Nurel Javissyarqi
http://pustakapujangga.com/2010/02/yukio-mishima-1925-1970/
Sebelum bergentayangan memasuki selubung nasib Yukio Mishima, aku kan meringkas terlebih dulu kisah hayatnya dari buku Sang Samurai yang disusun Agata P. Ranjabar, penerbit Pinus, juli 2009.
Yukio Mishima (1925-1970) lahir di Yotsuya, Shinjuku. Ayahnya Azusa Hiraoka, ibunya Shizue. Masa kanak-kanak dibayangi neneknya Natsu, pengasuh sekaligus pemisahan dari keluarga. Natsu adalah anak tidak sah Matsudaira Yoritaka, Daimyo Shishido di propinsi Hitachi yang tumbuh dalam keluarga pangeran Arisugawa Taruhito. Mishima balik ke pangkuan keluarganya berumur 12 tahun, menulis cerita juga senang karyanya Oscar Wilde, Rilke serta para penulis Jepang klasik.
Sekolah di Peers School 6 tahun, menjadi anggota dewan editorial termuda sastra. Diminta menulis prosa pada Literature The Peers’ House, menyerahkan Hanazaki ni Mori, cerita di mana sang narator menjelaskan nenek moyangnya masih hidup dalam dirinya, dipublikasikan 1944, bernama pena “Mishima Yukio” pemberian gurunya. Ayahnya melarang menulis namun tetap bandel melawan, lulus Universitas Tokyo 1947. Menulis cerpen Misaki nite no Monogatari, 1945.
Januari 1946, mengunjungi Kawabata Yasunari sambil membawa manuskrip Chusei dan Tabako. Menulis novel Tozaku, cerita dua aristokrat mengarah bunuh diri, 1948. Tahun 1949 esainya Kindai Bungaku terbit. Karya dramanya Kabuki dan versi modern drama No. 1952 ke Yunani menghasilkan Shiosai, terbit 1954. Karya Kinkakuji 1956, fiksi terbakarnya candi di Kyoto. Utage no Ato, 1960, muncul sesaat setelah politikus Arita Hachiro mencalonkan gubernur Tokyo, Mishima dituntut ke pengadilan atas invasion of privacy. Karyanya termashur Utsukuushii Hoshi, 1962.
Mishima dinominasikan Nobel Sastra tiga kali, walau tahun 1968 Kawabata terlebih dulu nominatornya memenangkan Nobel. Mishima sadar, kesempatan diraih penulis Jepang dalam waktu dekat menipis. Berhubungan tegas dengan Michiko Shoda (yang nantinya diperistri Kaisar Akihito), Mishima menikahi Toko Sugiyama 1958. Tahun 1967 terdaftar GSDF, setahun kemudian membentuk Tatenokai, pasukan pribadi tersendiri. 10 tahun sisa hidupnya melanjutkan tetralogi Hojo no Umi. Mishima mengarang 40 novel, 18 drama, 20 buku cerpen dan libretto.
Mishima mempersiapkan kematianya dengan keakuratan cemerlang minimal setahun. 25 Nop 1970 waktu 11 siang bersama anggota Tatenokai kepercayaannya; Morita, Chibi Koga, Ogawa, Furu Koga menuju Camp Ichigaya, Pusat Komando Timur Pasukan Bela Diri Jepang di Tokyo, membarikade kantor dan mengikat komandannya. Dengan deklamasi yang sudah dipersiapkan pun kibaran spanduk, kaki Mishima melangkah ke luar balkon pada para prajurit yang berkumpul di bawah. Pidatonya diharap memberi inspirasi kudeta demi mengembalikan kaisar atas posisi selayaknya.
Mishima gagal hanya membuat para prajurit terganggu dan malah dicaci maki. Menyelesaikan pidatonya kembali ke kantor komandan demi melakukan seppuku (harakiri). Yang menjadi kaishakunin ialah Masakatsu Morita, (yang diisukan kekasih Mishima) namun tidak melaksanakan tugas secara tepat, lantas meminta Horoyashu Koga menggantikannya. Morita melakukan seppuku, Koga memenggal lehernya.
