Ahmad Suyudi *
Harian Jayakarta, 2 Maret 1989
Sebuah karya sastra merupakan suatu ekspresi estetis yang lahir dari jiwa pengarangnya. Ekspresi estetis ini lahir disebabkan oleh adanya impuls internal sebagai akibat adanya impuls eksternal pengarangnya. Oleh karenanya isi dari suatu karya sastra biasanya tidak jauh dari realitas-realitas yang ada di dalam kehidupan masyarakat di mana pengarang tersebut berada. Fenomena dan peristiwa-peristiwa yang ada atau terjadi di dalam kehidupan manusia terbaca oleh kepekaan hati dan pikiran pengarang dan terserap ke dalam batin/jiwanya. Kemudian secara imajiner, fakta-fakta itu diolah (melalui proses fictionality) dan hasilnya suatu cerita rekaan yang tidak jauh dari kenyataan hidup yang ada. Maka dapat pula dikatakan, bahwa karya sastra merupakan hasil rekaman pikiran pengarang yang dituangkan kembali ke dalam bentuk lain setelah terlebih dahulu mengalami proses fiksionalisasi.
Akan tetapi ada pula pengarang tertentu yang secara sengaja membuat tokoh-tokoh imajiner di dalam cerita rekaannya. Tokoh-tokoh tersebut sebenarnya tidak ada di dalam realitas formal. Tokoh-tokoh yang diciptakannya hanya merupakan simbolisasi-simbolisasi dari sifat-sifat manusia dalam kehidupan, atau bisa juga simbolisasi dari nilai-nilai yang ada dalam kehidupan sehari-hari.
Para pengarang seperti Iwan Simatupang, Putu Wijaya, Danarto, dan Arifin C. Noer, adalahbeberapa pengarang yang ingin mengembalikan realitas sastra kepada keadaan yang murni, yakni realitas imajiner. Sastra harus dibebaskan dari monotoni kesemuan dan perangkap realitas formal (Dami N. Toda, Hamba-Hamba Kebudayaan). Jadi seperti sifat dari karya sastra itu sendiri, sastra adalah karya tulis yang bersifat khayali.
Demikian yang terjadi di dalam cerpen karya Danarto yang judulnya tidak menggunakan kata/frase atau kalimat gramatikal, melainkan sebuah gambar jantung yang tertusuk anak panah dan meneteskan darah. Tokoh Rintrik di dalam cerpen ini adalah simbolisasi dari bawah sadar manusia. Setting tempat maupun waktu pun di dalam cerpen ini boleh dikatakan unik, tidak terikat oleh sebuah keterangan waktu maupun tempat layaknya setting yang terjadi pada realitas formal. Seperti pada cerpen-cerpen yang lain, Danarto menempatkan tokoh-tokoh pelakunya yang bersifat imajiner itu pada setting yang sulit untuk diketemukan/diketahui di mana letaknya di muka bumi ini. Di situlah cerita itu terjadi, segala macam fenomena dan peristiwa-peristiwa berlangsung dan mengalir. Dapat saja disebut di barat, dapat pula di timur, atau utara atau di selatan. “… saya merasa tidak pernah terikat oleh tempat. Apalagi yang disebut Barat dan Timur. Saya menganggap Barat dan Timur itu tidak ada.” (Danarto: Jelmaan Ruang dan Waktu yang disusun oleh Pamusuk Eneste dalam “Proses Kreatif”).
Di dalam cerpen “Rintrik” (judul sebenarnya berupa sebuah gambar jantung tertusuk anak panah dan meneteskan darah. Untuk selanjutnya penulis menyebutnya cerpen “Rintrik”, mengacu kepada nama tokoh protagonis), kita dihadapkan kepada tokoh ”Rintrik” yang didiskripsikan sebagai seorang perempuan tua yang buta. Tokoh “Rintrik” adalah seseorang yang memiliki keagungan budi dan kekuatan iman. ”Rintrik” merupakan simbolisasi dari nilai-nilai kebenaran yang dalam kodratnya harus berhadapan bahkan berperang melawan kebatilan. Itulah yang ingin diungkapkan oleh pengarangnya di dalam cerpen tersebut.
