Jumat, 10 Desember 2010

Menelanjangi Benny Arnas

Ellyn Novellin
http://sastra-indonesia.com/
Judul : Bulan Celurit Api
Penulis : Benny Arnas
Tebal : 130 halaman
Edisi : cetakan I, 140 mm x 210 mm
Oktober 2010
Penerbit : Koekoesan

Ada pikiran menggelitik ketika saya membaca judul buku ini. Bulan Celurit Api, semacam sarkasme yang manis, atau, absurditas yang unik, atau apalah yang bisa mewakili “misteri” dari judul tersebut.

Saya tidak ingin mengunggulkan sang penulis ataupun mengkritisinya. Sebab, selain tidak memiliki teori/kajian/ilmu tentang bagaimana menilai karya, bukan juga karena Benny adalah sahabat saya. Tetapi saya hanya mengungkapkan pendapat sebagai pembaca biasa. Dan pembaca biasa umumnya hanya mengandalkan rasa dalam menikmati sebuah karya.

Gaya tutur narasi yang dihadirkan (sebagian besar berupa puisi liris) dan khas melayu memberi kekuatan tersendiri dari karakter yang dimiliki Benny. Benny menarikan kata seelok gemilau seorang perempuan muda. Pesan lain yang saya baca, Ia berhasil mengangkat “harta terpendam” daerahnya menjadi sesuatu yang tak bisa dibiarkan hilang begitu saja. Nuansa lokal yang merupakan budaya daerah, wajib kita lestarikan.

Di beberapa cerpennya, seperti Percakapan Pengantin, Tukang Cerita, saya mendapati ending “misterius”. Meninggalkan kesan yang tak sudah-sudah. Keliaran Benny saya dapati juga di Malam Rajam, Perkawinan Tanpa kelamin, dan Dua Beranak Temurun. Gojlokan (gurauan)Satire Benny sampaikan dalam Bulan Celurit Api, Percakapan Pengantin, Hari Matinya Ketib Isa, dan Di Larang Meminang Gadis Berkereta Unta. Selain usaha “mendongkrak” pandangan dalam Tentang Perempuan Tua dari Kampunng Bukit Batu yang Mengambil Uang Getah Para dengan Mengendarai Kereta Unta Sejauh Puluhan Kilometer ke Pasar Kecamatan (Duh, Mas Benny.. panjang banget judulnya…), Bujang Kurap, Kembang Tanjung Kelopak Tujuh, dan Sajak-sajak yang Mengantarmu Pulang. Walau saya akui saya tidak bisa memetak-metak (karena memang tak ada pemetakan dalam karya sastra)cerpen mana yang menyajikan konflik sosial, mana yang menyajikan konflik/pergolakan batin, dansebagainya, saya berani mengatakan apa yang saya tulus tersebut di atas, itulah yang saya rasakan.

Sebuah firasat, atau yang lebih sering dikenal dengan insting_Semua orang pernah mengalami itu dan semua orang juga memiliki hal tersebut. Sebuah pertanda akan terjadinya sesuatu sebelum kita mengalaminya. Seperti itulah yang dialami Mak Muna tentang kehidupan zaman sekarang yang (maaf) amburadul ketimbang saat Mak Muna muda dulu. Meski Mak Muna tak menyentuh langsung bagaimana hiruk pikuk dan kegaduhan zaman, tetapi Mak Muna tahu, bahwa polah tingkah anak-anak muda(zaman sekarang) mengkhawatirkan dan rawan terhadap konflik. Sebuah pembelajaran bahwa, modernitas tak harus dilakoni dengan meninggalkan unsur-unsur kebaikan yang dibawa dari masa lalu.

Anda tahu bagaimana kita bisa berkomunikasi dengan menggunakan berbagai cara dan alat? Ya, saya yakin Anda semua menjawab sama, “Ya, saya tahu.” Secara kasat mata memang kita hanya memiliki indera pengucap(lidah_mulut) dan gerak sebagai alat stimulus untuk mendapatkan tanggapan/respon dari yang lain. Kita tahu, bahwa ucapan bisa dilakukan lewat pandangan mata, serta perkataan batiniah atau semacam telepati yang kita “isyaratkan” sebagai bentuk “take and give” dalam berkomunikasi. Dan, hal semacam itu coba diangkat Benny dalam Percakapan Pengantin. Sepasang yang cacat dan miskin yang (tentu saja) mendapat perlakuan yang tidak adil dalam hidupnya(ini bukan gejala, tetapi sudah menjadi tradisi bagi masyarakat saat ini yang lebih berfokus pada pola pandang Independent_Individualitas dalam hidupnya). Seruan untuk mencermati kehidupan sepasang pengantin ini (dan orang-orang yang memiliki nasib serupa dengan mereka)agar tak kita siakan sebelah mata, karena mereka memiliki hak yang sama sebagai manusia dan hamba Tuhan. Berhak mendapatkan kesetaraan perlakuan yang sama dan layak di masyarakat. Sama seperti kita.

