Jumat, 21 Oktober 2011

Sastra Kita dalam Pergaulan Metropolis

Donny Anggoro*
http://nasional.kompas.com/

Dalam lingkup pergaulan metropolis yang riuh tiba-tiba ada ‘kesepakatan’ bahwa tema sebagian besar karya sastra baru jadi memusat dalam setting yang nyaris sama, yaitu kota sehingga ia tak penting lagi berasal dari suatu negara. Imam Muhtarom dalam esainya Kasus Sastra Amerika Latin (Kompas, 9 April 2006) menulis Amerika Latin, negeri yang menjadi komoditas budaya lewat karya-karya Gabriel Garcia Marquez, Mario Vargas Llosa, Carlos Fuentes, dan lain-lain (termasuk ke Indonesia) tak lagi booming realisme magis. Imam lalu mengemukakan pernyataan: jika arus global tak terbendung dengan menjadi serba metropolis, bisakah muncul estetika baru atau hanya sampah?

Kasus sastra Amerika Latin yang kini juga menjadi sastra kota sesungguhnya relevan pula pada perkembangan sastra di mana pun, juga di Indonesia. Booming chick-lit dan teen-lit, misalnya, juga tema sastra seks dan Islami yang menggejala setelah diawali dengan estetika sastra koran yang mengetengahkan tema-tema sosial seperti kemiskinan adalah ciri sastra kota Indonesia seperti halnya di Amerika Latin, Jepang, India, juga Indonesia yang sudah tak lagi membicarakan penindasan yang terhimpit dalam budaya tradisinya.

Sastra adalah dunia imajinasi. Tak ada karya sastra paling imajiner yang sanggup memiliki wilayah otonomi mutlak, subjektif, bahkan tiada sangkut pautnya dengan individu atau kalangan tertentu seperti perkataan Adolfo Sanchez Vasquez “sastra lahir dalam ke-kini-an dan ke-di sini-an yang konkret” (Art and Society, Merlin Press, London, 1973). Memang Vasquez dalam buku tersebut menuliskan pandangannya dari kacamata Marxisme. Tapi dari pendapat Vasquez ada satu hal yang sulit ditolak: karya sastra tak mungkin lahir dari ruang kosong.

Tantangan kreatif yang dilontarkan Imam Muhtarom sejatinya bisa hadir dalam bentuk lain, tentu saja dengan kegelisahan sesuai konteksnya, sehingga latar cerita yaitu kota sebenarnya bukan masalah. Bukankah cerita tetap ditulis selama manusia masih hidup? Masalahnya, ketika sastra kita tengah bergerak menyesuaikan dengan tanda zaman dalam pergaulan metropolis, kebanyakan baru merekam gejala dan problem sosial pada permukaan.

Amerika sendiri yang menjadi pusat globalisasi ternyata masih cukup banyak melahirkan karya kuat dalam keriuhan metropolis seperti novel Chuck Palahniuk, esai-esai David Sedaris, atau kegamangan budaya Indian-Amerika dalam cerita Sherman Alexie. Karya Palahniuk seperti Fight Club adalah sisi gelap seorang manusia kota yang terasing sehingga menanggalkan kemanusiaannya sendiri. Dari generasi tertua ada J.D. Sallinger yang menampilkan kegundahan remaja Holden Caulfield. Sedangkan karena Amerika sudah menjadi melting pot-meleburnya berbagai budaya- “gegar budaya” menjadi topik menarik dalam sastranya. Misalnya karya Sherman Alexie yang mengetengahkan pergulatan manusia Indian di kota besar dengan kompleksitas sosialnya. Sedangkan dari chick-lit-nya mampu menyentuh ke dalam sisi pergaulan metropolis yang kadang “memaksa” orang untuk bertindak bukan sebagai dirinya sendiri seperti terbaca dalam karya Sophie Kinsella.