Kehadiran ”Rintrik” di lembah tempat pembuangan bayi-bayi manusia yang baru dilahirkan itu diibaratkan sebagai kedatangan seorang nabi atau rasul utusan Tuhan yang mengemban tugas untuk membebaskan dan memperbaiki budi manusia yang bobrok. Ia sekaligus menjadi gambaran seseorang yang membawa nilai-nilai kebenaran di dalam dirinya.
Kehadiran ”Rintrik” sebagai simbol kebenaran yang betarung menghadapi kebatilan oleh Danarto digambarkan melalui keberadaan lembah yang pada mulanya dahulu merupakan tempat yang memiliki keindahan dan menakjubkan luar biasa, telah berubah menjadi tempat yang buruk, angker, dan menyeramkan. Lembah yang semula menjadi tempat tujuan orang untuk berplesiran dan berhibur dari kepenatan hidup sehari-hari, kini menjadi ajang tempat pembuangan bayi-bayi hasil perbuatan keji manusia. Nilai-nilai kebatilan tergambar jelas dan utuh melalui tokoh Pemburu, sebagai antagonis di dalam cerpen ini, dan secara tersirat melalui kebejatan moral orang-orang kota yang membuang bayi-bayi hasil perbuatan mesum mereka ke lembah itu.
Keberadaan ”Rintrik” yang buta tidak lagi merupakan keberadaan manusia. Eksistensinya telah melampui batas eksistensi manusia biasa, bahkan nabi dan rasul sekali pun.
Membaca cerpen ”Rintrik” kita disuguhi suatu kehidupan realitas imajiner, yang begitu cepat berganti antara dunia nyata dan dunia surealis, yakni bukanlah kehidupan yang benar-benar riil yang berpijak di dunia nyata. Realitas-realitas yang tercipta di dalamnya lebih menyerupai suasana dalam impian. Seperti apa yang diungkapkan pula oleh Dr. Umar Kayam: “Danarto nyaris secara langsung memberitahu dan mengajak kita untuk masuk ke dalam dunia yang memang bukan dunia manusia kita sehari-hari. Bukan dunia fana seperti yang kita kenal, tetapi juga bukan dunia yang mutlak baka. Bukan dunia riil tetapi juga bukan yang sepenuhnya abstrak. Seringkali suasana itu adalah suasana sonya ruri yang mengambang, sunyi, mengerikan, di mana sosok manusia itu tidak jelas identitasnya, asal-usulnya, dan status hidupnya.” (Umar Kayam, Pengantar Buku Kumpulan Cerpen “Berhala” karya Danarto)
Realitas imajiner seperti itu tidak hanya terjadi pada cerpen ”Rintrik”, melainkan juga pada beberapa cerpen lain karya Danarto. Cerpen “Godlob”, “Armegedon”, “Kecubung Pengasihan”, “Sandiwara Di Atas Sandiwara”, adalah contoh cerita dengan setting di mana saja. Fenomena-fenomena di dalam cerpen Danarto dapat berlaku dan terjadi di mana saja. Setting pada “Godlob” misalnya, dapat saja terjadi di semua peperangan yang ada di muka bumi ini. Atau taman bunga tempat hidup dan bercengkerama si Perempuan Bunting yang dapat mempertahankan hidup dengan menyantap bunga-bunga yang pada menawarkan diri untuk dimakannya, dan juga kolong jembatan yang selalu dijadikan mesjid dan gereja tempat sembahyang Perempuan Bunting (dalam cerpen :“Kecubung Pengasihan”), ada di mana saja, di kota mana saja, di negara mana saja. Atau juga padang tandus dalam cerpen “Armegedon”, sulit bagi kita untuk mengetahuinya di mana tempat-tempat itu berada di atas muka bumi ini.
Nilai yang Kalah
Seperti dijelaskan tadi tokoh “Rintrik” yang buta merupakan simbolisasi dari kebenaran yang harus mengalami kekalahan oleh kebatilan. Di dalam cerpen ini dikisahkan “Rintrik” harus menerima kematiannya di ujung peluru sang pemburu.
