Kamis, 24 Februari 2011

Esai Bahasa Diamankan

Sunaryono Basuki Ks
http://www.suarakarya-online.com/

Saat menonton berita TV saya terkejut mendengar pewarta mengabarkan bahwa pengungsi korban letusan Merapi “diamankan”. Andaikata saya tidak memahami konteks warta tersebut, saya pasti berkomentar “Oh, alangkah malang nasib pengungsi yang dikejar-kejar wedus gembel itu. Sudah jatuh tertimpa tangga pula.”

Untuk pemirsa seusia saya, ungkapan “diamankan” mengandung makna negatif. Saat penguasa negeri ini dengan gampang menangkap warganya, berdoalah Anda agar tidak sampai “diamankan”, sebab ungkapan tersebut berarti “ditangkap petugas dan dimasukkan ke dalam hotel prodeo.” Dalam konteks letusan Merapi, ternyata para pengungi diangkut ke tempat yang lebih aman. Kalau begitu, Anda pasti dengan suka rela mau diamankan.

Kita lihat bagaimana kita suka memakai eufemisme, ungkapan penghalus. Penjara kita sebut “hotel prodeo”, dan sekarang ini kita temukan nama “lembaga pemasyarakatan” untuk menggantikan “penjara”, dan yang terpenjara disebut “nara pidana”. Lebih halus? Mungkin. Setara pula dengan PSK untuk menggantikan kata “pelacur”.

Sebelumnya, pelacur sudah dihaluskan menjadi “WTS” atau wanita tuna susila, namun belum ada ungkapan penghalus untuk gigolo yang seharusnya menjadi PTS alias Pria Tuna Susila. Di Bali pelacur disebut “nener”, atau anak bandeng.

Entah ada hubungan apa antara anak bandeng dan pelacur. Bali memang menjadi eksportir nener untuak didewasakan menjadi ikan kesukaan banyak orang itu di tempat lain, baik di di Jawa maupun luar negeri, walaupun nener juga didewasakan menjadi bandeng di daerah Gondol, di pantai utara Bali Barat. Di sini malah ada Balai Penelitian Perikanan yang memberi penyuluhan kepada para petani ikan, untuk berbagai masalah perikanan. Dengan penyuluhan ini, mereka mendirikan sentra-sentra produksi untuk baik nener maupun mendewasakannya menjadi banding. Banyak didirikan “home hatchery?” atas petunjuk para ahli dari Balai, bagaimana membangun hatchery yang memenuhi syarat.

Para ahli di Balai juga mengadakan penelitian untuk membudi-dayakan jenis- jenis ikan lain yang hasilnya dapat ditularkan kepada para petani ikan yang modalnya kecil namun besar semangatnya. Sebelumnya, para ahli di Balai mendapat bantuan tenaga ahli dari Jepang, namun sekarang dengan banyaknya ahli dengan gelar doktor , kehadiran tenaga bantu dari Jepang (JICA) nampaknya tak diperlukan lagi.

Pernah seorang teman memprotes ketika menerima surat undangam yang memuat: dan dilanjutkan dengan makan siang” Katanya ungkapan tersebut kurang sopan, seolah yang diundang tak mampu membeli makan buat dirinya sendiri. Menurut dia seharusnya dipakai ungkapan “santap siang”. Lho, bukankah di sekolah kita diajar “unggah-ungguh”, kita orang biasa makan, raja bersantap kalau orang kebanyakan mati atau meninggal, raja mangkat. Padahal, ungkapan meninggal dunia saja sudah cukup “halus” untuk “orang kebanyakan”.

Lho, siapa yang kebanyakan dan bukan kebanyakan? Mungkin hanya di beberapa tempat saja ada pembagian kelas menjadi “kebanyakan” dan “bukan kebanyakan” Di Bali misalnya, ada pembagian “jaba” atau orang-orang diluar puri atau di luar rumah keluarga brahmana, atau “griya”. Untuk berkomunikasi antara kaum “jaba” dan puri dan griya, digunakan bentuk unggah-ungguh tertentu. Ada bentuk sor singgih atau gampangnya bahasa kasar dan bahasa halus. Di antara kaum yang tinggal di puri maupun griya, mereka menggunakan bentuk bahasa tertentu.

Di Jawa pun walau hampir tak ada kaum bangsawan, mereka masih mengenal sor singgih ini. Yang jelas, bila anak muda bicara kepada orang tua di dalam bahasa Jawa, maka dia wajib menggunakan bahasa halus.

