mading organisasi.

Melalui Syariati saya yang dusun/ ndeso/ katro belajar berani mengatakan hal saya anggap benar terhadap apa dan siapapun tanpa melihat jabatannya, jika salah ya harus berani mengkritik khususnya dalam relasi saya dengan kampus dan lingkungannya.

Jika pengaruh Syariati menyumbang keberanian serta membantu cara memandang manusia agar tidak dilihat dari seberapa besar jabatan dan setinggi apa posisi seseorang, hal yang berbeda disumbangkan terhadap saya dari novelis kelas dunia, Pramoedya Ananta Toer. Pram sapaan akrabnya mengajarkan untuk selalu menghargai orang-orang kecil bahkan yang dipandang kotor sekalipun. Novel-novelnya menceritakan banyak peran dari masyarakat bawah. Seperti pada novel Larasati.

‘Larasati’ mengisahkan tentang seorang artis yang lebih menonjol kepelacurannya daripada sebagai seorang pekerja seni. Ia merupakan potret seorang pelacur yang memperjuangkan bangsanya dengan caranya. Melalui tokoh Larasati Pram mengajak pembaca bahwa setiap orang itu memiliki kebermanfaatan terhadap lingkungannya, bahkan seorang pelacur pun menyumbangkan peluhnya demi tegaknya bangsa ini, dengan caranya sendiri. Caranya tentu bukan dengan melacurkan diri, namun menjadikan ilmu menggoda untuk melengahkan musuhnya. Melalui peran kepelacurannya ini ia bisa membantu pejuang.

Hal serupa juga ditonjolkan dari magnum opusnya Pram, Tetralogi Pulau Buru, 4 Roman bersambung tersebut menonjolkan peran seorang gundik yang dipandang sebelah mata, Nyai Ontosoroh, Ia mampu menjadi administrator yang baik bagi perusahan-perusahaan meneer/ suaminya, seorang bangsawan berpendidikan sekelas Minke yang anak bupati dan calon dokter pun menghormati dan segan terhadap Nyai Ontosoroh sebagai mertuanya. Nyai Ontosoroh pun sangat disegani oleh keluarga ‘suaminya’ keluarga Mellema.

Nyai ontosoroh adalah sosok perempuan yang menyerah pada keadaan pada awalnya, namun pada sisi lain ia mampu menjelma menjadi sosok yang kuat dan tegas terhadap keadaan pada akhirnya. Ia menjadi daya tarik tersendiri bagi rekan-rekan bisnisnya. Tidak sedikit yang kagum terhadap kecantikannya namun segan terhadap sikap tegas dan kecerdasannya. Ia begitu pandai menghargai setiap orang termasuk para pekerjanya, seperti pernah ia katakana,

”Jangan anggap remeh si manusia, yang kelihatannya begitu sederhana; biar penglihatanmu setajam elang, pikiranmu setajam pisau cukur, perabaanmu lebih peka dari para dewa, pendengaran dapat menangkap musik dan ratap-tangis kehidupan; pengetahuanmu tentang manusia takkan bakal bisa kemput” (Nyai Ontosoroh dalam Bumi Manusia)

Tokoh-tokoh yang dianggap marjinal tersebut merupakah contoh dari penokohan yang diangkat Pram, masih banyak karakter masyarakat lain yang diangkat oleh Pram, Novel sejarah Ken Arok mengisahkan keberhasilan orang kecil yang berasal dari kalangan Sudra namun mampu naik tahta menjadi Brahmana sekaligus ksatria, hanya dengan bekal ketrampilan. Hanya sayang, keberhasilannya tersebut tidak bisa dipelihara oleh Ken Arok.

Namun tentu saja Pram tidak hanya menceritakan tokoh kecil yang memiliki peran besar yang positif, orang kecil pun sering melakukan peran yang dilakukan orang-orang besar seperti tergambar dari novel ‘Korupsi’. Dalam penceritaannya, yang membuat pegawai kecil berbuat korupsi bukan karena gajinya yang kecil, namun lebih karena mentalnya.

Alhasil, melalui kedua tokoh tersebut, saya belajar berani untuk mengatakan tentang kebenaran kepada orang yang dianggap besar (kritik) namun juga terbuka untuk bisa menghargai orang-orang yang perannya bahkan tidak dipandang sekalipun oleh masyarakat kebanyakan seperti dalam beberapa tulisan saya tentang Waria dan Pelacur.