Para penduduk di sekitar lembah tempat pembuangan bayi-bayi merupakan lambang bagi keberhasilan nilai-nilai kebenaran mengambil simpati manusia. Layaknya para pengikut nabi dan rasul yang berhijrah menuju kebenaran hidup, menuju hidayah dari Yang Maha Kuasa. Hal ini seperti dikatakan sendiri oleh Danarto, bahwa terkandung di dalam cerpen ini suatu ma’rifat dan hikmah ke-Tuhan-an yang diimpi-impikan oleh para rasul, dan nabi, para sufi, dan wali.
Perempuan berhati lembut dan berbudi agung bernama “Rintrik” itu juga melambangkan seorang manusia yang berhasrat besar untuk dapat menyaksikan wajah Tuhan, sehingga pada akhirnya kematian yang dialaminya merupakan satu jalan menuju tercapainya hasrat tersebut.
Fenomena inilah kiranya yang dapat kita tangkap dari keseluruhan rangkaian alur dan penokohan dalam cerpen “Rintrik”. Kenyataan semacam itu bukan tidak ada di dalam realitas kehidupan sehari-hari, di mana nilai-nilai kebenaran tidak jarang harus tenggelam oleh suatu kebatilan.
Inilah yang terjadi di dalam proses fiksionalisasi hingga terciptanya karya sastra. Fakta yang ada di dalam kehidupan nyata dapat dituangkan ke dalam bentuk lain setelah mengalami proses fiksionalisasi menjadi cerita rekaan dengan tokoh-tokoh imajiner yang menyimbolkan berbagai nilai dan sifat perangai manusia di dalam kehidupan yang nyata.
***
*) anggota Kelompok Studi LAS IKIP Rawamangun Jakarta.
Dijumput dari: http://rintrik.blogspot.com/
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
A Rodhi Murtadho
A. Azis Masyhuri
A. Qorib Hidayatullah
A.C. Andre Tanama
A.S. Laksana
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Hadi WM
Abdul Malik
Abdurrahman Wahid
Abidah El Khalieqy
Acep Iwan Saidi
Acep Zamzam Noor
Adi Prasetyo
Afnan Malay
Afrizal Malna
Afthonul Afif
Aguk Irawan M.N.
Agus B. Harianto
Agus Himawan
Agus Noor
Agus R. Sarjono
Agus Sri Danardana
Agus Sulton
Agus Sunyoto
Agus Wibowo
Ahda Imran
Ahmad Fatoni
Ahmad Maltup SA
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Musthofa Haroen
Ahmad Suyudi
Ahmad Syubbanuddin Alwy
Ahmad Tohari
Ahmad Y. Samantho
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ajip Rosidi
Akhmad Sekhu
Akmal Nasery Basral
Alex R. Nainggolan
Alexander G.B.
Almania Rohmah
Alunk Estohank
Amalia Sulfana
Amien Wangsitalaja
Aming Aminoedhin
Aminullah HA Noor
Andari Karina Anom
Andi Nur Aminah
Anes Prabu Sadjarwo
Anindita S Thayf
Anindita S. Thayf
Anitya Wahdini
Anton Bae
Anton Kurnia
Anung Wendyartaka
Anwar Nuris
Anwari WMK
Aprinus Salam
APSAS (Apresiasi Sastra) Indonesia
Ardus M Sawega
Arie MP Tamba
Arief Budiman
Ariel Heryanto
Arif Saifudin Yudistira
Arif Zulkifli
Arifi Saiman
Aris Kurniawan
Arman A.Z.
