Kamis, 10 Maret 2011

Djenar dan Paradoks Masyarakat Kita

Asep Sambodja
http://www.sinarharapan.co.id/

Belum genap setahun, buku kumpulan cerpen Jangan Main-Main (dengan Kelaminmu) — selanjutnya disingkat JMMK — karya Djenar Maesa Ayu sudah mengalami cetak ulang keempat sejak diterbitkan pertama kali pada Januari 2004. Ini termasuk sesuatu yang luar biasa dalam penerbitan buku karena bisa mengalahkan buku pelajaran dalam hal cetak ulang. Di sampul halaman depan buku ini tercantum sebuah catatan singkat, ”untuk pembaca dewasa”.

Catatan itu mengingatkan kita pada peringatan yang menempel pada bungkus rokok bahwa ”merokok dapat menyebabkan kanker, serangan jantung, impotensi, dan gangguan kehamilan dan janin”. Peringatan yang terkesan ”mulia” itu dilakukan dengan sadar oleh produsen rokok sekaligus tetap berharap rokoknya terus dibeli oleh masyarakat. Sebuah paradoks yang sangat menggelikan, namun terus bergulir di dalam masyarakat kita hingga sekarang. Fakta ini menunjukkan bahwa peraturan atau peringatan kesehatan tidak terlalu diperhatikan atau tidak ditaati di negeri ini.

Demikian pula catatan kecil di sampul buku Djenar Maesa Ayu, ”untuk pembaca dewasa”, bisa jadi merangsang pembaca yang belum dewasa untuk segera dewasa. Akibatnya, buku itu akan laku di pasar dan akan terus dicetak ulang karena sangat menguntungkan penerbit dan penulisnya.

Buku terbaru Djenar ini seperti buku pertamanya, Mereka Bilang, Saya Monyet! (di antaranya terdapat cerpen yang berjudul ”Memek”) diterbitkan oleh penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, sebuah penerbitan yang mengklaim dirinya sebagai penerbit buku-buku utama. Terbetik penilaian pembaca sesaat setelah membaca JMMK terbitan Gramedia ini. Pertama, seperti inikah buku utama yang dimaksudkan oleh Gramedia? Kedua, buku sastra ini perlu diberi catatan ”untuk pembaca dewasa”, dengan asumsi pembaca pemula tidak dianjurkan untuk membacanya! Kenapa pula karya sastra lainnya tidak diberi catatan seperti itu? Apakah itu berarti bahwa buku-buku sastra lainnya boleh dibaca oleh siapa saja, dan buku Djenar tidak?

Di buku ini pula Richard Oh, pemilik QB Worldbooks dan pemberi Khatulistiwa Literature Award (KLA) memberi pengantar yang sangat permisif dan menyebutkan cerpen ”Menyusu Ayah” (yang diterjemahkannya menjadi ”Suckling Father”) sebagai cerpen terbaik dalam kumpulan cerpen ini. Cerpen ”Menyusu Ayah” dapat diinterpretasikan sebagai bentuk perlawanan seorang (anak) perempuan terhadap laki-laki (Ayah, teman-teman Ayah, dan teman laki-laki sebaya anak perempuan yang bernama Nayla itu).

Sejauh perlawanan itu bertujuan menyejajarkan posisi antara laki-laki dan perempuan, maka hal itu sangat bisa diterima dan bahkan perlu didukung. Tapi, ketika perlawanan itu hanya mengubah posisi dari keadaan ”tertindas” (inferior) menjadi ”penindas” (superior), maka perlawanan itu hanyalah omong kosong. Tetap saja akan terjadi dominasi satu pihak atas pihak lain, apa pun jenis kelaminnya. Karena, dalam cerpen itu sangat jelas ”bentuk” perlawanan si pencerita (perempuan), bahwa ”Saya tidak ingin dinikmati. Saya hanya ingin menikmati”, yang merupakan antitesis dari ucapan Ayahnya, ”Bahwa payudara bukan untuk menyusui namun hanya untuk dinikmati lelaki”.

Kalau kita lebih detail lagi masuk ke dalam cerpen ”Menyusu Ayah”, maka akan terbaca seperti ini:
”Nama saya Nayla. Saya perempuan, tapi saya tidak lebih lemah dari laki-laki. Karena, saya tidak mengisap puting payudara Ibu. Saya mengisap penis Ayah. Dan saya tidak menyedot air susu Ibu. Saya menyedot air mani Ayah.”