Perkenalan dengan kedua tokoh tersebut, tentu saja melalui kekuatan buku-buku yang dikarangnya. Melalui Syariati saya berkenalan dengan sejumlah pandangannya melalui buku ‘Tugas Cendekiawan Muslim’, ‘Islam Agam Protes’, ‘Agama vs Agama’, Abu Dzar,’Islam Madzhab Pemikiran dan Aksi’, Kemuliaan Mati Syahir, Humanisme dan Hijrah. Sedangkan melalui Pram saya berkenalan dengan sejumlah tokoh lain sebagai tokoh novelnya seperti tokoh-tokoh dalam dalam Tetralogi Pulau Buru (Bumi Manusia, Anak Semua Bangsa, Jejak Langkah, Rumah Kaca) seperti Minke, Nyai Ontosoroh, Jan Marais, Anelis, Larasati, Ken Arok, pelarian yang dituduh PKI dll.

Melalui kekuatan buku-buku tersebutlah kedua tokoh tersebut mampu membukakan mata tentang kebenaran dan pentingnya menghargai manusia kecil. Bahkan tidak hanya sudut pandang, tapi juga menjelma menjadi perilaku keseharian walaupun tidak berwujud 100 %.

Ingin mengubah mindset dan hidup anda? Banyaklah membaca buku. Pandangannya akan mengendap dalam alam bawah sadar anda dan akan menjelma menjadi perilaku tanpa anda sadari. Kekuatan membaca buku merujuk pada pandangan Freud Ibarat sebagai sebuah mesin mobil yang menggerakan roda-rodanya. Mesinnya sendiri tidak kentara, namun ia menjelma menjadi putaran roda.