Arsyad Indradi
Arti Bumi Intaran
Ary Wibowo
AS Sumbawi
Asarpin
Asbari N. Krisna
Asep Salahudin
Asep Sambodja
Asti Musman
Atep Kurnia
Atih Ardiansyah
Aulia A Muhammad
Awalludin GD Mualif
Aziz Abdul Gofar
B. Nawangga Putra
Badaruddin Amir
Bagja Hidayat
Bakdi Sumanto
Balada
Bale Aksara
Bambang Agung
Bambang Kempling
Bamby Cahyadi
Bandung Mawardi
Bedah Buku
Beni Setia
Benni Indo
Benny Arnas
Benny Benke
Bentara Budaya Yogyakarta
Berita Duka
Berita Utama
Bernando J Sujibto
Berthold Damshauser
Binhad Nurrohmat
Bonari Nabonenar
Bre Redana
Brunel University London
Budi Darma
Budi Hutasuhut
Budi P. Hatees
Budiman S. Hartoyo
Buku Kritik Sastra
Bung Tomo
Burhanuddin Bella
Butet Kartaredjasa
Cahyo Junaedy
Cak Kandar
Caroline Damanik
Catatan
Cecep Syamsul Hari
Cerbung
Cerpen
Chairil Anwar
Chamim Kohari
Chavchay Saifullah
Cornelius Helmy Herlambang
D. Zawawi Imron
Dad Murniah
Dadang Sunendar
Damhuri Muhammad
Damiri Mahmud
Danarto
Daniel Paranamesa
Dante Alighieri
David Krisna Alka
Deddy Arsya
Dedi Pramono
Delvi Yandra
Deni Andriana
Denny Mizhar
Dessy Wahyuni
Dewan Kesenian Lamongan (DKL)
Dewey Setiawan
Dewi Rina Cahyani
Dewi Sri Utami
Dian Hartati
Diana A.V. Sasa
Dianing Widya Yudhistira
Dina Jerphanion
Djadjat Sudradjat
Djasepudin
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Dodiek Adyttya Dwiwanto
Dody Kristianto
Donny Anggoro
Donny Syofyan
Dony P. Herwanto
Dorothea Rosa Herliany
Dr Junaidi
Dudi Rustandi
Dwi Arjanto
Dwi Fitria
Dwi Pranoto
Dwi S. Wibowo
Dwicipta
Dwijo Maksum
E. M. Cioran
E. Syahputra
Egidius Patnistik
Eka Budianta
Eka Kurniawan
Eko Darmoko
Eko Hendrawan Sofyan
Eko Triono
Elisa Dwi Wardani
Ellyn Novellin
Elokdyah Meswati
Emha Ainun Nadjib
Endro Yuwanto
Eriyanti
Erwin Edhi Prasetya
Esai
Evi Idawati
F Dewi Ria Utari
F. Dewi Ria Utari
Fadlillah Malin Sutan Kayo
Fahrudin Nasrulloh
Faisal Kamandobat
Fajar Alayubi
Fakhrunnas MA Jabbar
Fanani Rahman
Faruk HT
Fatah Yasin Noor
Fatkhul Anas
Fazabinal Alim
Fazar Muhardi
Felix K. Nesi
Festival Sastra Gresik
Fikri. MS
Frans Ekodhanto
Fransiskus X. Taolin
Franz Kafka
Fuad Nawawi
Gabriel García Márquez
Gde Artawa
Geger Riyanto
Gendhotwukir
Gerakan Surah Buku (GSB)
Ging Ginanjar
Gita Pratama
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gufran A. Ibrahim
Gunoto Saparie
Gusty Fahik
H. Rosihan Anwar
H.B. Jassin
Hadi Napster
Halim HD
Halimi Zuhdy
Hamdy Salad
Hamsad Rangkuti
Han Gagas
Haris del Hakim
Hary B Kori’un
Hasan Junus
Hasnan Bachtiar
Hasta Indriyana
Hasyuda Abadi
Hawe Setiawan
Helvy Tiana Rosa
Hendra Makmur
Hepi Andi Bastoni
Herdiyan
Heri KLM
Heri Latief
Heri Ruslan
Herman Hasyim
Hermien Y. Kleden
Hernadi Tanzil
Herry Lamongan
Heru Emka
Hikmat Gumelar
Holy Adib
Hudan Hidayat
Humam S Chudori
I Nyoman Darma Putra
I Nyoman Suaka
I Tito Sianipar
Ian Ahong Guruh
IBM. Dharma Palguna
Ibnu Rusydi
Ibnu Wahyudi
IDG Windhu Sancaya
Iffah Nur Arifah
Ignas Kleden
Ignasius S. Roy Tei Seran
Ignatius Haryanto
Ignatius Liliek
Ika Karlina Idris
Ilham Khoiri
Imam Muhtarom
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Rosyid
Imron Tohari
Indah S. Pratidina
Indiar Manggara
Indra Tranggono
Indrian Koto
Insaf Albert Tarigan
Ipik Tanoyo
Irine Rakhmawati
Isbedy Stiawan Z.S.
