Dudi Rustandi
http://www.sunangunungdjati.com/
Hampir tak dapat dipungkiri bahwa titik tolak pencerahan dan gelisah hidupku tak dapat dipisahkan dari pengaruh kedua tokoh yang berbeda secara geografis seperti disebut pada judul; Syariati dan Pram, kedua tokoh tersebut dapat dikatakan merupakan satu generasi walau berbeda tempat pijakan, ia sama-sama berada pada satu ruang yang sama dalam memperjuangkan bangsanya masing-masing; berjuang melalui tulisan.
Syariati panggilan akrab Ali Syariati, merupakan seorang tokoh pergerakan Islam Iran menjelang Revolusi Iran 1979, walau hampir tidak pernah disebutkan sebagai orang yang berada di balik revolusi Iran dibandingkan dengan Ruhullah Khomaini dan Murthada Muthahari, namun ia telah berjuang sejak mula untuk meruntuhkan rezim Syah Pahlevi. Ia berjuang sejak masa kuliah hingga meraih gelar master dan doktornya di Sorbonne University Prancis. Melalui tulisan-tulisannya ia menggerakan pelajar Iran yang sedang belajar di Luar Negeri.
Pram, panggilan akrab Pramoedya Ananta Toer (lahir), seorang novelis besar yang dihargai dunia namun dipenjarakan di Negeri sendiri sejak masa Penjajahan hingga masa Presiden Soeharto. Pram berjuang melalui tulisan-tulisannya yang khas, novel sejarah yang diangkat langsung dari peristiwa-peristiwa kesaharian atau dalam istilahnya ia menganut aliran realism. Tokoh-tokoh yang dibangun Pram adalah tokoh-tokoh yang hampir tidak kita kenal. Pram mengangkat tokoh-tokoh yang hampir tidak dilirik oleh manusia kebanyakan yang biasanya lebih gandrung terhadap tokoh ‘besar’, bahkan ia mengangkat tokoh-tokoh yang dicibir sekalipun seperti gundik, pelacur, pegawai rendahan, walaupun ada beberapa tokoh besar yang ia angkat seperti Kartini, karena yang ingin ia ajarkan adalah ideology menulisnya.
Kenapa Syariati saya sebutkan dalam judul lebih dahulu, karena pertama kali berkenalan dengan tokoh pergerakan adalah Syariati, walaupun sebetulnya ada tokoh pergerakan, pemikir Islam dari Indonesia yaitu Cak Nur melalui Islam Keindonesiaan dan Kemodernan, namun sayang ia tidak meninggalkan jejak berbekas kecuali tentang pembelaannya terhadap Pancasilanya Orde Baru (saat itu), sementara melalui Ali Syariati, telah meninggalkan kesan yang cukup mendalam, Syariati melalui ‘Tanggung Jawab Cendekiawan Muslim’ telah membakar semangat saya, semangat untuk melakukan perubahan.
Sejak saat itulah, semangat perubahan tersebut saya wujudkan dalam bentuk banyak membaca buku dan aktif di beberapa organisasi kampus yang banyak menggelar diskusi, pencerahan dan pandangan. Sebagai mahasiswa, hidup saya saat itu benar-benar dinamis dan menggairahkan. Dari waktu-ke waktu saya isi dengan berdiskusi, pelatihan, berorganisasi. Namun tentu saja yang paling berkesan dari pandangan-pandangan Ali Syariati pada saat itu adalah pandangan terhadap simbolisasi manusia shaleh yang tidak bisa dipandang dari sisi bentuk atau formalitasnya saja karena bagi Ali Syariati manusia yang tercerahkan adalah
“ia dengan tangan yang sama menuliskan ayat-ayat suci dari langit serta terbenam dalam genangan lumpur dan mengayunkan kayu untuk menyuburkan tanah yang kering, ia berdiri tegak memperjuangkan ayat-ayat Allah dan hak-hak masyarakat”. (Ali Syariati dalam Tanggung Jawab Cendekiawan Muslim)
Melalui pandangan dan sejumlah kritiknya terbukalah mata saya bahwa seorang yang baik, shaleh dan patut mendapatkan penghargaan adalah orang-orang yang tidak hanya berteriak tentang kitab suci, namun ia yang memperjuangkan hak masyarakat, bukan pula ia yang sering merendahkan orang-orang kecil dan termarjinalkan namun ia yang mampu menemukan makna dari kehidupannya walaupun dianggap kotor.