Kebersihan hati dan kesabaran yang tangguh adalah senjata yang ampuh dalam menghadapi “kekejaman” dunia. Tentang Perempuan Tua dari Kampunng Bukit Batu yang Mengam bil Uang Getah Para dengan Mengendarai Kereta Unta Sejauh Puluhan Kilometer ke Pasar Kecamatan. Memberi pelajaran, bahwa seberat apapun beban kehidupan, hendaknya kita tak melupakan “radar” yang dititipkan Tuhan dalam hati kita. Tetap menjaga hati dari dendam, kecewa, amarah, dan putus asa. Cerpen yang sangat mendidik.

Bujang Kurap dan Kembang Tanjung Kelopak Tujuh, membuat saya menjadi tahu tentang “pesan daerah” Lubuk Linggau yang tak pernah saya tahu sebelumnya. Benny berhasil mengangkat mitos masyarakat setempat(atau bahkan di luar Lubuk Linggau) dan usaha “melunturkan ketakutan” yang ditanam secara mentradisi oleh masyarakat setempat.

Sampai dimana kita memaknai cinta dan kasih sayang jika hal itu kita maharkan pada terenggut tidaknya keperawanan dari perempuan yang kita gadang menjadi teman hidup. Kesucian tidak terletak dari bagaimana kondisi fisik(maaf, bukannya saya mengamini orang-orang yang sengaja memberikan kesuciannya secara sengaja), tetapi lebih dari bagaimana ikhwal muasal, atau bagaimana penerimaan kita atas apa yang sebenarnya tak bisa kita terima. Bagaimana kita menyikapi sesuatu yang di luar kehendak manusia.

Benny berhasil “plin-plan” dalam Dua Beranak Temurun. Selain itu, dia bisa “mengacau” pikiran pembaca pada saat mengikuti alur ceritanya. Di satu sisi menjadi tokoh A, di sisi lain menjadi tokoh B, dan yang saya sebut “berhasil mengaduk” adalah bagaimana ia mempertemukan dua tokoh dalam suasana “intern” masing-masing penokohan dalam satu tempat, namun tetap bisa menyajikan suasana kedua tokoh sedang “bercakap”. Kontemplasi tentang kehidupan yang dramatis, sebenarnya tak lepas dari lajur-lajur yang kita lalui setiap harinya.

Selebihnya, saya hanya bisa menyarankan Anda, segeralah mendapatkan buku cerdas dan mendidik ini. Banyak hal yang kita temu dan pelajari untuk dijadikan sebagai bahan renungan. Realis yang Surealis,juga, Surealis yang Realis. Cerpen-cerpen yang hebat.

Babat, Desember 2010
*) Peresensi ini sebelumnya memakai nama pena “Lina Kelana” tanah kelahirannya di daerah Babat, Lamongan, Jawa Timur.

