Senin, 31 Oktober 2011

Kritik tanpa subyektivitas

Subagio Sastrowardoyo
http://majalah.tempointeraktif.com/
MITOS DAN KOMUNIKASI
Umar Junus
Sinar Harapan, Jakarta 1981,
237 halaman

KRITIK sastra modern cenderung kehendak bersifat ilmiah. Unsur subyektif di dalam penghayatan karya sastra, seperti kesan dan citarasa pribadi, sebanyak mungkin hendak dihindari. Cita-citanya kini adalah mendapatkan metode penelitian, ukuran penilaian, ketepatan peristilahan serta kesimpulan pemikiran yang dapat dipertanggungjawabkan kepada penalaran yang bisa berlaku secara umum.

Strukturalisme dan semiotik yang dianut Umar Junus dalam bukunya Mitos dan Komunikasi adalah teori mutakhir dalam kritik sastra yang berkembang di Eropa, khususnya di Prancis. Kedua teori itu mula-mula berdasarkan penglihatan linguistik (ilmu bahasa) dengan metode analisa, yang diterapkan kemudian pada bidang antropologi, psikoanalisa, senirupa, senimusik, dan akhirnya pada kesusastraan.

Strukturalisme itu berusaha mengungkapkan hubungan-hubungan dalam yang memberikan bentuk dan tugas pada berbagai bahasa. Yang menjadi pokok perhatian adalah struktur bahasa-struktur dalam arti kombinasi dan relasi unsur-unsur formal yang menunjukkan pertautan yang logis pada sesuatu obyek.

Dilupakan Sejarah Pada lapangan yang lebih luas, para sarjana strukturalisme hendak meletakkan dasar bagi yang disebutnya semiotik, ilmu tanda-tanda. Ilmu ini tidak hanya bertalian dengan bahasa saja sebagai sistem tanda-tanda. Tetapi juga dengan sistem tanda-tanda lainnya, yang dipakai dalam antarhubung atau komunikasi manusia. Juga mitos yang menjadi sasaran perhatian antropologi, dan dipergunakan Umar Junus sebagai istilah pengertian di dalam sastra, menjadi obyek penelitian semiotik.

Umar Junus adalah seorang linguis yang berkecimpung dalam bidang penelitian sastra. Dengan mempergunakan asas penglihatan dan metode pendekatan strukturalisme dan semiotik, kesimpulan-kesimpulan yang diperolehnya dari penyelidikan kesusastraan modern Indonesia tidak boleh dikatakan tidak menarik. Kesadarannya akan obyektivitas yang didasarkan pada segi formal tampak pada penggunaan tabel perbandingan serta perhitungan persentase gejala sastra yang ditemukan.

Bagan dan grafik yang bercorak ilmu pasti itu diakuinya sendiri telah menjadi trade mark baginya. Di samping pada cara dan bentuk pendekatan yang obyektif-matematis itu, kesimpulan-kesimpulan Umar Junus berpangkal pada asas sastra yang umum, yang boleh dikata sudah pasti baginya: sastra modern selalu membarui dirinya (hal. 9) kenyataan dalam karya sastra adalah otonom dan terlepas dari kenyataan dalam kehidupan sehari-hari (hal. 198) karya sastra pada dasarnya adalah mitos (hal. 92) perubahan sastra baru memperlihatkan kekuatannya bila dihubungkan dengan perubahan sosio-budaya (hal. 160).

Dari asas-asas yang sebenarnya berkait-kaitan itu ditemukannya nilai pada karya Armin Pane Belengu, roman yang menurut pendapatnya cenderung dilupakan sejarah. Roman itu telah memperlihatkan style individu, yang menyatukan pemikiran yang disampaikan dengan strukturnya. Kedudukannya sejajar dengan karya Iwan Simatupang dan Putu Wijaya pada tahap perkembangan yang kemudian, yang juga menyesuaikan struktur karangan dengan konsep pikirannya tentang masyarakat yang dianggap kacau dan penuh misteri. Karya-karya mereka tidak melanjutkan tradisi tukang cerita dengan teknik yang tidak ada hubungan fungsionalnya dengan keseluruhan dan hakikat cerita.