Sejak saat itu pula, keberaniannya mengkritik menumbuhkan rasa kepedean saya, bahwa orang besar belum tentu besar dengan kebesarannya, karena orang besar seperti dalam analogi Syariati adalah orang yang tidak hanya besar dengan kedudukan dan kata-katanya, namun yang mampu merealisasikan kata-katanya dan rela berkubang dengan lumpur sekalipun.
Seolah menemukan momentum, saat itu pun pandangan ini saya tuangkan dalam bentuk tulisan kritik terhadap orang-orang yang dianggap besar dan kerdil dalam moralnya. Seperti kasus dosen/ ustad cabul, Pejabat Korup, atau dalam bentuk kritik lainnya seperti tercermin dalam beberapa tulisan saya. Tentu saja tulisan saya sangat terbata-bata karena selain tidak memiliki skill menulis, ilmu dan penghayatan saya pun sangat dangkal. Namun tidak mengurangi rasa PD saya untuk menuliskannya dan ditempel di mading organisasi.
Melalui Syariati saya yang dusun/ ndeso/ katro belajar berani mengatakan hal saya anggap benar terhadap apa dan siapapun tanpa melihat jabatannya, jika salah ya harus berani mengkritik khususnya dalam relasi saya dengan kampus dan lingkungannya.
Jika pengaruh Syariati menyumbang keberanian serta membantu cara memandang manusia agar tidak dilihat dari seberapa besar jabatan dan setinggi apa posisi seseorang, hal yang berbeda disumbangkan terhadap saya dari novelis kelas dunia, Pramoedya Ananta Toer. Pram sapaan akrabnya mengajarkan untuk selalu menghargai orang-orang kecil bahkan yang dipandang kotor sekalipun. Novel-novelnya menceritakan banyak peran dari masyarakat bawah. Seperti pada novel Larasati.
‘Larasati’ mengisahkan tentang seorang artis yang lebih menonjol kepelacurannya daripada sebagai seorang pekerja seni. Ia merupakan potret seorang pelacur yang memperjuangkan bangsanya dengan caranya. Melalui tokoh Larasati Pram mengajak pembaca bahwa setiap orang itu memiliki kebermanfaatan terhadap lingkungannya, bahkan seorang pelacur pun menyumbangkan peluhnya demi tegaknya bangsa ini, dengan caranya sendiri. Caranya tentu bukan dengan melacurkan diri, namun menjadikan ilmu menggoda untuk melengahkan musuhnya. Melalui peran kepelacurannya ini ia bisa membantu pejuang.
Hal serupa juga ditonjolkan dari magnum opusnya Pram, Tetralogi Pulau Buru, 4 Roman bersambung tersebut menonjolkan peran seorang gundik yang dipandang sebelah mata, Nyai Ontosoroh, Ia mampu menjadi administrator yang baik bagi perusahan-perusahaan meneer/ suaminya, seorang bangsawan berpendidikan sekelas Minke yang anak bupati dan calon dokter pun menghormati dan segan terhadap Nyai Ontosoroh sebagai mertuanya. Nyai Ontosoroh pun sangat disegani oleh keluarga ‘suaminya’ keluarga Mellema.
Nyai ontosoroh adalah sosok perempuan yang menyerah pada keadaan pada awalnya, namun pada sisi lain ia mampu menjelma menjadi sosok yang kuat dan tegas terhadap keadaan pada akhirnya. Ia menjadi daya tarik tersendiri bagi rekan-rekan bisnisnya. Tidak sedikit yang kagum terhadap kecantikannya namun segan terhadap sikap tegas dan kecerdasannya. Ia begitu pandai menghargai setiap orang termasuk para pekerjanya, seperti pernah ia katakana,
”Jangan anggap remeh si manusia, yang kelihatannya begitu sederhana; biar penglihatanmu setajam elang, pikiranmu setajam pisau cukur, perabaanmu lebih peka dari para dewa, pendengaran dapat menangkap musik dan ratap-tangis kehidupan; pengetahuanmu tentang manusia takkan bakal bisa kemput” (Nyai Ontosoroh dalam Bumi Manusia)
Tokoh-tokoh yang dianggap marjinal tersebut merupakah contoh dari penokohan yang diangkat Pram, masih banyak karakter masyarakat lain yang diangkat oleh Pram, Novel sejarah Ken Arok mengisahkan keberhasilan orang kecil yang berasal dari kalangan Sudra namun mampu naik tahta menjadi Brahmana sekaligus ksatria, hanya dengan bekal ketrampilan. Hanya sayang, keberhasilannya tersebut tidak bisa dipelihara oleh Ken Arok.