John Nathan penulis biografi teman Mishima mengatakan, rencana kudeta hanya kedok ritual bunuh diri Mishima yang telah lama diidamkannya.
***
Mishima; takdir baginya pelaksanaan kata-kata, terucap bersuara mencipta ruhaniah menjelmakan makluk atas perwujudan gerak tidak menghamba sejarah, pun bukan antek filsuf banci pemilik nafasan plin-plan. Kata kerja tidak sekadar cerminan diri keindahan alam raya, keayuan warna menebarkan harum pemahaman melebihi firasat penujum yang sanggup mensugesti batang tubuh pelaksanaan.
Kata tidak beku dalam perpustakaan pula mengendap lusuh di otak peneliti, tetapi melahirkan langkah keberanian tergaris mengasah pedang, keris keluar warangka pamornya menujah kilatan mata-mata tiada dihinggapi kesangsian, hanya keyakinan atau gila tidak mengajukan jawab.
Perbuatan me-makhluk-kan kata bukan bahan kutipan yang berhenti dalam diskusi panjang, tapi mengisi ruang-ruang kosong tanpa penghuni kecuali mental-mental baja. Pram pernah berujar; “kalau takut, jangan jadi pengarang” dan Mishima tidak sekadar pelopor, namun penghancur jiwa-jiwa lembek penjagal watak-watak korup yang terbuai kekuasaan dangkal. Hanya sebab darah, setelah air mata serta keringat keluh kesah mempurnakan kata-kata menjelma sejarah nyata.
Pelajaran pertama niatan kuat berkesungguhan mencipta, meringkus wewaktu longgar menghantam kesambillaluan, lamunan dibasmi dengan gerak jemari tangan kudu lincah melafalkan tafsir kehidupan demi masa diandaikan nyata.
Tiada kamus keberhasilan di tubuh berleha, semua suntuk ke satu titik tujuan. Ibnu Khaldun pernah berkata; “fokus ialah pembakaran terbaik.” Mishima menggerakkan seluruh dinayanya demi masa depan gemilang, tiada gambaran di ubun-ubunnya kesekian seperti elang lapar berkelebat menyabet mangsa, waktu kudu direbut sebelum digondol kekuasaan lupa, terus menjejakkan kaki-kaki keyakinan laksana hujan salju menutupi semesta, berkejaran percepatan lingsirnya matahari melelehkan.
Mishima membakar lemak berolah rasa membathin nenek moyangnya, di sini titisan bermakna perbuatan menggarit tangan takdir hingga curam kejelasan, serupa angin berkendaraan api melalap daun kering melahap hawa bersekutu kobarkan hati mengejawantah, dan hujan tidak perlu dinanti oleh sekali lentikan sukma tiba-tiba deras membanjiri kepercayaan. Kesentausaan hasrat tinggi tidak terbantah ide semu tanpa lapisan filosofis sejati, kehakikian pandang melotot menghujam ke jantung pemahaman, maka sekali mereka pecirit keoklah mentalitas karyanya ludes.
Sekali menghamba walau berpura-pura menggerus pendirian meski tidak kentara, kerja keras berlipat ganda setelahnya, belum sanggup menutupi perasaan sungkan. Maka buanglah sifat mengemis berwajah memeras apalagi memelas, hadapkan rautmu sesangar matahari membakar belantara kecantikan, hisap samudera keilmuan bertapa, lantas melangkahlah keluar dari goa pemahaman yang menaungi selama ini.
Ruapi berair derita sepi luka-luka sunyi, cabikan parang tidak peduli, inilah racikan jamu mujarab kudu dimama guna berbiak menjamur kuping. Meski telinga pada buntu, toh keharuman dari pengorbanan, genggam tangan mata palu memukul meja pengadilan waktu menggebrak hingga poranda mencelat di hadapan hadirin semua, sampai para penyaksi tidak sempat bertepuk tangan.
Jangan biarkan diangkat jasadmu terlalu tinggi atas bumi kesadaran, apakah kawan atau musuh, sebab dapat mematahkan dengkulmu yang telah lama berpayah membatu. Pasrah bukan pilihan tapi kedunguan anak turun kepicikan, tebarkan racun mematikan kemayu, penggal hingga tak mampu tersenyum kecuali mengalirkan darah kurban.
