Selasa, 07 Desember 2010

Yukio Mishima (1925-1970)

Nurel Javissyarqi
http://pustakapujangga.com/2010/02/yukio-mishima-1925-1970/


Sebelum bergentayangan memasuki selubung nasib Yukio Mishima, aku kan meringkas terlebih dulu kisah hayatnya dari buku Sang Samurai yang disusun Agata P. Ranjabar, penerbit Pinus, juli 2009.

Yukio Mishima (1925-1970) lahir di Yotsuya, Shinjuku. Ayahnya Azusa Hiraoka, ibunya Shizue. Masa kanak-kanak dibayangi neneknya Natsu, pengasuh sekaligus pemisahan dari keluarga. Natsu adalah anak tidak sah Matsudaira Yoritaka, Daimyo Shishido di propinsi Hitachi yang tumbuh dalam keluarga pangeran Arisugawa Taruhito. Mishima balik ke pangkuan keluarganya berumur 12 tahun, menulis cerita juga senang karyanya Oscar Wilde, Rilke serta para penulis Jepang klasik.

Sekolah di Peers School 6 tahun, menjadi anggota dewan editorial termuda sastra. Diminta menulis prosa pada Literature The Peers’ House, menyerahkan Hanazaki ni Mori, cerita di mana sang narator menjelaskan nenek moyangnya masih hidup dalam dirinya, dipublikasikan 1944, bernama pena “Mishima Yukio” pemberian gurunya. Ayahnya melarang menulis namun tetap bandel melawan, lulus Universitas Tokyo 1947. Menulis cerpen Misaki nite no Monogatari, 1945.

Januari 1946, mengunjungi Kawabata Yasunari sambil membawa manuskrip Chusei dan Tabako. Menulis novel Tozaku, cerita dua aristokrat mengarah bunuh diri, 1948. Tahun 1949 esainya Kindai Bungaku terbit. Karya dramanya Kabuki dan versi modern drama No. 1952 ke Yunani menghasilkan Shiosai, terbit 1954. Karya Kinkakuji 1956, fiksi terbakarnya candi di Kyoto. Utage no Ato, 1960, muncul sesaat setelah politikus Arita Hachiro mencalonkan gubernur Tokyo, Mishima dituntut ke pengadilan atas invasion of privacy. Karyanya termashur Utsukuushii Hoshi, 1962.

Mishima dinominasikan Nobel Sastra tiga kali, walau tahun 1968 Kawabata terlebih dulu nominatornya memenangkan Nobel. Mishima sadar, kesempatan diraih penulis Jepang dalam waktu dekat menipis. Berhubungan tegas dengan Michiko Shoda (yang nantinya diperistri Kaisar Akihito), Mishima menikahi Toko Sugiyama 1958. Tahun 1967 terdaftar GSDF, setahun kemudian membentuk Tatenokai, pasukan pribadi tersendiri. 10 tahun sisa hidupnya melanjutkan tetralogi Hojo no Umi. Mishima mengarang 40 novel, 18 drama, 20 buku cerpen dan libretto.

Mishima mempersiapkan kematianya dengan keakuratan cemerlang minimal setahun. 25 Nop 1970 waktu 11 siang bersama anggota Tatenokai kepercayaannya; Morita, Chibi Koga, Ogawa, Furu Koga menuju Camp Ichigaya, Pusat Komando Timur Pasukan Bela Diri Jepang di Tokyo, membarikade kantor dan mengikat komandannya. Dengan deklamasi yang sudah dipersiapkan pun kibaran spanduk, kaki Mishima melangkah ke luar balkon pada para prajurit yang berkumpul di bawah. Pidatonya diharap memberi inspirasi kudeta demi mengembalikan kaisar atas posisi selayaknya.

Mishima gagal hanya membuat para prajurit terganggu dan malah dicaci maki. Menyelesaikan pidatonya kembali ke kantor komandan demi melakukan seppuku (harakiri). Yang menjadi kaishakunin ialah Masakatsu Morita, (yang diisukan kekasih Mishima) namun tidak melaksanakan tugas secara tepat, lantas meminta Horoyashu Koga menggantikannya. Morita melakukan seppuku, Koga memenggal lehernya.
John Nathan penulis biografi teman Mishima mengatakan, rencana kudeta hanya kedok ritual bunuh diri Mishima yang telah lama diidamkannya.
***

Mishima; takdir baginya pelaksanaan kata-kata, terucap bersuara mencipta ruhaniah menjelmakan makluk atas perwujudan gerak tidak menghamba sejarah, pun bukan antek filsuf banci pemilik nafasan plin-plan. Kata kerja tidak sekadar cerminan diri keindahan alam raya, keayuan warna menebarkan harum pemahaman melebihi firasat penujum yang sanggup mensugesti batang tubuh pelaksanaan.