Namun tentu saja Pram tidak hanya menceritakan tokoh kecil yang memiliki peran besar yang positif, orang kecil pun sering melakukan peran yang dilakukan orang-orang besar seperti tergambar dari novel ‘Korupsi’. Dalam penceritaannya, yang membuat pegawai kecil berbuat korupsi bukan karena gajinya yang kecil, namun lebih karena mentalnya.
Alhasil, melalui kedua tokoh tersebut, saya belajar berani untuk mengatakan tentang kebenaran kepada orang yang dianggap besar (kritik) namun juga terbuka untuk bisa menghargai orang-orang yang perannya bahkan tidak dipandang sekalipun oleh masyarakat kebanyakan seperti dalam beberapa tulisan saya tentang Waria dan Pelacur.
Perkenalan dengan kedua tokoh tersebut, tentu saja melalui kekuatan buku-buku yang dikarangnya. Melalui Syariati saya berkenalan dengan sejumlah pandangannya melalui buku ‘Tugas Cendekiawan Muslim’, ‘Islam Agam Protes’, ‘Agama vs Agama’, Abu Dzar,’Islam Madzhab Pemikiran dan Aksi’, Kemuliaan Mati Syahir, Humanisme dan Hijrah. Sedangkan melalui Pram saya berkenalan dengan sejumlah tokoh lain sebagai tokoh novelnya seperti tokoh-tokoh dalam dalam Tetralogi Pulau Buru (Bumi Manusia, Anak Semua Bangsa, Jejak Langkah, Rumah Kaca) seperti Minke, Nyai Ontosoroh, Jan Marais, Anelis, Larasati, Ken Arok, pelarian yang dituduh PKI dll.
Melalui kekuatan buku-buku tersebutlah kedua tokoh tersebut mampu membukakan mata tentang kebenaran dan pentingnya menghargai manusia kecil. Bahkan tidak hanya sudut pandang, tapi juga menjelma menjadi perilaku keseharian walaupun tidak berwujud 100 %.
Ingin mengubah mindset dan hidup anda? Banyaklah membaca buku. Pandangannya akan mengendap dalam alam bawah sadar anda dan akan menjelma menjadi perilaku tanpa anda sadari. Kekuatan membaca buku merujuk pada pandangan Freud Ibarat sebagai sebuah mesin mobil yang menggerakan roda-rodanya. Mesinnya sendiri tidak kentara, namun ia menjelma menjadi putaran roda.
Dijumput dari: http://www.sunangunungdjati.com/blog/?p=12691
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
A Rodhi Murtadho
A. Azis Masyhuri
A. Qorib Hidayatullah
A.C. Andre Tanama
A.S. Laksana
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Hadi WM
Abdul Malik
Abdurrahman Wahid
Abidah El Khalieqy
Acep Iwan Saidi
Acep Zamzam Noor
Adi Prasetyo
Afnan Malay
Afrizal Malna
Afthonul Afif
Aguk Irawan M.N.
Agus B. Harianto
Agus Himawan
Agus Noor
Agus R. Sarjono
Agus Sri Danardana
Agus Sulton
Agus Sunyoto
Agus Wibowo
Ahda Imran
Ahmad Fatoni
Ahmad Maltup SA
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Musthofa Haroen
Ahmad Suyudi
Ahmad Syubbanuddin Alwy
Ahmad Tohari
Ahmad Y. Samantho
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ajip Rosidi
Akhmad Sekhu
Akmal Nasery Basral
Alex R. Nainggolan
Alexander G.B.