Atau bakar janggut para tetua, bilamana mengelus-elus brewok menganggap bocah kecil bermain di pantai, pula telanjangi politikus di depan kejujuran, jangan beri kesempatan berdandan kebijakan rayu, kemashuran jiwa muda tidak pernah layu, bagi sempat mengatur nafas licik, habislah di tengah jalan.
Ladang kesempatan tidak berarti peluang, bisa jadi penjajakan kemungkinan, yakni kecurigaan patut dihadapkan. Kewaspadaan anak turun keberanian nalar mengolah kalbu kukuhkan magnetik persetubuhan rasa persenggamaan sukma kata, senasib dijalani tak terpuruk ocehan kemabukan. Dungu jika perturutkan waktu percobaan tanpa menyunggi keyakinan pun jika tanpa kendali fikir ibarat orang gila membual di tengah laluan.
Kesadaran menerjemah realitas menafaskan hayat sesehat purna memaklumat tegap terjaga mawas diri. Keberuntungan berasal penjajakan atas penjegalan terlalu, namun terus menghadirkan matahari kepastian, hanya awan keraguan malam kosong tidak berbuah renungan menjadi mangsa.
Maka renggut usiamu sebelum ditelan perubahan, nantinya berkendara putaran bumi di porosnya. Bulan mengikuti fitroh diemban detik memicu ledakan hasrat meringkas perbendaharaan menjelma intuisi berpendaran ke setiap kepala. Cahaya meruang waktu hayati senyum lumatan sungguh percintaan tandas kesejatian berkembang menaburkan benih keimanan.
Gerak kewajiban tidak mangkrak di rak-rak bacaan mengenyangkan nurani, namun limpahan kejayaan madu murni setelah mengunyah, berbaca pentaskan kembara di atas panggung tak peduli sorotan cahaya. Sebab isyarat mumpuni menggelandang naluri terhanyut ke pusaran keyakinan.
December 15, 2009 http://sastra-indonesia.com/2009/12/yukio-mishima-1925-1970/
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
A Rodhi Murtadho
A. Azis Masyhuri
A. Qorib Hidayatullah
A.C. Andre Tanama
A.S. Laksana
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Hadi WM
Abdul Malik
Abdurrahman Wahid
Abidah El Khalieqy
Acep Iwan Saidi
Acep Zamzam Noor
Adi Prasetyo
Afnan Malay
Afrizal Malna
Afthonul Afif
Aguk Irawan M.N.
Agus B. Harianto
Agus Himawan
Agus Noor
Agus R. Sarjono
Agus Sri Danardana
Agus Sulton
Agus Sunyoto
Agus Wibowo
Ahda Imran
Ahmad Fatoni
Ahmad Maltup SA
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Musthofa Haroen
Ahmad Suyudi
Ahmad Syubbanuddin Alwy
Ahmad Tohari
Ahmad Y. Samantho
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ajip Rosidi
Akhmad Sekhu
Akmal Nasery Basral
Alex R. Nainggolan
Alexander G.B.
Almania Rohmah
Alunk Estohank
Amalia Sulfana
Amien Wangsitalaja
Aming Aminoedhin
Aminullah HA Noor
Andari Karina Anom
Andi Nur Aminah
Anes Prabu Sadjarwo
Anindita S Thayf
Anindita S. Thayf
Anitya Wahdini
Anton Bae
Anton Kurnia
Anung Wendyartaka
Anwar Nuris
Anwari WMK
Aprinus Salam
APSAS (Apresiasi Sastra) Indonesia
Ardus M Sawega
Arie MP Tamba
Arief Budiman
Ariel Heryanto
Arif Saifudin Yudistira
Arif Zulkifli
Arifi Saiman
Aris Kurniawan
Arman A.Z.