Sebenarnya karya sastra Indonesia dengan setting metropolis cukup banyak “menemukan kemungkinan tak dikatakan”-meminjam istilah Raman Selden. Ketika seks menjadi booming, perdebatan yang muncul rata-rata karena bahasa yang vulgar. Tapi ini sulit ditampik lantaran karena sudah terlalu lama seks masih dianggap tabu, hanya bahasan seks yang vulgar saja kebanyakan dilakukan penulisnya. Sastra kota sendiri menjadi sulit mendapat perhatian karena tak mengangkat tema lokal-kedaerahan (kurang membumi) atau karena temanya kebanyakan melulu tentang jatuh cinta dari khasanah novel fiksi pop.

Begitu pula aspek religi dalam novel Islami kebanyakan menjadi dakwah, pun cerpen-novel penulis “sastra koran” yang kurang menawarkan kedalaman sehingga baru berhasil pada tataran ide yang melorot dalam penyelesaian. Tapi ini bukan sepenuhnya salah mereka. Karena ruang cerpen koran lebih menjanjikan, penulis dari kalangan ini konsentrasinya terpusat pada estetika cerpen koran, bukan novel yang lebih banyak memberi ruang.

Akibatnya bagi tipe pembaca yang teliti selain mendapatkan kepuasan dari karya asing atau terjemahan, untuk karya lokal terpaksa kembali pada karya pengarang lama macam Umar Kayam dalam Secangkir Kopi dan Sepotong Donat atau Seribu Kunang-Kunang di Manhattan, Umar Nur Zain dengan Rissa (setelah sebelumnya diawali dengan serial Ny.Cemplon sebagai sketsa sosial), Iwan Simatupang dengan Kooong, Seno Gumira Adjidarma dengan Jazz, Parfum, dan Insiden, dan lain-lain. Jangan lupa, Pramoedya Ananta Toer juga pernah menulis sastra kota Jakarta dalam novel tipisnya, Korupsi (1957). Begitu pula beberapa cerpen Martin Aleida atau T.I. Thamrin yang galibnya bukan nama baru setelah bisa muncul belakangan akibat peristiwa politik yang sekian lama mengekangnya. Sedangkan dari khasanah Islami yang beranjak pada sufistik, lagi-lagi kita masih dipuaskan oleh karya Kuntowijoyo atau Danarto.

Setelah perdebatan vulgar tidaknya karya sastra seks, didukung dengan malasnya para pemawas sastra kita (untuk mencoba mencari kekuatan teks atau baru tergerak jika ada karya sastra yang temanya kedaerahan), jadi hanya sosok biografis pengarang saja lebih banyak diangkat. Sosok pengarang malah jadi “hebat” karena atributnya (salah satunya dari kalangan selebritas) sehingga banyak pula karya sastra kota terluputkan. Akibatnya, meski tidak salah selebritas menulis, mereka sudah mendapat cibiran sinis terlebih dulu lantaran publikasi di media massa cukup besar.

Tapi, di kota besar ranah fantasi nampaknya memberi sinyal akan tumbuh setelah chick-lit dan teen-lit yang mulai jenuh. Teknologi informasi dengan banyak diterbitkannya karya fantasi impor juga demam blogger- menulis jurnal di Internet dengan blogspot- sadar tak sadar memengaruhi dunia literer kita yang pada masa kini sedikit menjadi ciri sastra kota. Memang kota tak lagi menjadi tema, namun karya-karya fantasi itu ditulis orang-orang kota. Semisal diterbitkannya Pinissi Mama Piyo, Ledgard WD Yoga atau The Corruptor karya Stanley Timotius Kurnia (yang ditulis dengan bahasa Inggris), dan lainnya karya penulis belia yang justru lepas dari sejarah lama sastra kita.