Cerpen dalam buku JMMK yang diterbitkan oleh PT Gramedia Pustaka Utama itu telah mengalami cetak ulang yang keempat, yang berarti pasar sangat merespons dengan baik kehadiran buku tersebut. Tinggallah kita bertanya-tanya, apa yang bisa dipelajari dari ”cerpen terbaik” versi Richard Oh dan Jurnal Perempuan itu? Apakah itu merupakan sebuah bentuk perlawanan sebagaimana fungsi sastra sebagai media ekspresi? Atau apakah sebuah potret sosial semata sebagaimana fungsi sastra sebagai representasi? Yakni, sebuah potret masyarakat yang sakit, yang memperlihatkan potret seorang anak perempuan (Nayla), Ayah, teman-teman Ayah, yang semuanya sakit. Dan hanya ada beberapa teman laki-laki sebaya Nayla yang masih menunjukkan harapan untuk menjunjung tinggi moral — sesuatu yang sangat ditertawakan atau bahkan dikangkangi oleh tokoh-tokoh dalam cerpen Djenar Maesa Ayu. Semua tokohnya nyaris seperti itu, tak terkecuali dalam cerpen yang sengaja diberi judul ”Moral”. Apakah karya semacam ini yang akan mewarnai sejarah sastra Indonesia di masa depan, sebagaimana yang pernah diprediksi oleh Sapardi Djoko Damono?

Kebetulan buku JMMK ini masuk dalam lima besar karya sastra ”terbaik” yang berhak mendapatkan KLA 2004. Untungnya, dewan juri yang diketuai Manneke Budiman, pengajar sastra di Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia (FIB UI) sekaligus Wakil Ketua Himpunan Sarjana-Kesusastraan Indonesia (HISKI) Pusat, masih memiliki akal sehat dengan memenangkan kumpulan cerpen Linda Christanty, Kuda Terbang Maria Pinto yang sangat impresif itu dan roman Negeri Senja Seno Gumira Ajidarma. Penilaian dewan juri KLA 2004 ini sungguh membesarkan hati para pengajar sastra di sekolah-sekolah, bahwa karya sastra yang berhak mendapat penghargaan itu bukanlah karya sastra yang sekadar merangsang kelamin pembacanya, melainkan juga merangsang pemikiran dan nurani pembacanya.

Tapi, kalaupun kata-kata Djenar dalam bukunya sejenis dengan yang saya kutip di atas dianalogikan sebagai racun nikotin dalam sebatang rokok, tidak serta-merta kita menganjurkannya untuk dilarang. Bagaimanapun buku yang beraroma seks dan rokok memiliki hak untuk hidup atau ada. Karena, baik rokok maupun buku Djenar memiliki gerbong yang panjang menyangkut nasib banyak orang, apalagi negara ini sedang belajar berdemokrasi, yang meniscayakan perbedaan dan keberagaman. ”Keduanya harus dicatet, keduanya dapat tempat,” kata Chairil Anwar.

Hanya saja, minimal pembaca tahu ketika disodorkan buku JMMK, mereka sudah paham bahwa ini adalah buku ”untuk pembaca dewasa”, persis seperti film-film ”untuk dewasa” yang menyatroni rumah kita lewat televisi. Persoalannya, apakah kita akan terus memelihara paradoks semacam ini atau menyatakannya cukup sampai di sini.

*) Pengajar sastra di UI.