Dalam roman Atheis Achdiat K. Miharja dan Maut dan Perangnya Mochar Lubis misalnya, teknik — oleh Umar Junus disebut senapas dengan istilah struktur — hanya semata-mata hiasan. Umar Junus cenderung memuji keberhasilan karya Iwan Simatupang dan Putu Wijaya dalam bentuk roman dan drama. Dan karya Sutardji Calzoum Bachri dalam bentuk puisi. Yang ketiga-tiganya, tidak membawa pengertian yang jelas.

Dijelaskan juga oleh Umar Junus karya Iwan, Putu dan Sutardji adalah suatu gejala modern Indonesia, yang “lebih memperlihatkan perjuangan sia-sia dari pribadi untuk mendapatkan kemerdekaannya, karena dominasi keadaan tertentu yang penuh dengan misteri.” (hal. 175). Cakap juga kesimpulan yang ditarik Umar Junus dari tanggapan kekuasaan misteri di dalam masyarakat itu.

Karena tidak mungkin mengadakan komunikasi dengan kekuatan misteri, karya-karya mereka pun tidak komunikatif. Sedang kata-kata yang mereka pergunakan tak punya arti, kehilangan arti nominalnya. Masih bertalian dengan pandangannya, bahwa kenyataan di dalam karya sastra bukan kenyataan atau realitas yang kongkrit, maka dikatakan oleh Umar Junus, bahwa cerita di dalam sastra adalah mitos. Maksudnya, “generalisasi dari suatu ‘peristiwa’ yang dianggap terjadi, dan dianggap akan selalu terjadi” (hal. 95).

Realisme yang melekatkan kesusastraan kepada realitas yang kongkrit sebenarnya mitos juga. Yang terjadi dalam perkembangan dari romantisme ke realisme adalah pergantian mitos lama dengan mitos baru. Dalam sejarah terdapat penolakan terhadap tradisi mitos yang mendahuluinya. Proses demikian kita lihat pada sastra modern yang selalu membarui dirinya.

Buku Umar Junus ini berharga sebagai uraian kritik sastra modern Indonesia yang berpangkal pada asas teori strukturalisme dan semiotik. Yang menarik adalah pengungkapan aspek-aspek baru dalam roman Belenggu yang ditinjaunya dari sudut pertentangan tradisi dan modern, realitas dan mimni. Demikian pula bab-bab mengenai perkembangan mutakhir sastra Indonesia yang dilihatnya dari tiadanya komunikasi dengan masyarakat, merupakan halaman yang tidak boleh diabaikan. Tapi tak ada gading yang tak retak, memang. Pandangan sastra Umar Junus, menurut selera saya, terlalu mutlak dan tegang.

Kesan saya waktu membaca buku ini, ialah bahwa saya berhadapan dengan seorang peneliti sastra yang terlalu kaku berpegang pada teori yang dianutnya. Selaku seorang penganut agama yang terlalu fanatik berpegang pada dogma-dogmanya. Hal itu terutama tampak pada bab pertama yang berjudul Teori Sastra dan Kreativitas Sastra Dalam bab itu dengan nada angkuh dan lagak, ia mengesampingkan hasil pendekatan kritikus lain sebelumnya, seperti Teeuw, Boen Oemarjati dan Hutagalung. Dilontarkan cemoohannya kepada usaha-usaha mereka yang gagal dan sia-sia, yang dikiranya menyandarkan kritik mereka pada filologi.

Ketegangan Pendapat Kemutlakan pandangan itu terbukti juga pada pernyataannya, bahwa sastra modern selalu membarui dirinya. Pernyataan itu sudah tidak bersifat deskriptif lagi berdasarkan pengamatan obyektif pada perkembangan yang ada, tetapi lebih bersifat preskriptif, seakan-akan harus demikian adanya. Karena ketegangan pandangan, Umar Junus cenderung tidak menyadari kontradiksi-kontradiksi pada pendiriannya.