Dijumput dari: http://www.sunangunungdjati.com/blog/?p=12691

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Azis Masyhuri A. Qorib Hidayatullah A.C. Andre Tanama A.S. Laksana Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi WM Abdul Malik Abdurrahman Wahid Abidah El Khalieqy Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Adi Prasetyo Afnan Malay Afrizal Malna Afthonul Afif Aguk Irawan M.N. Agus B. Harianto Agus Himawan Agus Noor Agus R. Sarjono Agus Sri Danardana Agus Sulton Agus Sunyoto Agus Wibowo Ahda Imran Ahmad Fatoni Ahmad Maltup SA Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad Suyudi Ahmad Syubbanuddin Alwy Ahmad Tohari Ahmad Y. Samantho Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhmad Sekhu Akmal Nasery Basral Alex R. Nainggolan Alexander G.B. Almania Rohmah Alunk Estohank Amalia Sulfana Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Aminullah HA Noor Andari Karina Anom Andi Nur Aminah Anes Prabu Sadjarwo Anindita S Thayf Anindita S. Thayf Anitya Wahdini Anton Bae Anton Kurnia Anung Wendyartaka Anwar Nuris Anwari WMK Aprinus Salam APSAS (Apresiasi Sastra) Indonesia Ardus M Sawega Arie MP Tamba Arief Budiman Ariel Heryanto Arif Saifudin Yudistira Arif Zulkifli Arifi Saiman Aris Kurniawan Arman A.Z. Arsyad Indradi Arti Bumi Intaran Ary Wibowo AS Sumbawi Asarpin Asbari N. Krisna Asep Salahudin Asep Sambodja Asti Musman Atep Kurnia Atih Ardiansyah Aulia A Muhammad Awalludin GD Mualif Aziz Abdul Gofar B. Nawangga Putra Badaruddin Amir Bagja Hidayat Bakdi Sumanto Balada Bale Aksara Bambang Agung Bambang Kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bedah Buku Beni Setia Benni Indo Benny Arnas Benny Benke Bentara Budaya Yogyakarta Berita Duka Berita Utama Bernando J Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Bonari Nabonenar Bre Redana Brunel University London Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiman S. Hartoyo Buku Kritik Sastra Bung Tomo Burhanuddin Bella Butet Kartaredjasa Cahyo Junaedy Cak Kandar Caroline Damanik Catatan Cecep Syamsul Hari Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Chavchay Saifullah Cornelius Helmy Herlambang D. Zawawi Imron Dad Murniah Dadang Sunendar Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Dante Alighieri David Krisna Alka Deddy Arsya Dedi Pramono Delvi Yandra Deni Andriana Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dewan Kesenian Lamongan (DKL) Dewey Setiawan Dewi Rina Cahyani Dewi Sri Utami Dian Hartati Diana A.V. Sasa Dianing Widya Yudhistira Dina Jerphanion Djadjat Sudradjat Djasepudin Djoko Pitono Djoko Saryono Dodiek Adyttya Dwiwanto Dody Kristianto Donny Anggoro Donny Syofyan Dony P. Herwanto Dorothea Rosa Herliany Dr Junaidi Dudi Rustandi Dwi Arjanto Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi S. Wibowo Dwicipta Dwijo Maksum E. M. Cioran E. Syahputra Egidius Patnistik Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Hendrawan Sofyan Eko Triono Elisa Dwi Wardani Ellyn Novellin Elokdyah Meswati Emha Ainun Nadjib Endro Yuwanto Eriyanti Erwin Edhi Prasetya Esai Evi Idawati F Dewi Ria Utari F. Dewi Ria Utari Fadlillah Malin Sutan Kayo Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fajar Alayubi Fakhrunnas MA Jabbar Fanani Rahman Faruk HT Fatah Yasin Noor Fatkhul Anas Fazabinal Alim Fazar Muhardi Felix K. Nesi Festival Sastra Gresik Fikri. MS Frans Ekodhanto Fransiskus X. Taolin Franz Kafka Fuad Nawawi Gabriel García Márquez Gde Artawa Geger Riyanto Gendhotwukir Gerakan Surah Buku (GSB) Ging Ginanjar Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gufran A. Ibrahim Gunoto Saparie Gusty Fahik H. Rosihan Anwar H.B. Jassin Hadi Napster Halim HD Halimi Zuhdy Hamdy Salad Hamsad Rangkuti Han Gagas Haris del Hakim Hary B Kori’un Hasan Junus Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Hasyuda Abadi Hawe Setiawan Helvy Tiana Rosa Hendra Makmur Hepi Andi Bastoni Herdiyan Heri KLM Heri Latief Heri Ruslan Herman Hasyim Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Herry Lamongan Heru Emka Hikmat Gumelar Holy Adib Hudan Hidayat Humam S Chudori I Nyoman Darma Putra I Nyoman Suaka I Tito Sianipar Ian Ahong Guruh IBM. Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi IDG Windhu Sancaya Iffah Nur Arifah Ignas Kleden Ignasius S. Roy Tei Seran Ignatius Haryanto Ignatius Liliek Ika Karlina Idris Ilham Khoiri Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indah S. Pratidina Indiar Manggara Indra Tranggono Indrian Koto Insaf Albert Tarigan Ipik Tanoyo Irine Rakhmawati Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Norman Istiqomatul Hayati Iswara N Raditya Iverdixon Tinungki Iwan Gunadi Iwan Nurdaya Djafar Jadid Al Farisy Jakob Sumardjo Jamal D. Rahman Jamrin Abubakar Janual Aidi Javed Paul Syatha Jay Am Jaya Suprana Jean-Paul Sartre JJ. Kusni Joanito De Saojoao Jodhi Yudono John Js Joko Pinurbo Joko Sandur Joni Ariadinata Jual Buku Paket Hemat Junaidi Abdul Munif Jusuf AN Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Katrin Bandel Kedung Darma Romansha Khairul Mufid Jr Ki Panji Kusmin Kingkin Puput Kinanti Kirana Kejora Ko Hyeong Ryeol Koh Young Hun Komarudin Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kritik Sastra Kurniawan Kuswaidi Syafi'ie Lathifa Akmaliyah Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember Lenah Susianty Leon Trotsky Linda Christanty Liza Wahyuninto Lona Olavia Lucia Idayani Luhung Sapto Nugroho Lukman Santoso Az Luky Setyarini Lusiana Indriasari Lutfi Mardiansyah M Syakir M. Faizi M. Fauzi Sukri M. Mustafied M. Yoesoef M.D. Atmaja M.H. Abid M.Harir Muzakki Made Wianta Mahmoud Darwish Mahmud Jauhari Ali Majalah Budaya Jejak Makmur Dimila Malkan Junaidi Maman S Mahayana Manneke Budiman Mardi Luhung Mardiyah Chamim Marhalim Zaini Maria Hartiningsih Mariana Amiruddin Martin Aleida Marwanto Mas Ruscitadewi Masdharmadji Mashuri Masuki M. Astro Media Dunia Sastra Media: Crayon on Paper Mega Vristian Melani Budianta Mezra E Pellondou MG. Sungatno Micky Hidayat Mikael Johani Mikhael Dua Misbahus Surur Moch Arif Makruf Mohamad Fauzi Mohamad Sobary Mohamed Nasser Mohamed Mohammad Takdir Ilahi Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Amin Muhammad Muhibbuddin Muhammad Nanda Fauzan Muhammad Qodari Muhammad Rain Muhammad Subarkah Muhammad Taufiqurrohman Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun AS Muhyidin Mujtahid Munawir Aziz Musa Asy’arie Musa Ismail Musfi Efrizal Mustafa Ismail Mustofa W Hasyim N. Mursidi Nafi’ah Al-Ma’rab Naqib Najah Narudin Pituin Naskah Teater Nasru Alam Aziz Nelson Alwi Neni Ridarineni Nezar Patria Ni Made Purnamasari Ni Putu Rastiti Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Noval Jubbek Novelet Nunung Nurdiah Nur Utami Sari’at Kurniati Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurhadi BW Obrolan Odhy`s Okta Adetya Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Orhan Pamuk Otto Sukatno CR Pablo Neruda Patricia Pawestri PDS H.B. Jassin Pipiet Senja Pramoedya Ananta Toer Pranita Dewi Prosa Proses Kreatif Puisi Puisi Pertemuan Mahasiswa Puji Santosa Pustaka Bergerak PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Setia Putu Wijaya R. Timur Budi Raja Radhar Panca Dahana Rahmah Maulidia Rahmi Hattani Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rambuana Ramzah Dambul Raudal Tanjung Banua Redhitya Wempi Ansori Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Revolusi Ria Febrina Rialita Fithra Asmara Ribut Wijoto Richard Strauss Rida K Liamsi Riduan Situmorang Ridwan Munawwar Galuh Riki Dhamparan Putra Rina Mahfuzah Nst Rinto Andriono Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Rita Zahara Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Roland Barthes Romi Zarman Romo Jansen Boediantono Rosidi Ruslani S Prana Dharmasta S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabine Müller Sabrank Suparno Safitri Ningrum Saiful Amin Ghofur Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Sartika Dian Nuraini Sastra Using Satmoko Budi Santoso Saut Poltak Tambunan Saut Situmorang Sayuri Yosiana Sayyid Madany Syani Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) Sem Purba Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Shiny.ane el’poesya Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sindu Putra Siti Mugi Rahayu Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Slamet Rahardjo Rais Soeprijadi Tomodihardjo Sofyan RH. Zaid Sohifur Ridho’i Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sonya Helen Sinombor Sosiawan Leak Sri Rominah Sri Wintala Achmad St. Sularto STKIP PGRI Ponorogo Subagio Sastrowardoyo Sudarmoko Sudaryono Sudirman Sugeng Satya Dharma Suhadi Sujiwo Tedjo Sukar Suminto A. Sayuti Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Suryadi Suryanto Sastroatmodjo Susilowati Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Sutrisno Buyil Syaifuddin Gani Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Th. Sumartana Theresia Purbandini Tia Setiadi Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto TS Pinang Tu-ngang Iskandar Tulus Wijanarko Udo Z. Karzi Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Urwatul Wustqo Usman Arrumy Usman Awang UU Hamidy Vinc. Kristianto Batuadji Vladimir I. Braginsky W.S. Rendra Wahib Muthalib Wahyu Utomo Wardjito Soeharso Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Weni Suryandari Wiko Antoni Wina Karnie Winarta Adisubrata Wiwik Widayaningtias Yanto le Honzo Yanuar Widodo Yetti A. KA Yohanes Sehandi Yudhis M. Burhanudin Yukio Mishima Yulhasni Yuli Yulia Permata Sari Yurnaldi Yusmar Yusuf Yusri Fajar Yuswinardi Yuval Noah Harari Zaki Zubaidi Zakky Zulhazmi Zawawi Se Zen Rachmat Sugito Zuriati