Kata tidak beku dalam perpustakaan pula mengendap lusuh di otak peneliti, tetapi melahirkan langkah keberanian tergaris mengasah pedang, keris keluar warangka pamornya menujah kilatan mata-mata tiada dihinggapi kesangsian, hanya keyakinan atau gila tidak mengajukan jawab.

Perbuatan me-makhluk-kan kata bukan bahan kutipan yang berhenti dalam diskusi panjang, tapi mengisi ruang-ruang kosong tanpa penghuni kecuali mental-mental baja. Pram pernah berujar; “kalau takut, jangan jadi pengarang” dan Mishima tidak sekadar pelopor, namun penghancur jiwa-jiwa lembek penjagal watak-watak korup yang terbuai kekuasaan dangkal. Hanya sebab darah, setelah air mata serta keringat keluh kesah mempurnakan kata-kata menjelma sejarah nyata.

Pelajaran pertama niatan kuat berkesungguhan mencipta, meringkus wewaktu longgar menghantam kesambillaluan, lamunan dibasmi dengan gerak jemari tangan kudu lincah melafalkan tafsir kehidupan demi masa diandaikan nyata.

Tiada kamus keberhasilan di tubuh berleha, semua suntuk ke satu titik tujuan. Ibnu Khaldun pernah berkata; “fokus ialah pembakaran terbaik.” Mishima menggerakkan seluruh dinayanya demi masa depan gemilang, tiada gambaran di ubun-ubunnya kesekian seperti elang lapar berkelebat menyabet mangsa, waktu kudu direbut sebelum digondol kekuasaan lupa, terus menjejakkan kaki-kaki keyakinan laksana hujan salju menutupi semesta, berkejaran percepatan lingsirnya matahari melelehkan.

Mishima membakar lemak berolah rasa membathin nenek moyangnya, di sini titisan bermakna perbuatan menggarit tangan takdir hingga curam kejelasan, serupa angin berkendaraan api melalap daun kering melahap hawa bersekutu kobarkan hati mengejawantah, dan hujan tidak perlu dinanti oleh sekali lentikan sukma tiba-tiba deras membanjiri kepercayaan. Kesentausaan hasrat tinggi tidak terbantah ide semu tanpa lapisan filosofis sejati, kehakikian pandang melotot menghujam ke jantung pemahaman, maka sekali mereka pecirit keoklah mentalitas karyanya ludes.

Sekali menghamba walau berpura-pura menggerus pendirian meski tidak kentara, kerja keras berlipat ganda setelahnya, belum sanggup menutupi perasaan sungkan. Maka buanglah sifat mengemis berwajah memeras apalagi memelas, hadapkan rautmu sesangar matahari membakar belantara kecantikan, hisap samudera keilmuan bertapa, lantas melangkahlah keluar dari goa pemahaman yang menaungi selama ini.

Ruapi berair derita sepi luka-luka sunyi, cabikan parang tidak peduli, inilah racikan jamu mujarab kudu dimama guna berbiak menjamur kuping. Meski telinga pada buntu, toh keharuman dari pengorbanan, genggam tangan mata palu memukul meja pengadilan waktu menggebrak hingga poranda mencelat di hadapan hadirin semua, sampai para penyaksi tidak sempat bertepuk tangan.

Jangan biarkan diangkat jasadmu terlalu tinggi atas bumi kesadaran, apakah kawan atau musuh, sebab dapat mematahkan dengkulmu yang telah lama berpayah membatu. Pasrah bukan pilihan tapi kedunguan anak turun kepicikan, tebarkan racun mematikan kemayu, penggal hingga tak mampu tersenyum kecuali mengalirkan darah kurban.