Sastra kota di Indonesia juga di negara lain walau jadi terpusat dalam setting yang seragam sebenarnya masih menyisakan banyak tempat. Keberagaman daerah Indonesia dengan menjadikan sosok manusia urban di kota adalah potensi besar yang masih bisa digali. Jakarta seperti halnya New York dan kota metropolitan lainnya juga adalah melting pot. Sayang, tempat itu lebih banyak diisi oleh karya kualitas “potret bergaya Polaroid” atau karya yang klise sehingga masalah yang dikemukakan adalah problem jatuh cinta.

Karya sastra kota kita sendiri akan sulit bernyali (jangankan nyali internasional akibat kendala bahasa selain hanya sedikit yang menerjemahkan sastra kita ke bahasa Inggris) jika alur, kedalaman, dan permenungan saja nyatanya masih menjadi problem kebanyakan dalam penulisan sastra kita.

Rawamangun, April 2006

*) Eseis, tinggal di Jakarta.

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Azis Masyhuri A. Qorib Hidayatullah A.C. Andre Tanama A.S. Laksana Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi WM Abdul Malik Abdurrahman Wahid Abidah El Khalieqy Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Adi Prasetyo Afnan Malay Afrizal Malna Afthonul Afif Aguk Irawan M.N. Agus B. Harianto Agus Himawan Agus Noor Agus R. Sarjono Agus Sri Danardana Agus Sulton Agus Sunyoto Agus Wibowo Ahda Imran Ahmad Fatoni Ahmad Maltup SA Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad Suyudi Ahmad Syubbanuddin Alwy Ahmad Tohari Ahmad Y. Samantho Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhmad Sekhu Akmal Nasery Basral Alex R. Nainggolan Alexander G.B. Almania Rohmah Alunk Estohank Amalia Sulfana Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Aminullah HA Noor Andari Karina Anom Andi Nur Aminah Anes Prabu Sadjarwo Anindita S Thayf Anindita S. Thayf Anitya Wahdini Anton Bae Anton Kurnia Anung Wendyartaka Anwar Nuris Anwari WMK Aprinus Salam APSAS (Apresiasi Sastra) Indonesia Ardus M Sawega Arie MP Tamba Arief Budiman Ariel Heryanto Arif Saifudin Yudistira Arif Zulkifli Arifi Saiman Aris Kurniawan Arman A.Z. Arsyad Indradi Arti Bumi Intaran Ary Wibowo AS Sumbawi Asarpin Asbari N. Krisna Asep Salahudin Asep Sambodja Asti Musman Atep Kurnia Atih Ardiansyah Aulia A Muhammad Awalludin GD Mualif Aziz Abdul Gofar B. Nawangga Putra Badaruddin Amir Bagja Hidayat Bakdi Sumanto Balada Bale Aksara Bambang Agung Bambang Kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bedah Buku Beni Setia Benni Indo Benny Arnas Benny Benke Bentara Budaya Yogyakarta Berita Duka Berita Utama Bernando J Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Bonari Nabonenar Bre Redana Brunel University London Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiman S. Hartoyo Buku Kritik Sastra Bung Tomo Burhanuddin Bella Butet Kartaredjasa Cahyo Junaedy Cak Kandar Caroline Damanik Catatan Cecep Syamsul Hari Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Chavchay Saifullah Cornelius Helmy Herlambang D. Zawawi Imron Dad Murniah Dadang Sunendar Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Dante Alighieri David Krisna Alka Deddy Arsya Dedi Pramono Delvi Yandra Deni Andriana Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dewan Kesenian Lamongan (DKL) Dewey Setiawan Dewi Rina Cahyani Dewi Sri Utami Dian Hartati Diana A.V. Sasa Dianing Widya Yudhistira Dina Jerphanion Djadjat Sudradjat Djasepudin Djoko Pitono Djoko Saryono Dodiek Adyttya Dwiwanto Dody Kristianto Donny Anggoro Donny Syofyan Dony P. Herwanto Dorothea