Bentuk terikat tuna pun diangkat sebagai bentuk penghalus untuk sejumlah keadaan. Lihat saja KBBI memuat tuna aksara, tuna busana, tuna daksa, tuna ganda untuk cacat mental dan dan fisik, tuna karya, tuna laras untuk cacat suara dan nada, tuna netra, tuna runggu, sebagainya. Seolah mengatakan tuli atau bisu tentang seseorang kurang sopan jadi perlu dicari bentuk yang lebih “sopan”.

Tetapi bentuk bebas tuna memang disenangi banyak orang, baik tuna segar maupun tuna dalam kaleng. Walau ada lomba olah raga bagi tuna daksa, sekitar tahun 1950an saya pernah membaca cerpen berjudul Tanpa Daksa, karya Gde Winnyana, bukan Tuna Daksa. Sayang sekali cerpen Tanpa Daksa tidak dapat saya telusuri keberadaannnya di dalam Bibliografi Karya Sastra Indonesia dalam Majalah susunan Ernst Ulrich Kratz (1988). Maklum saja, seperti diakui Kratz, bukunya kurang lengkap sebab rujukannya yang terbatas.

Kita memang bangsa yang suka membanding-bandingkan. Wedus gembel merupakan hasil membandingkan abu panas yang telah membunuh Mbah Marijan dalam posisi bersujud, langsung meninggal dunia saat bersujud kepada Tuhannya. Penjara juga dibandingkan dengan sebuah hotel yang “prodeo” tak usah bayar, walaupun prodeo juga bermakna “untuk Allah”.

Namun, nampaknya bahasa yang masih hidup memang harus berubah sampai bahasa itu mati seperti bahasa Latin dan bahasa Sansekerta. Ingat saja dimasa kita ini, pernah hidup kata pinjaman dari bahasa Inggris: akselerasi. Namun, belum lagi lewat puluhan tahun kata tersebut sudah menghilang dari peredaran. Kita punya kata “anda” yang bertahan sampai sekarang, bahkan ada yang mengira bahwa “Andika” adalah bentuk betina dari “anda”. Ternyata “Andika” merupakan bentuk sangat hormat untuk “anda”. Begitulah bahasa kita.***

*) Sastrawan tinggal di Singaraja.