Almania Rohmah
Alunk Estohank
Amalia Sulfana
Amien Wangsitalaja
Aming Aminoedhin
Aminullah HA Noor
Andari Karina Anom
Andi Nur Aminah
Anes Prabu Sadjarwo
Anindita S Thayf
Anindita S. Thayf
Anitya Wahdini
Anton Bae
Anton Kurnia
Anung Wendyartaka
Anwar Nuris
Anwari WMK
Aprinus Salam
APSAS (Apresiasi Sastra) Indonesia
Ardus M Sawega
Arie MP Tamba
Arief Budiman
Ariel Heryanto
Arif Saifudin Yudistira
Arif Zulkifli
Arifi Saiman
Aris Kurniawan
Arman A.Z.
Arsyad Indradi
Arti Bumi Intaran
Ary Wibowo
AS Sumbawi
Asarpin
Asbari N. Krisna
Asep Salahudin
Asep Sambodja
Asti Musman
Atep Kurnia
Atih Ardiansyah
Aulia A Muhammad
Awalludin GD Mualif
Aziz Abdul Gofar
B. Nawangga Putra
Badaruddin Amir
Bagja Hidayat
Bakdi Sumanto
Balada
Bale Aksara
Bambang Agung
Bambang Kempling
Bamby Cahyadi
Bandung Mawardi
Bedah Buku
Beni Setia
Benni Indo
Benny Arnas
Benny Benke
Bentara Budaya Yogyakarta
Berita Duka
Berita Utama
Bernando J Sujibto
Berthold Damshauser
Binhad Nurrohmat
Bonari Nabonenar
Bre Redana
Brunel University London
Budi Darma
Budi Hutasuhut
Budi P. Hatees
Budiman S. Hartoyo
Buku Kritik Sastra
Bung Tomo
Burhanuddin Bella
Butet Kartaredjasa
Cahyo Junaedy
Cak Kandar
Caroline Damanik
Catatan
Cecep Syamsul Hari
Cerbung
Cerpen
Chairil Anwar
Chamim Kohari
Chavchay Saifullah
Cornelius Helmy Herlambang
D. Zawawi Imron
Dad Murniah
Dadang Sunendar
Damhuri Muhammad
Damiri Mahmud
Danarto
Daniel Paranamesa
Dante Alighieri
David Krisna Alka
Deddy Arsya
Dedi Pramono
Delvi Yandra
Deni Andriana
Denny Mizhar
Dessy Wahyuni
Dewan Kesenian Lamongan (DKL)
Dewey Setiawan
Dewi Rina Cahyani
Dewi Sri Utami
Dian Hartati
Diana A.V. Sasa
Dianing Widya Yudhistira
Dina Jerphanion
Djadjat Sudradjat
Djasepudin
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Dodiek Adyttya Dwiwanto
Dody Kristianto
Donny Anggoro
Donny Syofyan
Dony P. Herwanto
Dorothea Rosa Herliany
Dr Junaidi
Dudi Rustandi
Dwi Arjanto
Dwi Fitria
Dwi Pranoto
Dwi S. Wibowo
Dwicipta
Dwijo Maksum
E. M. Cioran
E. Syahputra
Egidius Patnistik
Eka Budianta
Eka Kurniawan
Eko Darmoko
Eko Hendrawan Sofyan
Eko Triono
Elisa Dwi Wardani
Ellyn Novellin
Elokdyah Meswati
Emha Ainun Nadjib
Endro Yuwanto
Eriyanti
Erwin Edhi Prasetya
Esai
Evi Idawati
F Dewi Ria Utari
F. Dewi Ria Utari
Fadlillah Malin Sutan Kayo
Fahrudin Nasrulloh
Faisal Kamandobat
Fajar Alayubi
Fakhrunnas MA Jabbar
Fanani Rahman
Faruk HT
Fatah Yasin Noor
Fatkhul Anas
Fazabinal Alim
Fazar Muhardi
Felix K. Nesi
Festival Sastra Gresik
Fikri. MS
Frans Ekodhanto
Fransiskus X. Taolin
Franz Kafka
Fuad Nawawi
Gabriel GarcÃa Márquez
Gde Artawa
Geger Riyanto
Gendhotwukir
Gerakan Surah Buku (GSB)
Ging Ginanjar
Gita Pratama
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gufran A. Ibrahim
Gunoto Saparie
Gusty Fahik
H. Rosihan Anwar
H.B. Jassin
Hadi Napster
Halim HD
Halimi Zuhdy
Hamdy Salad
Hamsad Rangkuti
Han Gagas
Haris del Hakim
Hary B Kori’un
Hasan Junus
Hasnan Bachtiar
Hasta Indriyana
Hasyuda Abadi
Hawe Setiawan
Helvy Tiana Rosa
Hendra Makmur
Hepi Andi Bastoni
Herdiyan
Heri KLM
Heri Latief
Heri Ruslan
Herman Hasyim
Hermien Y. Kleden
Hernadi Tanzil
Herry Lamongan
Heru Emka
Hikmat Gumelar
Holy Adib
Hudan Hidayat
Humam S Chudori
I Nyoman Darma Putra
I Nyoman Suaka
I Tito Sianipar
Ian Ahong Guruh
IBM. Dharma Palguna
Ibnu Rusydi
Ibnu Wahyudi
IDG Windhu Sancaya
Iffah Nur Arifah
Ignas Kleden
Ignasius S. Roy Tei Seran
Ignatius Haryanto
Ignatius Liliek
Ika Karlina Idris
Ilham Khoiri
Imam Muhtarom
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Rosyid
Imron Tohari
Indah S. Pratidina
Indiar Manggara
Indra Tranggono
Indrian Koto
Insaf Albert Tarigan
Ipik Tanoyo
Irine Rakhmawati
Isbedy Stiawan Z.S.