Arsyad Indradi
Arti Bumi Intaran
Ary Wibowo
AS Sumbawi
Asarpin
Asbari N. Krisna
Asep Salahudin
Asep Sambodja
Asti Musman
Atep Kurnia
Atih Ardiansyah
Aulia A Muhammad
Awalludin GD Mualif
Aziz Abdul Gofar
B. Nawangga Putra
Badaruddin Amir
Bagja Hidayat
Bakdi Sumanto
Balada
Bale Aksara
Bambang Agung
Bambang Kempling
Bamby Cahyadi
Bandung Mawardi
Bedah Buku
Beni Setia
Benni Indo
Benny Arnas
Benny Benke
Bentara Budaya Yogyakarta
Berita Duka
Berita Utama
Bernando J Sujibto
Berthold Damshauser
Binhad Nurrohmat
Bonari Nabonenar
Bre Redana
Brunel University London
Budi Darma
Budi Hutasuhut
Budi P. Hatees
Budiman S. Hartoyo
Buku Kritik Sastra
Bung Tomo
Burhanuddin Bella
Butet Kartaredjasa
Cahyo Junaedy
Cak Kandar
Caroline Damanik
Catatan
Cecep Syamsul Hari
Cerbung
Cerpen
Chairil Anwar
Chamim Kohari
Chavchay Saifullah
Cornelius Helmy Herlambang
D. Zawawi Imron
Dad Murniah
Dadang Sunendar
Damhuri Muhammad
Damiri Mahmud
Danarto
Daniel Paranamesa
Dante Alighieri
David Krisna Alka
Deddy Arsya
Dedi Pramono
Delvi Yandra
Deni Andriana
Denny Mizhar
Dessy Wahyuni
Dewan Kesenian Lamongan (DKL)
Dewey Setiawan
Dewi Rina Cahyani
Dewi Sri Utami
Dian Hartati
Diana A.V. Sasa
Dianing Widya Yudhistira
Dina Jerphanion
Djadjat Sudradjat
Djasepudin
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Dodiek Adyttya Dwiwanto
Dody Kristianto
Donny Anggoro
Donny Syofyan
Dony P. Herwanto
Dorothea Rosa Herliany
Dr Junaidi
Dudi Rustandi
Dwi Arjanto
Dwi Fitria
Dwi Pranoto
Dwi S. Wibowo
Dwicipta
Dwijo Maksum
E. M. Cioran
E. Syahputra
Egidius Patnistik
Eka Budianta
Eka Kurniawan
Eko Darmoko
Eko Hendrawan Sofyan
Eko Triono
Elisa Dwi Wardani
Ellyn Novellin
Elokdyah Meswati
Emha Ainun Nadjib
Endro Yuwanto
Eriyanti
Erwin Edhi Prasetya
Esai
Evi Idawati
F Dewi Ria Utari
F. Dewi Ria Utari
Fadlillah Malin Sutan Kayo
Fahrudin Nasrulloh
Faisal Kamandobat
Fajar Alayubi
Fakhrunnas MA Jabbar
Fanani Rahman
Faruk HT
Fatah Yasin Noor
Fatkhul Anas
Fazabinal Alim
Fazar Muhardi
Felix K. Nesi
Festival Sastra Gresik
Fikri. MS
Frans Ekodhanto
Fransiskus X. Taolin
Franz Kafka
Fuad Nawawi
Gabriel García Márquez
Gde Artawa
Geger Riyanto
Gendhotwukir
Gerakan Surah Buku (GSB)
Ging Ginanjar
Gita Pratama
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gufran A. Ibrahim
Gunoto Saparie
Gusty Fahik
H. Rosihan Anwar
H.B. Jassin
Hadi Napster
Halim HD
Halimi Zuhdy
Hamdy Salad
Hamsad Rangkuti
Han Gagas
Haris del Hakim
Hary B Kori’un
Hasan Junus
Hasnan Bachtiar
Hasta Indriyana
Hasyuda Abadi
Hawe Setiawan
Helvy Tiana Rosa
Hendra Makmur
Hepi Andi Bastoni
Herdiyan
Heri KLM
Heri Latief
Heri Ruslan
Herman Hasyim
Hermien Y. Kleden
Hernadi Tanzil
Herry Lamongan
Heru Emka
Hikmat Gumelar
Holy Adib
Hudan Hidayat
Humam S Chudori
I Nyoman Darma Putra
I Nyoman Suaka
I Tito Sianipar
Ian Ahong Guruh
IBM. Dharma Palguna
Ibnu Rusydi
Ibnu Wahyudi
IDG Windhu Sancaya
Iffah Nur Arifah
Ignas Kleden
Ignasius S. Roy Tei Seran
Ignatius Haryanto
Ignatius Liliek
Ika Karlina Idris
Ilham Khoiri
Imam Muhtarom
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Rosyid
Imron Tohari
Indah S. Pratidina
Indiar Manggara
Indra Tranggono
Indrian Koto
Insaf Albert Tarigan
Ipik Tanoyo
Irine Rakhmawati
Isbedy Stiawan Z.S.