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Azis Masyhuri A. Qorib Hidayatullah A.C. Andre Tanama A.S. Laksana Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi WM Abdul Malik Abdurrahman Wahid Abidah El Khalieqy Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Adi Prasetyo Afnan Malay Afrizal Malna Afthonul Afif Aguk Irawan M.N. Agus B. Harianto Agus Himawan Agus Noor Agus R. Sarjono Agus Sri Danardana Agus Sulton Agus Sunyoto Agus Wibowo Ahda Imran Ahmad Fatoni Ahmad Maltup SA Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad Suyudi Ahmad Syubbanuddin Alwy Ahmad Tohari Ahmad Y. Samantho Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhmad Sekhu Akmal Nasery Basral Alex R. Nainggolan Alexander G.B. Almania Rohmah Alunk Estohank Amalia Sulfana Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Aminullah HA Noor Andari Karina Anom Andi Nur Aminah Anes Prabu Sadjarwo Anindita S Thayf Anindita S. Thayf Anitya Wahdini Anton Bae Anton Kurnia Anung Wendyartaka Anwar Nuris Anwari WMK Aprinus Salam APSAS (Apresiasi Sastra) Indonesia Ardus M Sawega Arie MP Tamba Arief Budiman Ariel Heryanto Arif Saifudin Yudistira Arif Zulkifli Arifi Saiman Aris Kurniawan Arman A.Z. Arsyad Indradi Arti Bumi Intaran Ary Wibowo AS Sumbawi Asarpin Asbari N. Krisna Asep Salahudin Asep Sambodja Asti Musman Atep Kurnia Atih Ardiansyah Aulia A Muhammad Awalludin GD Mualif Aziz Abdul Gofar B. Nawangga Putra Badaruddin Amir Bagja Hidayat Bakdi Sumanto Balada Bale Aksara Bambang Agung Bambang Kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bedah Buku Beni Setia Benni Indo Benny Arnas Benny Benke Bentara Budaya Yogyakarta Berita Duka Berita Utama Bernando J Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Bonari Nabonenar Bre Redana Brunel University London Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiman S. Hartoyo Buku Kritik Sastra Bung Tomo Burhanuddin Bella Butet Kartaredjasa Cahyo Junaedy Cak Kandar Caroline Damanik Catatan Cecep Syamsul Hari Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Chavchay Saifullah Cornelius Helmy Herlambang D. Zawawi Imron Dad Murniah Dadang Sunendar Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Dante Alighieri David Krisna Alka Deddy Arsya Dedi Pramono Delvi Yandra Deni Andriana Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dewan Kesenian Lamongan (DKL) Dewey Setiawan Dewi Rina Cahyani Dewi Sri Utami Dian Hartati Diana A.V. Sasa Dianing Widya Yudhistira Dina Jerphanion Djadjat Sudradjat Djasepudin Djoko Pitono Djoko Saryono Dodiek Adyttya Dwiwanto Dody Kristianto Donny Anggoro Donny Syofyan Dony P. Herwanto Dorothea Rosa Herliany Dr Junaidi Dudi Rustandi Dwi Arjanto Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi S. Wibowo Dwicipta Dwijo Maksum E. M. Cioran E. Syahputra Egidius Patnistik Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Hendrawan Sofyan Eko Triono Elisa Dwi Wardani Ellyn Novellin Elokdyah Meswati Emha Ainun Nadjib Endro Yuwanto Eriyanti Erwin Edhi Prasetya Esai Evi Idawati F Dewi Ria Utari F. Dewi Ria Utari Fadlillah Malin Sutan Kayo Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fajar Alayubi Fakhrunnas MA Jabbar Fanani Rahman Faruk HT Fatah Yasin Noor Fatkhul Anas Fazabinal Alim Fazar Muhardi Felix K. Nesi Festival Sastra Gresik Fikri. MS Frans Ekodhanto Fransiskus X. Taolin Franz Kafka Fuad Nawawi Gabriel García Márquez Gde Artawa Geger Riyanto Gendhotwukir Gerakan Surah Buku (GSB) Ging Ginanjar Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gufran A. Ibrahim Gunoto Saparie Gusty Fahik H. Rosihan Anwar H.B. Jassin Hadi Napster Halim HD Halimi Zuhdy Hamdy Salad Hamsad Rangkuti Han Gagas Haris del Hakim Hary B Kori’un Hasan Junus Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Hasyuda Abadi Hawe Setiawan Helvy Tiana Rosa Hendra Makmur Hepi Andi Bastoni Herdiyan Heri KLM Heri Latief Heri Ruslan Herman Hasyim Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Herry Lamongan Heru Emka Hikmat Gumelar Holy Adib Hudan Hidayat Humam S Chudori I Nyoman Darma Putra I Nyoman Suaka I Tito Sianipar Ian Ahong Guruh IBM. Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi IDG Windhu Sancaya Iffah Nur Arifah Ignas Kleden Ignasius S. Roy Tei Seran Ignatius Haryanto Ignatius Liliek Ika Karlina Idris Ilham Khoiri Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indah S. Pratidina Indiar Manggara Indra Tranggono Indrian Koto Insaf Albert Tarigan Ipik Tanoyo Irine Rakhmawati Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Norman Istiqomatul Hayati Iswara N Raditya Iverdixon Tinungki Iwan Gunadi Iwan Nurdaya Djafar Jadid Al Farisy Jakob Sumardjo Jamal D. Rahman Jamrin Abubakar Janual Aidi Javed Paul Syatha Jay Am Jaya Suprana Jean-Paul Sartre JJ. Kusni Joanito De Saojoao Jodhi Yudono John Js Joko Pinurbo Joko Sandur Joni Ariadinata Jual Buku Paket Hemat Junaidi Abdul Munif Jusuf AN Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Katrin Bandel Kedung Darma Romansha Khairul Mufid Jr Ki Panji Kusmin Kingkin Puput Kinanti Kirana Kejora Ko Hyeong Ryeol Koh Young Hun Komarudin Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kritik Sastra Kurniawan Kuswaidi Syafi'ie Lathifa Akmaliyah Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember Lenah Susianty Leon Trotsky Linda Christanty Liza Wahyuninto Lona Olavia Lucia Idayani Luhung Sapto Nugroho Lukman Santoso Az Luky Setyarini Lusiana Indriasari Lutfi Mardiansyah M Syakir M. Faizi M. Fauzi Sukri M. Mustafied M. Yoesoef M.D. Atmaja M.H. Abid M.Harir Muzakki Made Wianta Mahmoud Darwish Mahmud Jauhari Ali Majalah Budaya Jejak Makmur Dimila Malkan Junaidi Maman S Mahayana Manneke Budiman Mardi Luhung Mardiyah Chamim Marhalim Zaini Maria Hartiningsih Mariana Amiruddin Martin Aleida Marwanto Mas Ruscitadewi Masdharmadji Mashuri Masuki M. Astro Media Dunia Sastra Media: Crayon on Paper Mega Vristian Melani Budianta Mezra E Pellondou MG. Sungatno Micky Hidayat Mikael Johani Mikhael Dua Misbahus Surur Moch Arif Makruf Mohamad Fauzi Mohamad Sobary Mohamed Nasser Mohamed Mohammad Takdir Ilahi Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Amin Muhammad Muhibbuddin Muhammad Nanda Fauzan Muhammad Qodari Muhammad Rain Muhammad Subarkah Muhammad Taufiqurrohman Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun AS Muhyidin Mujtahid Munawir Aziz Musa Asy’arie Musa Ismail Musfi Efrizal Mustafa Ismail Mustofa W Hasyim N. Mursidi Nafi’ah Al-Ma’rab Naqib Najah Narudin Pituin Naskah Teater Nasru Alam Aziz Nelson Alwi Neni Ridarineni Nezar Patria Ni Made Purnamasari Ni Putu Rastiti Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Noval Jubbek Novelet Nunung Nurdiah Nur Utami Sari’at Kurniati Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurhadi BW Obrolan Odhy`s Okta Adetya Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Orhan Pamuk Otto Sukatno CR Pablo Neruda Patricia Pawestri PDS H.B. Jassin Pipiet Senja Pramoedya Ananta Toer Pranita Dewi Prosa Proses Kreatif Puisi Puisi Pertemuan Mahasiswa Puji Santosa Pustaka Bergerak PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Setia Putu Wijaya R. Timur Budi Raja Radhar Panca Dahana Rahmah Maulidia Rahmi Hattani Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rambuana Ramzah Dambul Raudal Tanjung Banua Redhitya Wempi Ansori Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Revolusi Ria Febrina Rialita Fithra Asmara Ribut Wijoto Richard Strauss Rida K Liamsi Riduan Situmorang Ridwan Munawwar Galuh Riki Dhamparan Putra Rina Mahfuzah Nst Rinto Andriono Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Rita Zahara Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Roland Barthes Romi Zarman Romo Jansen Boediantono Rosidi Ruslani S Prana Dharmasta S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabine Müller Sabrank Suparno Safitri Ningrum Saiful Amin Ghofur Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Sartika Dian Nuraini Sastra Using Satmoko Budi Santoso Saut Poltak Tambunan Saut Situmorang Sayuri Yosiana Sayyid Madany Syani Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) Sem Purba Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Shiny.ane el’poesya Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sindu Putra Siti Mugi Rahayu Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Slamet Rahardjo Rais Soeprijadi Tomodihardjo Sofyan RH. Zaid Sohifur Ridho’i Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sonya Helen Sinombor Sosiawan Leak Sri Rominah Sri Wintala Achmad St. Sularto STKIP PGRI Ponorogo Subagio Sastrowardoyo Sudarmoko Sudaryono Sudirman Sugeng Satya Dharma Suhadi Sujiwo Tedjo Sukar Suminto A. Sayuti Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Suryadi Suryanto Sastroatmodjo Susilowati Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Sutrisno Buyil Syaifuddin Gani Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Th. Sumartana Theresia Purbandini Tia Setiadi Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto TS Pinang Tu-ngang Iskandar Tulus Wijanarko Udo Z. Karzi Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Urwatul Wustqo Usman Arrumy Usman Awang UU Hamidy Vinc. Kristianto Batuadji Vladimir I. Braginsky W.S. Rendra Wahib Muthalib Wahyu Utomo Wardjito Soeharso Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Weni Suryandari Wiko Antoni Wina Karnie Winarta Adisubrata Wiwik Widayaningtias Yanto le Honzo Yanuar Widodo Yetti A. KA Yohanes Sehandi Yudhis M. Burhanudin Yukio Mishima Yulhasni Yuli Yulia Permata Sari Yurnaldi Yusmar Yusuf Yusri Fajar Yuswinardi Yuval Noah Harari Zaki Zubaidi Zakky Zulhazmi Zawawi Se Zen Rachmat Sugito Zuriati