Iskandar Norman
Istiqomatul Hayati
Iswara N Raditya
Iverdixon Tinungki
Iwan Gunadi
Iwan Nurdaya Djafar
Jadid Al Farisy
Jakob Sumardjo
Jamal D. Rahman
Jamrin Abubakar
Janual Aidi
Javed Paul Syatha
Jay Am
Jaya Suprana
Jean-Paul Sartre
JJ. Kusni
Joanito De Saojoao
Jodhi Yudono
John Js
Joko Pinurbo
Joko Sandur
Joni Ariadinata
Jual Buku Paket Hemat
Junaidi Abdul Munif
Jusuf AN
Karya Lukisan: Andry Deblenk
Kasnadi
Katrin Bandel
Kedung Darma Romansha
Khairul Mufid Jr
Ki Panji Kusmin
Kingkin Puput Kinanti
Kirana Kejora
Ko Hyeong Ryeol
Koh Young Hun
Komarudin
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias
Korrie Layun Rampan
Kritik Sastra
Kurniawan
Kuswaidi Syafi'ie
Lathifa Akmaliyah
Latief S. Nugraha
Leila S. Chudori
Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember
Lenah Susianty
Leon Trotsky
Linda Christanty
Liza Wahyuninto
Lona Olavia
Lucia Idayani
Luhung Sapto Nugroho
Lukman Santoso Az
Luky Setyarini
Lusiana Indriasari
Lutfi Mardiansyah
M Syakir
M. Faizi
M. Fauzi Sukri
M. Mustafied
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
M.H. Abid
M.Harir Muzakki
Made Wianta
Mahmoud Darwish
Mahmud Jauhari Ali
Majalah Budaya Jejak
Makmur Dimila
Malkan Junaidi
Maman S Mahayana
Manneke Budiman
Mardi Luhung
Mardiyah Chamim
Marhalim Zaini
Maria Hartiningsih
Mariana Amiruddin
Martin Aleida
Marwanto
Mas Ruscitadewi
Masdharmadji
Mashuri
Masuki M. Astro
Media Dunia Sastra
Media: Crayon on Paper
Mega Vristian
Melani Budianta
Mezra E Pellondou
MG. Sungatno
Micky Hidayat
Mikael Johani
Mikhael Dua
Misbahus Surur
Moch Arif Makruf
Mohamad Fauzi
Mohamad Sobary
Mohamed Nasser Mohamed
Mohammad Takdir Ilahi
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Amin
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad Nanda Fauzan
Muhammad Qodari
Muhammad Rain
Muhammad Subarkah
Muhammad Taufiqurrohman
Muhammad Yasir
Muhammad Zuriat Fadil
Muhammadun AS
Muhyidin
Mujtahid
Munawir Aziz
Musa Asy’arie
Musa Ismail
Musfi Efrizal
Mustafa Ismail
Mustofa W Hasyim
N. Mursidi
Nafi’ah Al-Ma’rab
Naqib Najah
Narudin Pituin
Naskah Teater
Nasru Alam Aziz
Nelson Alwi
Neni Ridarineni
Nezar Patria
Ni Made Purnamasari
Ni Putu Rastiti
Nirwan Ahmad Arsuka
Nirwan Dewanto
Noval Jubbek
Novelet
Nunung Nurdiah
Nur Utami Sari’at Kurniati
Nurdin Kalim
Nurel Javissyarqi
Nurhadi BW
Obrolan
Odhy`s
Okta Adetya
Orasi Budaya Akhir Tahun 2018
Orhan Pamuk
Otto Sukatno CR
Pablo Neruda
Patricia Pawestri
PDS H.B. Jassin
Pipiet Senja
Pramoedya Ananta Toer
Pranita Dewi
Prosa
Proses Kreatif
Puisi
Puisi Pertemuan Mahasiswa
Puji Santosa
Pustaka Bergerak
PUstaka puJAngga
Putu Fajar Arcana
Putu Setia
Putu Wijaya
R. Timur Budi Raja
Radhar Panca Dahana
Rahmah Maulidia