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Azis Masyhuri A. Qorib Hidayatullah A.C. Andre Tanama A.S. Laksana Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi WM Abdul Malik Abdurrahman Wahid Abidah El Khalieqy Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Adi Prasetyo Afnan Malay Afrizal Malna Afthonul Afif Aguk Irawan M.N. Agus B. Harianto Agus Himawan Agus Noor Agus R. Sarjono Agus Sri Danardana Agus Sulton Agus Sunyoto Agus Wibowo Ahda Imran Ahmad Fatoni Ahmad Maltup SA Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad Suyudi Ahmad Syubbanuddin Alwy Ahmad Tohari Ahmad Y. Samantho Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhmad Sekhu Akmal Nasery Basral Alex R. Nainggolan Alexander G.B. Almania Rohmah Alunk Estohank Amalia Sulfana Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Aminullah HA Noor Andari Karina Anom Andi Nur Aminah Anes Prabu Sadjarwo Anindita S Thayf Anindita S. Thayf Anitya Wahdini Anton Bae Anton Kurnia Anung Wendyartaka Anwar Nuris Anwari WMK Aprinus Salam APSAS (Apresiasi Sastra) Indonesia Ardus M Sawega Arie MP Tamba Arief Budiman Ariel Heryanto Arif Saifudin Yudistira Arif Zulkifli Arifi Saiman Aris Kurniawan Arman A.Z. Arsyad Indradi Arti Bumi Intaran Ary Wibowo AS Sumbawi Asarpin Asbari N. Krisna Asep Salahudin Asep Sambodja Asti Musman Atep Kurnia Atih Ardiansyah Aulia A Muhammad Awalludin GD Mualif Aziz Abdul Gofar B. Nawangga Putra Badaruddin Amir Bagja Hidayat Bakdi Sumanto Balada Bale Aksara Bambang Agung Bambang Kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bedah Buku Beni Setia Benni Indo Benny Arnas Benny Benke Bentara Budaya Yogyakarta Berita Duka Berita Utama Bernando J Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Bonari Nabonenar Bre Redana Brunel University London Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiman S. Hartoyo Buku Kritik Sastra Bung Tomo Burhanuddin Bella Butet Kartaredjasa Cahyo Junaedy Cak Kandar Caroline Damanik Catatan Cecep Syamsul Hari Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Chavchay Saifullah Cornelius Helmy Herlambang D. Zawawi Imron Dad Murniah Dadang Sunendar Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Dante Alighieri David Krisna Alka Deddy Arsya Dedi Pramono Delvi Yandra Deni Andriana Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dewan Kesenian Lamongan (DKL) Dewey Setiawan Dewi Rina Cahyani Dewi Sri Utami Dian Hartati Diana A.V. Sasa Dianing Widya Yudhistira Dina Jerphanion Djadjat Sudradjat Djasepudin Djoko Pitono Djoko Saryono Dodiek Adyttya Dwiwanto Dody Kristianto Donny Anggoro Donny Syofyan Dony P. Herwanto Dorothea Rosa Herliany Dr Junaidi Dudi Rustandi Dwi Arjanto Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi S. Wibowo Dwicipta Dwijo Maksum E. M. Cioran E. Syahputra Egidius Patnistik Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Hendrawan Sofyan Eko Triono Elisa Dwi Wardani Ellyn Novellin Elokdyah Meswati Emha Ainun Nadjib Endro Yuwanto Eriyanti Erwin Edhi Prasetya Esai Evi Idawati F Dewi Ria Utari F. Dewi Ria Utari Fadlillah Malin Sutan Kayo Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fajar Alayubi Fakhrunnas MA Jabbar Fanani Rahman Faruk HT Fatah Yasin Noor Fatkhul Anas Fazabinal Alim Fazar Muhardi Felix K. Nesi Festival Sastra Gresik Fikri. MS Frans Ekodhanto Fransiskus X. Taolin Franz Kafka Fuad Nawawi Gabriel García Márquez Gde Artawa Geger Riyanto Gendhotwukir Gerakan Surah Buku (GSB) Ging Ginanjar Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gufran A. Ibrahim Gunoto Saparie Gusty Fahik H. Rosihan Anwar H.B. Jassin Hadi Napster Halim HD Halimi Zuhdy Hamdy Salad Hamsad Rangkuti Han Gagas Haris del Hakim Hary B Kori’un Hasan Junus Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Hasyuda Abadi Hawe Setiawan Helvy Tiana Rosa Hendra Makmur Hepi Andi Bastoni Herdiyan Heri KLM Heri Latief Heri Ruslan Herman Hasyim Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Herry Lamongan Heru Emka Hikmat Gumelar Holy Adib Hudan Hidayat Humam S Chudori I Nyoman Darma Putra I Nyoman Suaka I Tito Sianipar Ian Ahong Guruh IBM. Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi IDG Windhu Sancaya Iffah Nur Arifah Ignas Kleden Ignasius S. Roy Tei Seran Ignatius Haryanto Ignatius Liliek Ika Karlina Idris Ilham Khoiri Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indah S. Pratidina Indiar Manggara Indra Tranggono Indrian Koto Insaf Albert Tarigan Ipik Tanoyo Irine Rakhmawati Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Norman Istiqomatul Hayati Iswara N Raditya Iverdixon Tinungki Iwan Gunadi Iwan Nurdaya Djafar Jadid Al Farisy Jakob Sumardjo Jamal D. Rahman Jamrin Abubakar Janual Aidi Javed Paul Syatha Jay Am Jaya Suprana Jean-Paul Sartre JJ. Kusni Joanito De Saojoao Jodhi Yudono John Js Joko Pinurbo Joko Sandur Joni Ariadinata Jual Buku Paket Hemat Junaidi Abdul Munif Jusuf AN Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Katrin Bandel Kedung Darma Romansha Khairul Mufid Jr Ki Panji Kusmin Kingkin Puput Kinanti Kirana Kejora Ko Hyeong Ryeol Koh Young Hun Komarudin Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kritik Sastra Kurniawan Kuswaidi Syafi'ie Lathifa Akmaliyah Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember Lenah Susianty Leon Trotsky Linda Christanty Liza Wahyuninto Lona Olavia Lucia Idayani Luhung Sapto Nugroho Lukman Santoso Az Luky Setyarini Lusiana Indriasari Lutfi Mardiansyah M Syakir M. Faizi M. Fauzi Sukri M. Mustafied M. Yoesoef M.D. Atmaja M.H. Abid M.Harir Muzakki Made Wianta Mahmoud Darwish Mahmud Jauhari Ali Majalah Budaya Jejak Makmur Dimila Malkan Junaidi Maman S Mahayana Manneke Budiman Mardi Luhung Mardiyah Chamim Marhalim Zaini Maria Hartiningsih Mariana Amiruddin Martin Aleida Marwanto Mas Ruscitadewi Masdharmadji Mashuri Masuki M. Astro Media Dunia Sastra Media: Crayon on Paper Mega Vristian Melani Budianta Mezra E Pellondou MG. Sungatno Micky Hidayat Mikael Johani Mikhael Dua Misbahus Surur Moch Arif Makruf Mohamad Fauzi Mohamad Sobary Mohamed Nasser Mohamed Mohammad Takdir Ilahi Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Amin Muhammad Muhibbuddin Muhammad Nanda Fauzan Muhammad Qodari Muhammad Rain Muhammad Subarkah Muhammad Taufiqurrohman Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun AS Muhyidin Mujtahid Munawir Aziz Musa Asy’arie Musa Ismail Musfi Efrizal Mustafa Ismail Mustofa W Hasyim N. Mursidi Nafi’ah Al-Ma’rab Naqib Najah Narudin Pituin Naskah Teater Nasru Alam Aziz Nelson Alwi Neni Ridarineni Nezar Patria Ni Made Purnamasari Ni Putu Rastiti Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Noval Jubbek Novelet Nunung Nurdiah Nur Utami Sari’at Kurniati Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurhadi BW Obrolan Odhy`s Okta Adetya Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Orhan Pamuk Otto Sukatno CR Pablo Neruda Patricia Pawestri PDS H.B. Jassin Pipiet Senja Pramoedya Ananta Toer Pranita Dewi Prosa Proses Kreatif Puisi Puisi Pertemuan Mahasiswa Puji Santosa Pustaka Bergerak PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Setia Putu Wijaya R. Timur Budi Raja Radhar Panca Dahana Rahmah Maulidia Rahmi Hattani Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rambuana Ramzah Dambul Raudal Tanjung Banua Redhitya Wempi Ansori Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Revolusi Ria Febrina Rialita Fithra Asmara Ribut Wijoto Richard Strauss Rida K Liamsi Riduan Situmorang Ridwan Munawwar Galuh Riki Dhamparan Putra Rina Mahfuzah Nst Rinto Andriono Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Rita Zahara Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Roland Barthes Romi Zarman Romo Jansen Boediantono Rosidi Ruslani S Prana Dharmasta S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabine Müller Sabrank Suparno Safitri Ningrum Saiful Amin Ghofur Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Sartika Dian Nuraini Sastra Using Satmoko Budi Santoso Saut Poltak Tambunan Saut Situmorang Sayuri Yosiana Sayyid Madany Syani Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) Sem Purba Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Shiny.ane el’poesya Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sindu Putra Siti Mugi Rahayu Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Slamet Rahardjo Rais Soeprijadi Tomodihardjo Sofyan RH. Zaid Sohifur Ridho’i Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sonya Helen Sinombor Sosiawan Leak Sri Rominah Sri Wintala Achmad St. Sularto STKIP PGRI Ponorogo Subagio Sastrowardoyo Sudarmoko Sudaryono Sudirman Sugeng Satya Dharma Suhadi Sujiwo Tedjo Sukar Suminto A. Sayuti Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Suryadi Suryanto Sastroatmodjo Susilowati Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Sutrisno Buyil Syaifuddin Gani Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Th. Sumartana Theresia Purbandini Tia Setiadi Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto TS Pinang Tu-ngang Iskandar Tulus Wijanarko Udo Z. Karzi Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Urwatul Wustqo Usman Arrumy Usman Awang UU Hamidy Vinc. Kristianto Batuadji Vladimir I. Braginsky W.S. Rendra Wahib Muthalib Wahyu Utomo Wardjito Soeharso Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Weni Suryandari Wiko Antoni Wina Karnie Winarta Adisubrata Wiwik Widayaningtias Yanto le Honzo Yanuar Widodo Yetti A. KA Yohanes Sehandi Yudhis M. Burhanudin Yukio Mishima Yulhasni Yuli Yulia Permata Sari Yurnaldi Yusmar Yusuf Yusri Fajar Yuswinardi Yuval Noah Harari Zaki Zubaidi Zakky Zulhazmi Zawawi Se Zen Rachmat Sugito Zuriati