Atau bakar janggut para tetua, bilamana mengelus-elus brewok menganggap bocah kecil bermain di pantai, pula telanjangi politikus di depan kejujuran, jangan beri kesempatan berdandan kebijakan rayu, kemashuran jiwa muda tidak pernah layu, bagi sempat mengatur nafas licik, habislah di tengah jalan.

Ladang kesempatan tidak berarti peluang, bisa jadi penjajakan kemungkinan, yakni kecurigaan patut dihadapkan. Kewaspadaan anak turun keberanian nalar mengolah kalbu kukuhkan magnetik persetubuhan rasa persenggamaan sukma kata, senasib dijalani tak terpuruk ocehan kemabukan. Dungu jika perturutkan waktu percobaan tanpa menyunggi keyakinan pun jika tanpa kendali fikir ibarat orang gila membual di tengah laluan.

Kesadaran menerjemah realitas menafaskan hayat sesehat purna memaklumat tegap terjaga mawas diri. Keberuntungan berasal penjajakan atas penjegalan terlalu, namun terus menghadirkan matahari kepastian, hanya awan keraguan malam kosong tidak berbuah renungan menjadi mangsa.

Maka renggut usiamu sebelum ditelan perubahan, nantinya berkendara putaran bumi di porosnya. Bulan mengikuti fitroh diemban detik memicu ledakan hasrat meringkas perbendaharaan menjelma intuisi berpendaran ke setiap kepala. Cahaya meruang waktu hayati senyum lumatan sungguh percintaan tandas kesejatian berkembang menaburkan benih keimanan.

Gerak kewajiban tidak mangkrak di rak-rak bacaan mengenyangkan nurani, namun limpahan kejayaan madu murni setelah mengunyah, berbaca pentaskan kembara di atas panggung tak peduli sorotan cahaya. Sebab isyarat mumpuni menggelandang naluri terhanyut ke pusaran keyakinan.