Misalnya, dinyatakannya bahwa ia tidak setuju dengan pembagian sastra dalam angkatan-angkatan. Tetapi pembagian berdasarkan style puisi pada masa sebelum Chairil Anwar, pada Chairil dan pada Sutardji tidak lain dari perbedaan angkatan juga yang disangkutkan pada nama penyair (hal. 34). Demikian juga waktu dicelanya anggapan, bahwa kritik sastra kita hanya tentang sastra modern dan sastra modern kita adalah sesuatu yang dipengaruhi Barat (hal. 16, pada halaman berikutnya ia mengatakan, bahwa “kita tidak mungkin melepaskan diri dari perkembangan teori penyelidikan sastra di Barat.”

Saya kira, ketegangan dan kemutlakan pandangan itu disebabkan oleh metode penelitian Umar Junus. Ia berpegang pada teori yang diperoleh orang lain, yang sebenarnya masih banyak mengandung masalah yang ia tidak bersedia menghadapinya secara kritis. Proses sebaliknya mungkin sekali akan lebih berhasil: dengan bekal asas-asas ilmu keterbukaan hati serta kepekaan rasa menelaah dan mengritik karya-karya sehingga kita sampai kepada teori sastra sendiri.

_______18 Juli 1981
Dijumput dari: http://majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/1981/07/18/BK/mbm.19810718.BK51149.id.html