Rosa Herliany Dr Junaidi Dudi Rustandi Dwi Arjanto Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi S. Wibowo Dwicipta Dwijo Maksum E. M. Cioran E. Syahputra Egidius Patnistik Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Hendrawan Sofyan Eko Triono Elisa Dwi Wardani Ellyn Novellin Elokdyah Meswati Emha Ainun Nadjib Endro Yuwanto Eriyanti Erwin Edhi Prasetya Esai Evi Idawati F Dewi Ria Utari F. Dewi Ria Utari Fadlillah Malin Sutan Kayo Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fajar Alayubi Fakhrunnas MA Jabbar Fanani Rahman Faruk HT Fatah Yasin Noor Fatkhul Anas Fazabinal Alim Fazar Muhardi Felix K. Nesi Festival Sastra Gresik Fikri. MS Frans Ekodhanto Fransiskus X. Taolin Franz Kafka Fuad Nawawi Gabriel García Márquez Gde Artawa Geger Riyanto Gendhotwukir Gerakan Surah Buku (GSB) Ging Ginanjar Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gufran A. Ibrahim Gunoto Saparie Gusty Fahik H. Rosihan Anwar H.B. Jassin Hadi Napster Halim HD Halimi Zuhdy Hamdy Salad Hamsad Rangkuti Han Gagas Haris del Hakim Hary B Kori’un Hasan Junus Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Hasyuda Abadi Hawe Setiawan Helvy Tiana Rosa Hendra Makmur Hepi Andi Bastoni Herdiyan Heri KLM Heri Latief Heri Ruslan Herman Hasyim Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Herry Lamongan Heru Emka Hikmat Gumelar Holy Adib Hudan Hidayat Humam S Chudori I Nyoman Darma Putra I Nyoman Suaka I Tito Sianipar Ian Ahong Guruh IBM. Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi IDG Windhu Sancaya Iffah Nur Arifah Ignas Kleden Ignasius S. Roy Tei Seran Ignatius Haryanto Ignatius Liliek Ika Karlina Idris Ilham Khoiri Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indah S. Pratidina Indiar Manggara Indra Tranggono Indrian Koto Insaf Albert Tarigan Ipik Tanoyo Irine Rakhmawati Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Norman Istiqomatul Hayati Iswara N Raditya Iverdixon Tinungki Iwan Gunadi Iwan Nurdaya Djafar Jadid Al Farisy Jakob Sumardjo Jamal D. Rahman Jamrin Abubakar Janual Aidi Javed Paul Syatha Jay Am Jaya Suprana Jean-Paul Sartre JJ. Kusni Joanito De Saojoao Jodhi Yudono John Js Joko Pinurbo Joko Sandur Joni Ariadinata Jual Buku Paket Hemat Junaidi Abdul Munif Jusuf AN Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Katrin Bandel Kedung Darma Romansha Khairul Mufid Jr Ki Panji Kusmin Kingkin Puput Kinanti Kirana Kejora Ko Hyeong Ryeol Koh Young Hun Komarudin Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kritik Sastra Kurniawan Kuswaidi Syafi'ie Lathifa Akmaliyah Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember Lenah Susianty Leon Trotsky Linda Christanty Liza Wahyuninto Lona Olavia Lucia Idayani Luhung Sapto Nugroho Lukman Santoso Az Luky Setyarini Lusiana Indriasari Lutfi Mardiansyah M Syakir M. Faizi M. Fauzi Sukri M. Mustafied M. Yoesoef M.D. Atmaja M.H. Abid M.Harir Muzakki Made Wianta Mahmoud Darwish Mahmud Jauhari Ali Majalah Budaya Jejak Makmur Dimila Malkan Junaidi Maman S Mahayana Manneke Budiman Mardi Luhung Mardiyah Chamim Marhalim Zaini Maria Hartiningsih Mariana Amiruddin Martin Aleida Marwanto Mas Ruscitadewi Masdharmadji Mashuri Masuki M. Astro Media Dunia Sastra Media: Crayon on Paper Mega Vristian Melani Budianta Mezra E Pellondou MG. Sungatno Micky Hidayat Mikael Johani Mikhael Dua Misbahus Surur Moch Arif Makruf Mohamad Fauzi Mohamad Sobary Mohamed Nasser Mohamed Mohammad Takdir Ilahi Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Amin