Iskandar Norman
Istiqomatul Hayati
Iswara N Raditya
Iverdixon Tinungki
Iwan Gunadi
Iwan Nurdaya Djafar
Jadid Al Farisy
Jakob Sumardjo
Jamal D. Rahman
Jamrin Abubakar
Janual Aidi
Javed Paul Syatha
Jay Am
Jaya Suprana
Jean-Paul Sartre
JJ. Kusni
Joanito De Saojoao
Jodhi Yudono
John Js
Joko Pinurbo
Joko Sandur
Joni Ariadinata
Jual Buku Paket Hemat
Junaidi Abdul Munif
Jusuf AN
Karya Lukisan: Andry Deblenk
Kasnadi
Katrin Bandel
Kedung Darma Romansha
Khairul Mufid Jr
Ki Panji Kusmin
Kingkin Puput Kinanti
Kirana Kejora
Ko Hyeong Ryeol
Koh Young Hun
Komarudin
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias
Korrie Layun Rampan
Kritik Sastra
Kurniawan
Kuswaidi Syafi'ie
Lathifa Akmaliyah
Latief S. Nugraha
Leila S. Chudori
Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember
Lenah Susianty
Leon Trotsky
Linda Christanty
Liza Wahyuninto
Lona Olavia
Lucia Idayani
Luhung Sapto Nugroho
Lukman Santoso Az
Luky Setyarini
Lusiana Indriasari
Lutfi Mardiansyah
M Syakir
M. Faizi
M. Fauzi Sukri
M. Mustafied
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
M.H. Abid
M.Harir Muzakki
Made Wianta
Mahmoud Darwish
Mahmud Jauhari Ali
Majalah Budaya Jejak
Makmur Dimila
Malkan Junaidi
Maman S Mahayana
Manneke Budiman
Mardi Luhung
Mardiyah Chamim
Marhalim Zaini
Maria Hartiningsih
Mariana Amiruddin
Martin Aleida
Marwanto
Mas Ruscitadewi
Masdharmadji
Mashuri
Masuki M. Astro
Media Dunia Sastra
Media: Crayon on Paper
Mega Vristian
Melani Budianta
Mezra E Pellondou
MG. Sungatno
Micky Hidayat
Mikael Johani
Mikhael Dua
Misbahus Surur
Moch Arif Makruf
Mohamad Fauzi
Mohamad Sobary
Mohamed Nasser Mohamed
Mohammad Takdir Ilahi
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Amin
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad Nanda Fauzan
Muhammad Qodari
Muhammad Rain
Muhammad Subarkah
Muhammad Taufiqurrohman
Muhammad Yasir
Muhammad Zuriat Fadil
Muhammadun AS
Muhyidin
Mujtahid
Munawir Aziz
Musa Asy’arie
Musa Ismail
Musfi Efrizal
Mustafa Ismail
Mustofa W Hasyim
N. Mursidi
Nafi’ah Al-Ma’rab
Naqib Najah
Narudin Pituin
Naskah Teater
Nasru Alam Aziz
Nelson Alwi
Neni Ridarineni
Nezar Patria
Ni Made Purnamasari
Ni Putu Rastiti
Nirwan Ahmad Arsuka
Nirwan Dewanto
Noval Jubbek
Novelet
Nunung Nurdiah
Nur Utami Sari’at Kurniati
Nurdin Kalim
Nurel Javissyarqi
Nurhadi BW
Obrolan
Odhy`s
Okta Adetya
Orasi Budaya Akhir Tahun 2018
Orhan Pamuk
Otto Sukatno CR
Pablo Neruda
Patricia Pawestri
PDS H.B. Jassin
Pipiet Senja
Pramoedya Ananta Toer
Pranita Dewi
Prosa
Proses Kreatif
Puisi
Puisi Pertemuan Mahasiswa
Puji Santosa
Pustaka Bergerak
PUstaka puJAngga
Putu Fajar Arcana
Putu Setia
Putu Wijaya
R. Timur Budi Raja
Radhar Panca Dahana
Rahmah Maulidia