Iskandar Norman
Istiqomatul Hayati
Iswara N Raditya
Iverdixon Tinungki
Iwan Gunadi
Iwan Nurdaya Djafar
Jadid Al Farisy
Jakob Sumardjo
Jamal D. Rahman
Jamrin Abubakar
Janual Aidi
Javed Paul Syatha
Jay Am
Jaya Suprana
Jean-Paul Sartre
JJ. Kusni
Joanito De Saojoao
Jodhi Yudono
John Js
Joko Pinurbo
Joko Sandur
Joni Ariadinata
Jual Buku Paket Hemat
Junaidi Abdul Munif
Jusuf AN
Karya Lukisan: Andry Deblenk
Kasnadi
Katrin Bandel
Kedung Darma Romansha
Khairul Mufid Jr
Ki Panji Kusmin
Kingkin Puput Kinanti
Kirana Kejora
Ko Hyeong Ryeol
Koh Young Hun
Komarudin
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias
Korrie Layun Rampan
Kritik Sastra
Kurniawan
Kuswaidi Syafi'ie
Lathifa Akmaliyah
Latief S. Nugraha
Leila S. Chudori
Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember
Lenah Susianty
Leon Trotsky
Linda Christanty
Liza Wahyuninto
Lona Olavia
Lucia Idayani
Luhung Sapto Nugroho
Lukman Santoso Az
Luky Setyarini
Lusiana Indriasari
Lutfi Mardiansyah
M Syakir
M. Faizi
M. Fauzi Sukri
M. Mustafied
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
M.H. Abid
M.Harir Muzakki
Made Wianta
Mahmoud Darwish
Mahmud Jauhari Ali
Majalah Budaya Jejak
Makmur Dimila
Malkan Junaidi
Maman S Mahayana
Manneke Budiman
Mardi Luhung
Mardiyah Chamim
Marhalim Zaini
Maria Hartiningsih
Mariana Amiruddin
Martin Aleida
Marwanto
Mas Ruscitadewi
Masdharmadji
Mashuri
Masuki M. Astro
Media Dunia Sastra
Media: Crayon on Paper
Mega Vristian
Melani Budianta
Mezra E Pellondou
MG. Sungatno
Micky Hidayat
Mikael Johani
Mikhael Dua
Misbahus Surur
Moch Arif Makruf
Mohamad Fauzi
Mohamad Sobary
Mohamed Nasser Mohamed
Mohammad Takdir Ilahi
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Amin
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad Nanda Fauzan
Muhammad Qodari
Muhammad Rain
Muhammad Subarkah
Muhammad Taufiqurrohman
Muhammad Yasir
Muhammad Zuriat Fadil
Muhammadun AS
Muhyidin
Mujtahid
Munawir Aziz
Musa Asy’arie
Musa Ismail
Musfi Efrizal
Mustafa Ismail
Mustofa W Hasyim
N. Mursidi
Nafi’ah Al-Ma’rab
Naqib Najah
Narudin Pituin
Naskah Teater
Nasru Alam Aziz
Nelson Alwi
Neni Ridarineni
Nezar Patria
Ni Made Purnamasari
Ni Putu Rastiti
Nirwan Ahmad Arsuka
Nirwan Dewanto
Noval Jubbek
Novelet
Nunung Nurdiah
Nur Utami Sari’at Kurniati
Nurdin Kalim
Nurel Javissyarqi
Nurhadi BW
Obrolan
Odhy`s
Okta Adetya
Orasi Budaya Akhir Tahun 2018
Orhan Pamuk
Otto Sukatno CR
Pablo Neruda
Patricia Pawestri
PDS H.B. Jassin
Pipiet Senja
Pramoedya Ananta Toer
Pranita Dewi
Prosa
Proses Kreatif
Puisi
Puisi Pertemuan Mahasiswa
Puji Santosa
Pustaka Bergerak
PUstaka puJAngga
Putu Fajar Arcana
Putu Setia
Putu Wijaya
R. Timur Budi Raja
Radhar Panca Dahana
Rahmah Maulidia