December 15, 2009 http://sastra-indonesia.com/2009/12/yukio-mishima-1925-1970/

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Azis Masyhuri A. Qorib Hidayatullah A.C. Andre Tanama A.S. Laksana Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi WM Abdul Malik Abdurrahman Wahid Abidah El Khalieqy Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Adi Prasetyo Afnan Malay Afrizal Malna Afthonul Afif Aguk Irawan M.N. Agus B. Harianto Agus Himawan Agus Noor Agus R. Sarjono Agus Sri Danardana Agus Sulton Agus Sunyoto Agus Wibowo Ahda Imran Ahmad Fatoni Ahmad Maltup SA Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad Suyudi Ahmad Syubbanuddin Alwy Ahmad Tohari Ahmad Y. Samantho Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhmad Sekhu Akmal Nasery Basral Alex R. Nainggolan Alexander G.B. Almania Rohmah Alunk Estohank Amalia Sulfana Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Aminullah HA Noor Andari Karina Anom Andi Nur Aminah Anes Prabu Sadjarwo Anindita S Thayf Anindita S. Thayf Anitya Wahdini Anton Bae Anton Kurnia Anung Wendyartaka Anwar Nuris Anwari WMK Aprinus Salam APSAS (Apresiasi Sastra) Indonesia Ardus M Sawega Arie MP Tamba Arief Budiman Ariel Heryanto Arif Saifudin Yudistira Arif Zulkifli Arifi Saiman Aris Kurniawan Arman A.Z. Arsyad Indradi Arti Bumi Intaran Ary Wibowo AS Sumbawi Asarpin Asbari N. Krisna Asep Salahudin Asep Sambodja Asti Musman Atep Kurnia Atih Ardiansyah Aulia A Muhammad Awalludin GD Mualif Aziz Abdul Gofar B. Nawangga Putra Badaruddin Amir Bagja Hidayat Bakdi Sumanto Balada Bale Aksara Bambang Agung Bambang Kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bedah Buku Beni Setia Benni Indo Benny Arnas Benny Benke Bentara Budaya Yogyakarta Berita Duka Berita Utama Bernando J Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Bonari Nabonenar Bre Redana Brunel University London Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiman S. Hartoyo Buku Kritik Sastra Bung Tomo Burhanuddin Bella Butet Kartaredjasa Cahyo Junaedy Cak Kandar Caroline Damanik Catatan Cecep Syamsul Hari Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Chavchay Saifullah Cornelius Helmy Herlambang D. Zawawi Imron Dad Murniah Dadang Sunendar Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Dante Alighieri David Krisna Alka Deddy Arsya Dedi Pramono Delvi Yandra Deni Andriana Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dewan Kesenian Lamongan (DKL) Dewey Setiawan Dewi Rina Cahyani Dewi Sri Utami Dian Hartati Diana A.V. Sasa Dianing Widya Yudhistira Dina Jerphanion Djadjat Sudradjat Djasepudin Djoko Pitono Djoko Saryono Dodiek Adyttya Dwiwanto Dody Kristianto Donny Anggoro Donny Syofyan Dony P. Herwanto Dorothea Rosa Herliany Dr Junaidi Dudi Rustandi Dwi Arjanto Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi S. Wibowo Dwicipta Dwijo Maksum E. M. Cioran E. Syahputra Egidius Patnistik Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Hendrawan Sofyan Eko Triono Elisa Dwi Wardani Ellyn Novellin Elokdyah Meswati Emha Ainun Nadjib Endro Yuwanto Eriyanti Erwin Edhi Prasetya Esai Evi Idawati F Dewi Ria Utari F. Dewi Ria Utari Fadlillah Malin Sutan Kayo Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fajar Alayubi Fakhrunnas MA Jabbar Fanani Rahman Faruk HT Fatah Yasin Noor Fatkhul Anas Fazabinal Alim Fazar Muhardi Felix K. Nesi Festival Sastra Gresik Fikri. MS Frans Ekodhanto Fransiskus X. Taolin Franz Kafka Fuad Nawawi Gabriel García Márquez Gde Artawa Geger Riyanto Gendhotwukir Gerakan Surah Buku (GSB) Ging Ginanjar Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gufran A. Ibrahim Gunoto Saparie Gusty Fahik H. Rosihan Anwar H.B. Jassin Hadi Napster Halim HD Halimi Zuhdy Hamdy Salad Hamsad Rangkuti Han Gagas Haris del Hakim Hary B Kori’un Hasan Junus Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Hasyuda Abadi Hawe Setiawan Helvy Tiana Rosa Hendra Makmur Hepi Andi Bastoni Herdiyan Heri KLM Heri Latief Heri Ruslan Herman Hasyim Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Herry Lamongan Heru Emka Hikmat Gumelar Holy Adib Hudan Hidayat Humam S Chudori I Nyoman Darma Putra I Nyoman Suaka I Tito Sianipar Ian Ahong Guruh IBM. Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi IDG Windhu Sancaya Iffah Nur Arifah Ignas Kleden Ignasius S. Roy Tei Seran Ignatius Haryanto Ignatius Liliek Ika Karlina Idris Ilham Khoiri Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indah S. Pratidina Indiar Manggara Indra Tranggono Indrian Koto Insaf Albert Tarigan Ipik Tanoyo Irine Rakhmawati Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Norman Istiqomatul Hayati Iswara N Raditya Iverdixon Tinungki Iwan Gunadi Iwan Nurdaya Djafar Jadid Al Farisy Jakob Sumardjo Jamal D. Rahman Jamrin Abubakar Janual Aidi Javed Paul Syatha Jay Am Jaya Suprana Jean-Paul Sartre JJ. Kusni Joanito De Saojoao Jodhi Yudono John Js Joko Pinurbo Joko Sandur Joni Ariadinata Jual Buku Paket Hemat Junaidi Abdul Munif Jusuf AN Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Katrin Bandel Kedung Darma Romansha Khairul Mufid Jr Ki Panji Kusmin Kingkin Puput Kinanti Kirana Kejora Ko Hyeong Ryeol Koh Young Hun Komarudin Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kritik Sastra Kurniawan Kuswaidi Syafi'ie Lathifa Akmaliyah Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember Lenah Susianty Leon Trotsky Linda Christanty Liza Wahyuninto Lona Olavia Lucia Idayani Luhung Sapto Nugroho Lukman Santoso Az Luky Setyarini Lusiana Indriasari Lutfi Mardiansyah M Syakir M. Faizi M. Fauzi Sukri M. Mustafied M. Yoesoef M.D. Atmaja M.H. Abid M.Harir Muzakki Made Wianta Mahmoud Darwish Mahmud Jauhari Ali Majalah Budaya Jejak Makmur Dimila Malkan Junaidi Maman S Mahayana Manneke Budiman Mardi Luhung Mardiyah Chamim Marhalim Zaini Maria Hartiningsih Mariana Amiruddin Martin Aleida Marwanto Mas Ruscitadewi Masdharmadji Mashuri Masuki M. Astro Media Dunia Sastra Media: Crayon on Paper Mega Vristian Melani Budianta Mezra E Pellondou MG. Sungatno Micky Hidayat Mikael Johani Mikhael Dua Misbahus Surur Moch Arif Makruf Mohamad Fauzi Mohamad Sobary Mohamed Nasser Mohamed Mohammad Takdir Ilahi Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Amin Muhammad Muhibbuddin Muhammad Nanda Fauzan Muhammad Qodari Muhammad Rain Muhammad Subarkah Muhammad Taufiqurrohman Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun AS Muhyidin Mujtahid Munawir Aziz Musa Asy’arie Musa Ismail Musfi Efrizal Mustafa Ismail Mustofa W Hasyim N. Mursidi Nafi’ah Al-Ma’rab Naqib Najah Narudin Pituin Naskah Teater Nasru Alam Aziz Nelson Alwi Neni Ridarineni Nezar Patria Ni Made Purnamasari Ni Putu Rastiti Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Noval Jubbek Novelet Nunung Nurdiah Nur Utami Sari’at Kurniati Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurhadi BW Obrolan Odhy`s Okta Adetya Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Orhan Pamuk Otto Sukatno CR Pablo Neruda Patricia Pawestri PDS H.B. Jassin Pipiet Senja Pramoedya Ananta Toer Pranita Dewi Prosa Proses Kreatif Puisi Puisi Pertemuan Mahasiswa Puji Santosa Pustaka Bergerak PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Setia Putu Wijaya R. Timur Budi Raja Radhar Panca Dahana Rahmah Maulidia Rahmi Hattani Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rambuana Ramzah Dambul Raudal Tanjung Banua Redhitya Wempi Ansori Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Revolusi Ria Febrina Rialita Fithra Asmara Ribut Wijoto Richard Strauss Rida K Liamsi Riduan Situmorang Ridwan Munawwar Galuh Riki Dhamparan Putra Rina Mahfuzah Nst Rinto Andriono Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Rita Zahara Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Roland Barthes Romi Zarman Romo Jansen Boediantono Rosidi Ruslani S Prana Dharmasta S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabine Müller Sabrank Suparno Safitri Ningrum Saiful Amin Ghofur Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Sartika Dian Nuraini Sastra Using Satmoko Budi Santoso Saut Poltak Tambunan Saut Situmorang Sayuri Yosiana Sayyid Madany Syani Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) Sem Purba Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Shiny.ane el’poesya Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sindu Putra Siti Mugi Rahayu Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Slamet Rahardjo Rais Soeprijadi Tomodihardjo Sofyan RH. Zaid Sohifur Ridho’i Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sonya Helen Sinombor Sosiawan Leak Sri Rominah Sri Wintala Achmad St. Sularto STKIP PGRI Ponorogo Subagio Sastrowardoyo Sudarmoko Sudaryono Sudirman Sugeng Satya Dharma Suhadi Sujiwo Tedjo Sukar Suminto A. Sayuti Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Suryadi Suryanto Sastroatmodjo Susilowati Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Sutrisno Buyil Syaifuddin Gani Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Th. Sumartana Theresia Purbandini Tia Setiadi Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto TS Pinang Tu-ngang Iskandar Tulus Wijanarko Udo Z. Karzi Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Urwatul Wustqo Usman Arrumy Usman Awang UU Hamidy Vinc. Kristianto Batuadji Vladimir I. Braginsky W.S. Rendra Wahib Muthalib Wahyu Utomo Wardjito Soeharso Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Weni Suryandari Wiko Antoni Wina Karnie Winarta Adisubrata Wiwik Widayaningtias Yanto le Honzo Yanuar Widodo Yetti A. KA Yohanes Sehandi Yudhis M. Burhanudin Yukio Mishima Yulhasni Yuli Yulia Permata Sari Yurnaldi Yusmar Yusuf Yusri Fajar Yuswinardi Yuval Noah Harari Zaki Zubaidi Zakky Zulhazmi Zawawi Se Zen Rachmat Sugito Zuriati