Rahmi Hattani
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Rambuana
Ramzah Dambul
Raudal Tanjung Banua
Redhitya Wempi Ansori
Reiny Dwinanda
Remy Sylado
Resensi
Revolusi
Ria Febrina
Rialita Fithra Asmara
Ribut Wijoto
Richard Strauss
Rida K Liamsi
Riduan Situmorang
Ridwan Munawwar Galuh
Riki Dhamparan Putra
Rina Mahfuzah Nst
Rinto Andriono
Riris K. Toha-Sarumpaet
Risang Anom Pujayanto
Rita Zahara
Riza Multazam Luthfy
Robin Al Kautsar
Robin Dos Santos Soares
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Roland Barthes
Romi Zarman
Romo Jansen Boediantono
Rosidi
Ruslani
S Prana Dharmasta
S Yoga
S. Jai
S.W. Teofani
Sabine Müller
Sabrank Suparno
Safitri Ningrum
Saiful Amin Ghofur
Sajak
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Samsudin Adlawi
Sapardi Djoko Damono
Sarabunis Mubarok
Sartika Dian Nuraini
Sastra Using
Satmoko Budi Santoso
Saut Poltak Tambunan
Saut Situmorang
Sayuri Yosiana
Sayyid Madany Syani
Sejarah
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
Sem Purba
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Shiny.ane el’poesya
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sindu Putra
Siti Mugi Rahayu
Siti Sa’adah
Siwi Dwi Saputro
Sjifa Amori
Slamet Rahardjo Rais
Soeprijadi Tomodihardjo
Sofyan RH. Zaid
Sohifur Ridho’i
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sonya Helen Sinombor
Sosiawan Leak
Sri Rominah
Sri Wintala Achmad
St. Sularto
STKIP PGRI Ponorogo
Subagio Sastrowardoyo
Sudarmoko
Sudaryono
Sudirman
Sugeng Satya Dharma
Suhadi
Sujiwo Tedjo
Sukar
Suminto A. Sayuti
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sunlie Thomas Alexander
Suryadi
Suryanto Sastroatmodjo
Susilowati
Sutan Iwan Soekri Munaf
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Sutrisno Buyil
Syaifuddin Gani
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Winarsho AS
Tengsoe Tjahjono
Th. Sumartana
Theresia Purbandini
Tia Setiadi
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
TS Pinang
Tu-ngang Iskandar
Tulus Wijanarko
Udo Z. Karzi
Umbu Landu Paranggi
Universitas Indonesia
Urwatul Wustqo
Usman Arrumy
Usman Awang
UU Hamidy
Vinc. Kristianto Batuadji
Vladimir I. Braginsky
W.S. Rendra
Wahib Muthalib
Wahyu Utomo
Wardjito Soeharso
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wayan Sunarta
Weni Suryandari
Wiko Antoni
Wina Karnie
Winarta Adisubrata
Wiwik Widayaningtias
Yanto le Honzo
Yanuar Widodo
Yetti A. KA
Yohanes Sehandi
Yudhis M. Burhanudin
Yukio Mishima
Yulhasni
Yuli
Yulia Permata Sari
Yurnaldi
Yusmar Yusuf
Yusri Fajar
Yuswinardi
Yuval Noah Harari
Zaki Zubaidi
Zakky Zulhazmi
Zawawi Se
Zen Rachmat Sugito
Zuriati
Tidak ada komentar:
Posting Komentar