Rahmi Hattani
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Rambuana
Ramzah Dambul
Raudal Tanjung Banua
Redhitya Wempi Ansori
Reiny Dwinanda
Remy Sylado
Resensi
Revolusi
Ria Febrina
Rialita Fithra Asmara
Ribut Wijoto
Richard Strauss
Rida K Liamsi
Riduan Situmorang
Ridwan Munawwar Galuh
Riki Dhamparan Putra
Rina Mahfuzah Nst
Rinto Andriono
Riris K. Toha-Sarumpaet
Risang Anom Pujayanto
Rita Zahara
Riza Multazam Luthfy
Robin Al Kautsar
Robin Dos Santos Soares
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Roland Barthes
Romi Zarman
Romo Jansen Boediantono
Rosidi
Ruslani
S Prana Dharmasta
S Yoga
S. Jai
S.W. Teofani
Sabine Müller
Sabrank Suparno
Safitri Ningrum
Saiful Amin Ghofur
Sajak
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Samsudin Adlawi
Sapardi Djoko Damono
Sarabunis Mubarok
Sartika Dian Nuraini
Sastra Using
Satmoko Budi Santoso
Saut Poltak Tambunan
Saut Situmorang
Sayuri Yosiana
Sayyid Madany Syani
Sejarah
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
Sem Purba
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Shiny.ane el’poesya
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sindu Putra
Siti Mugi Rahayu
Siti Sa’adah
Siwi Dwi Saputro
Sjifa Amori
Slamet Rahardjo Rais
Soeprijadi Tomodihardjo
Sofyan RH. Zaid
Sohifur Ridho’i
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sonya Helen Sinombor
Sosiawan Leak
Sri Rominah
Sri Wintala Achmad
St. Sularto
STKIP PGRI Ponorogo
Subagio Sastrowardoyo
Sudarmoko
Sudaryono
Sudirman
Sugeng Satya Dharma
Suhadi
Sujiwo Tedjo
Sukar
Suminto A. Sayuti
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sunlie Thomas Alexander
Suryadi
Suryanto Sastroatmodjo
Susilowati
Sutan Iwan Soekri Munaf
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Sutrisno Buyil
Syaifuddin Gani
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Winarsho AS
Tengsoe Tjahjono
Th. Sumartana
Theresia Purbandini
Tia Setiadi
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
TS Pinang
Tu-ngang Iskandar
Tulus Wijanarko
Udo Z. Karzi
Umbu Landu Paranggi
Universitas Indonesia
Urwatul Wustqo
Usman Arrumy
Usman Awang
UU Hamidy
Vinc. Kristianto Batuadji
Vladimir I. Braginsky
W.S. Rendra
Wahib Muthalib
Wahyu Utomo
Wardjito Soeharso
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wayan Sunarta
Weni Suryandari
Wiko Antoni
Wina Karnie
Winarta Adisubrata
Wiwik Widayaningtias
Yanto le Honzo
Yanuar Widodo
Yetti A. KA
Yohanes Sehandi
Yudhis M. Burhanudin
Yukio Mishima
Yulhasni
Yuli
Yulia Permata Sari
Yurnaldi
Yusmar Yusuf
Yusri Fajar
Yuswinardi
Yuval Noah Harari
Zaki Zubaidi
Zakky Zulhazmi
Zawawi Se
Zen Rachmat Sugito
Zuriati
Tidak ada komentar:
Posting Komentar