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Azis Masyhuri A. Qorib Hidayatullah A.C. Andre Tanama A.S. Laksana Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi WM Abdul Malik Abdurrahman Wahid Abidah El Khalieqy Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Adi Prasetyo Afnan Malay Afrizal Malna Afthonul Afif Aguk Irawan M.N. Agus B. Harianto Agus Himawan Agus Noor Agus R. Sarjono Agus Sri Danardana Agus Sulton Agus Sunyoto Agus Wibowo Ahda Imran Ahmad Fatoni Ahmad Maltup SA Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad Suyudi Ahmad Syubbanuddin Alwy Ahmad Tohari Ahmad Y. Samantho Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhmad Sekhu Akmal Nasery Basral Alex R. Nainggolan Alexander G.B. Almania Rohmah Alunk Estohank Amalia Sulfana Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Aminullah HA Noor Andari Karina Anom Andi Nur Aminah Anes Prabu Sadjarwo Anindita S Thayf Anindita S. Thayf Anitya Wahdini Anton Bae Anton Kurnia Anung Wendyartaka Anwar Nuris Anwari WMK Aprinus Salam APSAS (Apresiasi Sastra) Indonesia Ardus M Sawega Arie MP Tamba Arief Budiman Ariel Heryanto Arif Saifudin Yudistira Arif Zulkifli Arifi Saiman Aris Kurniawan Arman A.Z. Arsyad Indradi Arti Bumi Intaran Ary Wibowo AS Sumbawi Asarpin Asbari N. Krisna Asep Salahudin Asep Sambodja Asti Musman Atep Kurnia Atih Ardiansyah Aulia A Muhammad Awalludin GD Mualif Aziz Abdul Gofar B. Nawangga Putra Badaruddin Amir Bagja Hidayat Bakdi Sumanto Balada Bale Aksara Bambang Agung Bambang Kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bedah Buku Beni Setia Benni Indo Benny Arnas Benny Benke Bentara Budaya Yogyakarta Berita Duka Berita Utama Bernando J Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Bonari Nabonenar Bre Redana Brunel University London Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiman S. Hartoyo Buku Kritik Sastra Bung Tomo Burhanuddin Bella Butet Kartaredjasa Cahyo Junaedy Cak Kandar Caroline Damanik Catatan Cecep Syamsul Hari Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Chavchay Saifullah Cornelius Helmy Herlambang D. Zawawi Imron Dad Murniah Dadang Sunendar Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Dante Alighieri David Krisna Alka Deddy Arsya Dedi Pramono Delvi Yandra Deni Andriana Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dewan Kesenian Lamongan (DKL) Dewey Setiawan Dewi Rina Cahyani Dewi Sri Utami Dian Hartati Diana A.V. Sasa Dianing Widya Yudhistira Dina Jerphanion Djadjat Sudradjat Djasepudin Djoko Pitono Djoko Saryono Dodiek Adyttya Dwiwanto Dody Kristianto Donny Anggoro Donny Syofyan Dony P. Herwanto Dorothea Rosa Herliany Dr Junaidi Dudi Rustandi Dwi Arjanto Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi S. Wibowo Dwicipta Dwijo Maksum E. M. Cioran E. Syahputra Egidius Patnistik Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Hendrawan Sofyan Eko Triono Elisa Dwi Wardani Ellyn Novellin Elokdyah Meswati Emha Ainun Nadjib Endro Yuwanto Eriyanti Erwin Edhi Prasetya Esai Evi Idawati F Dewi Ria Utari F. Dewi Ria Utari Fadlillah Malin Sutan Kayo Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fajar Alayubi Fakhrunnas MA Jabbar Fanani Rahman Faruk HT Fatah Yasin Noor Fatkhul Anas Fazabinal Alim Fazar Muhardi Felix K. Nesi Festival Sastra Gresik Fikri. MS Frans Ekodhanto Fransiskus X. Taolin Franz Kafka Fuad Nawawi Gabriel García Márquez Gde Artawa Geger Riyanto Gendhotwukir Gerakan Surah Buku (GSB) Ging Ginanjar Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gufran A. Ibrahim Gunoto Saparie Gusty Fahik H. Rosihan Anwar H.B. Jassin Hadi Napster Halim HD Halimi Zuhdy Hamdy Salad Hamsad Rangkuti Han Gagas Haris del Hakim Hary B Kori’un Hasan Junus Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Hasyuda Abadi Hawe Setiawan Helvy Tiana Rosa Hendra Makmur Hepi Andi Bastoni Herdiyan Heri KLM Heri Latief Heri Ruslan Herman Hasyim Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Herry Lamongan Heru Emka Hikmat Gumelar Holy Adib Hudan Hidayat Humam S Chudori I Nyoman Darma Putra I Nyoman Suaka I Tito Sianipar Ian Ahong Guruh IBM. Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi IDG Windhu Sancaya Iffah Nur Arifah Ignas Kleden Ignasius S. Roy Tei Seran Ignatius Haryanto Ignatius Liliek Ika Karlina Idris Ilham Khoiri Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indah S. Pratidina Indiar Manggara Indra Tranggono Indrian Koto Insaf Albert Tarigan Ipik Tanoyo Irine Rakhmawati Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Norman Istiqomatul Hayati Iswara N Raditya Iverdixon Tinungki Iwan Gunadi Iwan Nurdaya Djafar Jadid Al Farisy Jakob Sumardjo Jamal D. Rahman Jamrin Abubakar Janual Aidi Javed Paul Syatha Jay Am Jaya Suprana Jean-Paul Sartre JJ. Kusni Joanito De Saojoao Jodhi Yudono John Js Joko Pinurbo Joko Sandur Joni Ariadinata Jual Buku Paket Hemat Junaidi Abdul Munif Jusuf AN Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Katrin Bandel Kedung Darma Romansha Khairul Mufid Jr Ki Panji Kusmin Kingkin Puput Kinanti Kirana Kejora Ko Hyeong Ryeol Koh Young Hun Komarudin Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kritik Sastra Kurniawan Kuswaidi Syafi'ie Lathifa Akmaliyah Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember Lenah Susianty Leon Trotsky Linda Christanty Liza Wahyuninto Lona Olavia Lucia Idayani Luhung Sapto Nugroho Lukman Santoso Az Luky Setyarini Lusiana Indriasari Lutfi Mardiansyah M Syakir M. Faizi M. Fauzi Sukri M. Mustafied M. Yoesoef M.D. Atmaja M.H. Abid M.Harir Muzakki Made Wianta Mahmoud Darwish Mahmud Jauhari Ali Majalah Budaya Jejak Makmur Dimila Malkan Junaidi Maman S Mahayana Manneke Budiman Mardi Luhung Mardiyah Chamim Marhalim Zaini Maria Hartiningsih Mariana Amiruddin Martin Aleida Marwanto Mas Ruscitadewi Masdharmadji Mashuri Masuki M. Astro Media Dunia Sastra Media: Crayon on Paper Mega Vristian Melani Budianta Mezra E Pellondou MG. Sungatno Micky Hidayat Mikael Johani Mikhael Dua Misbahus Surur Moch Arif Makruf Mohamad Fauzi Mohamad Sobary Mohamed Nasser Mohamed Mohammad Takdir Ilahi Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Amin Muhammad Muhibbuddin Muhammad Nanda Fauzan Muhammad Qodari Muhammad Rain Muhammad Subarkah Muhammad Taufiqurrohman Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun AS Muhyidin Mujtahid Munawir Aziz Musa Asy’arie Musa Ismail Musfi Efrizal Mustafa Ismail Mustofa W Hasyim N. Mursidi Nafi’ah Al-Ma’rab Naqib Najah Narudin Pituin Naskah Teater Nasru Alam Aziz Nelson Alwi Neni Ridarineni Nezar Patria Ni Made Purnamasari Ni Putu Rastiti Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Noval Jubbek Novelet Nunung Nurdiah Nur Utami Sari’at Kurniati Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurhadi BW Obrolan Odhy`s Okta Adetya Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Orhan Pamuk Otto Sukatno CR Pablo Neruda Patricia Pawestri PDS H.B. Jassin Pipiet Senja Pramoedya Ananta Toer Pranita Dewi Prosa Proses Kreatif Puisi Puisi Pertemuan Mahasiswa Puji Santosa Pustaka Bergerak PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Setia Putu Wijaya R. Timur Budi Raja Radhar Panca Dahana Rahmah Maulidia Rahmi Hattani Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rambuana Ramzah Dambul Raudal Tanjung Banua Redhitya Wempi Ansori Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Revolusi Ria Febrina Rialita Fithra Asmara Ribut Wijoto Richard Strauss Rida K Liamsi Riduan Situmorang Ridwan Munawwar Galuh Riki Dhamparan Putra Rina Mahfuzah Nst Rinto Andriono Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Rita Zahara Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Roland Barthes Romi Zarman Romo Jansen Boediantono Rosidi Ruslani S Prana Dharmasta S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabine Müller Sabrank Suparno Safitri Ningrum Saiful Amin Ghofur Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Sartika Dian Nuraini Sastra Using Satmoko Budi Santoso Saut Poltak Tambunan Saut Situmorang Sayuri Yosiana Sayyid Madany Syani Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) Sem Purba Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Shiny.ane el’poesya Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sindu Putra Siti Mugi Rahayu Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Slamet Rahardjo Rais Soeprijadi Tomodihardjo Sofyan RH. Zaid Sohifur Ridho’i Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sonya Helen Sinombor Sosiawan Leak Sri Rominah Sri Wintala Achmad St. Sularto STKIP PGRI Ponorogo Subagio Sastrowardoyo Sudarmoko Sudaryono Sudirman Sugeng Satya Dharma Suhadi Sujiwo Tedjo Sukar Suminto A. Sayuti Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Suryadi Suryanto Sastroatmodjo Susilowati Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Sutrisno Buyil Syaifuddin Gani Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Th. Sumartana Theresia Purbandini Tia Setiadi Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto TS Pinang Tu-ngang Iskandar Tulus Wijanarko Udo Z. Karzi Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Urwatul Wustqo Usman Arrumy Usman Awang UU Hamidy Vinc. Kristianto Batuadji Vladimir I. Braginsky W.S. Rendra Wahib Muthalib Wahyu Utomo Wardjito Soeharso Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Weni Suryandari Wiko Antoni Wina Karnie Winarta Adisubrata Wiwik Widayaningtias Yanto le Honzo Yanuar Widodo Yetti A. KA Yohanes Sehandi Yudhis M. Burhanudin Yukio Mishima Yulhasni Yuli Yulia Permata Sari Yurnaldi Yusmar Yusuf Yusri Fajar Yuswinardi Yuval Noah Harari Zaki Zubaidi Zakky Zulhazmi Zawawi Se Zen Rachmat Sugito Zuriati