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Azis Masyhuri A. Qorib Hidayatullah A.C. Andre Tanama A.S. Laksana Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi WM Abdul Malik Abdurrahman Wahid Abidah El Khalieqy Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Adi Prasetyo Afnan Malay Afrizal Malna Afthonul Afif Aguk Irawan M.N. Agus B. Harianto Agus Himawan Agus Noor Agus R. Sarjono Agus Sri Danardana Agus Sulton Agus Sunyoto Agus Wibowo Ahda Imran Ahmad Fatoni Ahmad Maltup SA Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad Suyudi Ahmad Syubbanuddin Alwy Ahmad Tohari Ahmad Y. Samantho Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhmad Sekhu Akmal Nasery Basral Alex R. Nainggolan Alexander G.B. Almania Rohmah Alunk Estohank Amalia Sulfana Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Aminullah HA Noor Andari Karina Anom Andi Nur Aminah Anes Prabu Sadjarwo Anindita S Thayf Anindita S. Thayf Anitya Wahdini Anton Bae Anton Kurnia Anung Wendyartaka Anwar Nuris Anwari WMK Aprinus Salam APSAS (Apresiasi Sastra) Indonesia Ardus M Sawega Arie MP Tamba Arief Budiman Ariel Heryanto Arif Saifudin Yudistira Arif Zulkifli Arifi Saiman Aris Kurniawan Arman A.Z. Arsyad Indradi Arti Bumi Intaran Ary Wibowo AS Sumbawi Asarpin Asbari N. Krisna Asep Salahudin Asep Sambodja Asti Musman Atep Kurnia Atih Ardiansyah Aulia A Muhammad Awalludin GD Mualif Aziz Abdul Gofar B. Nawangga Putra Badaruddin Amir Bagja Hidayat Bakdi Sumanto Balada Bale Aksara Bambang Agung Bambang Kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bedah Buku Beni Setia Benni Indo Benny Arnas Benny Benke Bentara Budaya Yogyakarta Berita Duka Berita Utama Bernando J Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Bonari Nabonenar Bre Redana Brunel University London Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiman S. Hartoyo Buku Kritik Sastra Bung Tomo Burhanuddin Bella Butet Kartaredjasa Cahyo Junaedy Cak Kandar Caroline Damanik Catatan Cecep Syamsul Hari Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Chavchay Saifullah Cornelius Helmy Herlambang D. Zawawi Imron Dad Murniah Dadang Sunendar Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Dante Alighieri David Krisna Alka Deddy Arsya Dedi Pramono Delvi Yandra Deni Andriana Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dewan Kesenian Lamongan (DKL) Dewey Setiawan Dewi Rina Cahyani Dewi Sri Utami Dian Hartati Diana A.V. Sasa Dianing Widya Yudhistira Dina Jerphanion Djadjat Sudradjat Djasepudin Djoko Pitono Djoko Saryono Dodiek Adyttya Dwiwanto Dody Kristianto Donny Anggoro Donny Syofyan Dony P. Herwanto Dorothea Rosa Herliany Dr Junaidi Dudi Rustandi Dwi Arjanto Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi S. Wibowo Dwicipta Dwijo Maksum E. M. Cioran E. Syahputra Egidius Patnistik Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Hendrawan Sofyan Eko Triono Elisa Dwi Wardani Ellyn Novellin Elokdyah Meswati Emha Ainun Nadjib Endro Yuwanto Eriyanti Erwin Edhi Prasetya Esai Evi Idawati F Dewi Ria Utari F. Dewi Ria Utari Fadlillah Malin Sutan Kayo Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fajar Alayubi Fakhrunnas MA Jabbar Fanani Rahman Faruk HT Fatah Yasin Noor Fatkhul Anas Fazabinal Alim Fazar Muhardi Felix K. Nesi Festival Sastra Gresik Fikri. MS Frans Ekodhanto Fransiskus X. Taolin Franz Kafka Fuad Nawawi Gabriel García Márquez Gde Artawa Geger Riyanto Gendhotwukir Gerakan Surah Buku (GSB) Ging Ginanjar Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gufran A. Ibrahim Gunoto Saparie Gusty Fahik H. Rosihan Anwar H.B. Jassin Hadi Napster Halim HD Halimi Zuhdy Hamdy Salad Hamsad Rangkuti Han Gagas Haris del Hakim Hary B Kori’un Hasan Junus Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Hasyuda Abadi Hawe Setiawan Helvy Tiana Rosa Hendra Makmur Hepi Andi Bastoni Herdiyan Heri KLM Heri Latief Heri Ruslan Herman Hasyim Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Herry Lamongan Heru Emka Hikmat Gumelar Holy Adib Hudan Hidayat Humam S Chudori I Nyoman Darma Putra I Nyoman Suaka I Tito Sianipar Ian Ahong Guruh IBM. Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi IDG Windhu Sancaya Iffah Nur Arifah Ignas Kleden Ignasius S. Roy Tei Seran Ignatius Haryanto Ignatius Liliek Ika Karlina Idris Ilham Khoiri Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indah S. Pratidina Indiar Manggara Indra Tranggono Indrian Koto Insaf Albert Tarigan Ipik Tanoyo Irine Rakhmawati Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Norman Istiqomatul Hayati Iswara N Raditya Iverdixon Tinungki Iwan Gunadi Iwan Nurdaya Djafar Jadid Al Farisy Jakob Sumardjo Jamal D. Rahman Jamrin Abubakar Janual Aidi Javed Paul Syatha Jay Am Jaya Suprana Jean-Paul Sartre JJ. Kusni Joanito De Saojoao Jodhi Yudono John Js Joko Pinurbo Joko Sandur Joni Ariadinata Jual Buku Paket Hemat Junaidi Abdul Munif Jusuf AN Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Katrin Bandel Kedung Darma Romansha Khairul Mufid Jr Ki Panji Kusmin Kingkin Puput Kinanti Kirana Kejora Ko Hyeong Ryeol Koh Young Hun Komarudin Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kritik Sastra Kurniawan Kuswaidi Syafi'ie Lathifa Akmaliyah Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember Lenah Susianty Leon Trotsky Linda Christanty Liza Wahyuninto Lona Olavia Lucia Idayani Luhung Sapto Nugroho Lukman Santoso Az Luky Setyarini Lusiana Indriasari Lutfi Mardiansyah M Syakir M. Faizi M. Fauzi Sukri M. Mustafied M. Yoesoef M.D. Atmaja M.H. Abid M.Harir Muzakki Made Wianta Mahmoud Darwish Mahmud Jauhari Ali Majalah Budaya Jejak Makmur Dimila Malkan Junaidi Maman S Mahayana Manneke Budiman Mardi Luhung Mardiyah Chamim Marhalim Zaini Maria Hartiningsih Mariana Amiruddin Martin Aleida Marwanto Mas Ruscitadewi Masdharmadji Mashuri Masuki M. Astro Media Dunia Sastra Media: Crayon on Paper Mega Vristian Melani Budianta Mezra E Pellondou MG. Sungatno Micky Hidayat Mikael Johani Mikhael Dua Misbahus Surur Moch Arif Makruf Mohamad Fauzi Mohamad Sobary Mohamed Nasser Mohamed Mohammad Takdir Ilahi Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Amin Muhammad Muhibbuddin Muhammad Nanda Fauzan Muhammad Qodari Muhammad Rain Muhammad Subarkah Muhammad Taufiqurrohman Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun AS Muhyidin Mujtahid Munawir Aziz Musa Asy’arie Musa Ismail Musfi Efrizal Mustafa Ismail Mustofa W Hasyim N. Mursidi Nafi’ah Al-Ma’rab Naqib Najah Narudin Pituin Naskah Teater Nasru Alam Aziz Nelson Alwi Neni Ridarineni Nezar Patria Ni Made Purnamasari Ni Putu Rastiti Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Noval Jubbek Novelet Nunung Nurdiah Nur Utami Sari’at Kurniati Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurhadi BW Obrolan Odhy`s Okta Adetya Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Orhan Pamuk Otto Sukatno CR Pablo Neruda Patricia Pawestri PDS H.B. Jassin Pipiet Senja Pramoedya Ananta Toer Pranita Dewi Prosa Proses Kreatif Puisi Puisi Pertemuan Mahasiswa Puji Santosa Pustaka Bergerak PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Setia Putu Wijaya R. Timur Budi Raja Radhar Panca Dahana Rahmah Maulidia Rahmi Hattani Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rambuana Ramzah Dambul Raudal Tanjung Banua Redhitya Wempi Ansori Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Revolusi Ria Febrina Rialita Fithra Asmara Ribut Wijoto Richard Strauss Rida K Liamsi Riduan Situmorang Ridwan Munawwar Galuh Riki Dhamparan Putra Rina Mahfuzah Nst Rinto Andriono Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Rita Zahara Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Roland Barthes Romi Zarman Romo Jansen Boediantono Rosidi Ruslani S Prana Dharmasta S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabine Müller Sabrank Suparno Safitri Ningrum Saiful Amin Ghofur Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Sartika Dian Nuraini Sastra Using Satmoko Budi Santoso Saut Poltak Tambunan Saut Situmorang Sayuri Yosiana Sayyid Madany Syani Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) Sem Purba Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Shiny.ane el’poesya Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sindu Putra Siti Mugi Rahayu Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Slamet Rahardjo Rais Soeprijadi Tomodihardjo Sofyan RH. Zaid Sohifur Ridho’i Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sonya Helen Sinombor Sosiawan Leak Sri Rominah Sri Wintala Achmad St. Sularto STKIP PGRI Ponorogo Subagio Sastrowardoyo Sudarmoko Sudaryono Sudirman Sugeng Satya Dharma Suhadi Sujiwo Tedjo Sukar Suminto A. Sayuti Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Suryadi Suryanto Sastroatmodjo Susilowati Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Sutrisno Buyil Syaifuddin Gani Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Th. Sumartana Theresia Purbandini Tia Setiadi Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto TS Pinang Tu-ngang Iskandar Tulus Wijanarko Udo Z. Karzi Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Urwatul Wustqo Usman Arrumy Usman Awang UU Hamidy Vinc. Kristianto Batuadji Vladimir I. Braginsky W.S. Rendra Wahib Muthalib Wahyu Utomo Wardjito Soeharso Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Weni Suryandari Wiko Antoni Wina Karnie Winarta Adisubrata Wiwik Widayaningtias Yanto le Honzo Yanuar Widodo Yetti A. KA Yohanes Sehandi Yudhis M. Burhanudin Yukio Mishima Yulhasni Yuli Yulia Permata Sari Yurnaldi Yusmar Yusuf Yusri Fajar Yuswinardi Yuval Noah Harari Zaki Zubaidi Zakky Zulhazmi Zawawi Se Zen Rachmat Sugito Zuriati