Rahmi Hattani
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Rambuana
Ramzah Dambul
Raudal Tanjung Banua
Redhitya Wempi Ansori
Reiny Dwinanda
Remy Sylado
Resensi
Revolusi
Ria Febrina
Rialita Fithra Asmara
Ribut Wijoto
Richard Strauss
Rida K Liamsi
Riduan Situmorang
Ridwan Munawwar Galuh
Riki Dhamparan Putra
Rina Mahfuzah Nst
Rinto Andriono
Riris K. Toha-Sarumpaet
Risang Anom Pujayanto
Rita Zahara
Riza Multazam Luthfy
Robin Al Kautsar
Robin Dos Santos Soares
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Roland Barthes
Romi Zarman
Romo Jansen Boediantono
Rosidi
Ruslani
S Prana Dharmasta
S Yoga
S. Jai
S.W. Teofani
Sabine Müller
Sabrank Suparno
Safitri Ningrum
Saiful Amin Ghofur
Sajak
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Samsudin Adlawi
Sapardi Djoko Damono
Sarabunis Mubarok
Sartika Dian Nuraini
Sastra Using
Satmoko Budi Santoso
Saut Poltak Tambunan
Saut Situmorang
Sayuri Yosiana
Sayyid Madany Syani
Sejarah
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
Sem Purba
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Shiny.ane el’poesya
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sindu Putra
Siti Mugi Rahayu
Siti Sa’adah
Siwi Dwi Saputro
Sjifa Amori
Slamet Rahardjo Rais
Soeprijadi Tomodihardjo
Sofyan RH. Zaid
Sohifur Ridho’i
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sonya Helen Sinombor
Sosiawan Leak
Sri Rominah
Sri Wintala Achmad
St. Sularto
STKIP PGRI Ponorogo
Subagio Sastrowardoyo
Sudarmoko
Sudaryono
Sudirman
Sugeng Satya Dharma
Suhadi
Sujiwo Tedjo
Sukar
Suminto A. Sayuti
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sunlie Thomas Alexander
Suryadi
Suryanto Sastroatmodjo
Susilowati
Sutan Iwan Soekri Munaf
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Sutrisno Buyil
Syaifuddin Gani
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Winarsho AS
Tengsoe Tjahjono
Th. Sumartana
Theresia Purbandini
Tia Setiadi
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
TS Pinang
Tu-ngang Iskandar
Tulus Wijanarko
Udo Z. Karzi
Umbu Landu Paranggi
Universitas Indonesia
Urwatul Wustqo
Usman Arrumy
Usman Awang
UU Hamidy
Vinc. Kristianto Batuadji
Vladimir I. Braginsky
W.S. Rendra
Wahib Muthalib
Wahyu Utomo
Wardjito Soeharso
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wayan Sunarta
Weni Suryandari
Wiko Antoni
Wina Karnie
Winarta Adisubrata
Wiwik Widayaningtias
Yanto le Honzo
Yanuar Widodo
Yetti A. KA
Yohanes Sehandi
Yudhis M. Burhanudin
Yukio Mishima
Yulhasni
Yuli
Yulia Permata Sari
Yurnaldi
Yusmar Yusuf
Yusri Fajar
Yuswinardi
Yuval Noah Harari
Zaki Zubaidi
Zakky Zulhazmi
Zawawi Se
Zen Rachmat Sugito
Zuriati
Tidak ada komentar:
Posting Komentar