Muhammad Muhibbuddin Muhammad Nanda Fauzan Muhammad Qodari Muhammad Rain Muhammad Subarkah Muhammad Taufiqurrohman Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun AS Muhyidin Mujtahid Munawir Aziz Musa Asy’arie Musa Ismail Musfi Efrizal Mustafa Ismail Mustofa W Hasyim N. Mursidi Nafi’ah Al-Ma’rab Naqib Najah Narudin Pituin Naskah Teater Nasru Alam Aziz Nelson Alwi Neni Ridarineni Nezar Patria Ni Made Purnamasari Ni Putu Rastiti Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Noval Jubbek Novelet Nunung Nurdiah Nur Utami Sari’at Kurniati Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurhadi BW Obrolan Odhy`s Okta Adetya Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Orhan Pamuk Otto Sukatno CR Pablo Neruda Patricia Pawestri PDS H.B. Jassin Pipiet Senja Pramoedya Ananta Toer Pranita Dewi Prosa Proses Kreatif Puisi Puisi Pertemuan Mahasiswa Puji Santosa Pustaka Bergerak PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Setia Putu Wijaya R. Timur Budi Raja Radhar Panca Dahana Rahmah Maulidia Rahmi Hattani Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rambuana Ramzah Dambul Raudal Tanjung Banua Redhitya Wempi Ansori Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Revolusi Ria Febrina Rialita Fithra Asmara Ribut Wijoto Richard Strauss Rida K Liamsi Riduan Situmorang Ridwan Munawwar Galuh Riki Dhamparan Putra Rina Mahfuzah Nst Rinto Andriono Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Rita Zahara Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Roland Barthes Romi Zarman Romo Jansen Boediantono Rosidi Ruslani S Prana Dharmasta S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabine Müller Sabrank Suparno Safitri Ningrum Saiful Amin Ghofur Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Sartika Dian Nuraini Sastra Using Satmoko Budi Santoso Saut Poltak Tambunan Saut Situmorang Sayuri Yosiana Sayyid Madany Syani Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) Sem Purba Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Shiny.ane el’poesya Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sindu Putra Siti Mugi Rahayu Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Slamet Rahardjo Rais Soeprijadi Tomodihardjo Sofyan RH. Zaid Sohifur Ridho’i Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sonya Helen Sinombor Sosiawan Leak Sri Rominah Sri Wintala Achmad St. Sularto STKIP PGRI Ponorogo Subagio Sastrowardoyo Sudarmoko Sudaryono Sudirman Sugeng Satya Dharma Suhadi Sujiwo Tedjo Sukar Suminto A. Sayuti Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Suryadi Suryanto Sastroatmodjo Susilowati Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Sutrisno Buyil Syaifuddin Gani Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Th. Sumartana Theresia Purbandini Tia Setiadi Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto TS Pinang Tu-ngang Iskandar Tulus Wijanarko Udo Z. Karzi Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Urwatul Wustqo Usman Arrumy Usman Awang UU Hamidy Vinc. Kristianto Batuadji Vladimir I. Braginsky W.S. Rendra Wahib Muthalib Wahyu Utomo Wardjito Soeharso Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Weni Suryandari Wiko Antoni Wina Karnie Winarta Adisubrata Wiwik Widayaningtias Yanto le Honzo Yanuar Widodo Yetti A. KA Yohanes Sehandi Yudhis M. Burhanudin Yukio Mishima Yulhasni Yuli Yulia Permata Sari Yurnaldi Yusmar Yusuf Yusri Fajar Yuswinardi Yuval Noah Harari Zaki Zubaidi Zakky Zulhazmi Zawawi Se Zen Rachmat Sugito Zuriati