Senin, 08 November 2010

Kepergian Pramoedya dan Gempuran Budaya Pop

[Pramoedya Ananta Toer, 1925–2006]
Yudhis M. Burhanudin *
http://www.balipost.co.id/

Pramoedya Ananta Toer telah pergi untuk selamanya pada Minggu (30/4) lalu akibat serangan jantung. Dia seorang sastrawan yang cukup produktif dan sempat hidup di empat era berbeda — masa-masa prakemerdekaan, era Orde Lama, era Orde Baru, dan era Reformasi. Tentang Pram, demikian panggilan akrab sastrawan senior ini, sudah ada beberapa catatan khusus mengenai dirinya, dari biografi singkat sampai catatan khusus tentang karya-karyanya.***

SETIDAKNYA Pram sudah menulis sekitar 40 karya — novel, cerita pendek dan tulisan nonfiksi — semasa hidupnya, seperti yang termaktub di halaman terakhir dari novelnya, “Arus Balik”. Semua sudah tahu soal Pram bahwa hampir separo hidupnya ia habiskan sebagai tahanan politik. Sebagian karyanya pernah dibakar oleh Angkatan Darat seperti “Panggil Aku Kartini Saja”, “Wanita Sebelum Kartini” atau “Gadis Pantai”, dengan berbagai alasan sepihak.

Sebagiannya lagi dilarang oleh Jaksa Agung seperti “Bumi Manusia”, “Anak Semua Bangsa”, “Rumah Kaca”, “Memoar Oei Tjoe Tat” atau “Hikayat Siti Mariah”. Akan tetapi, sejak keran kebebasan terbuka atau Reformasi 1998, sebagian besar karya-karyanya yang sebelumnya diharamkan rezim Orde Baru, kemudian diluncurkan ke pasaran.

Saat ini, orang bisa saja mengklaim bahwa publik di dalam dan luar negeri sudah cukup mengenal nama sastrawan yang pernah dinobatkan sebagai kandidat peraih hadiah Nobel dalam bidang kesusastraan ini. Betapa tidak, karya-karyanya sudah diterjemahkan ke dalam hampir 26 bahasa. Terakhir, novel “Gadis Pantai” sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani. Konon pula, orang luar jika ingin mempelajari sosio-budaya Indonesia, mereka masuk melalui pintu novel-novelnya Pram terlebih dahulu sebelum menukik ke sumber-sumber tulisan yang lain.

Selain karya-karyanya yang bicara, top atau populernya Pram di luar misalnya bisa dilihat dari beberapa pengakuan formal, semacam international recognition. Umpamanya, dia beberapa kali mendapat penghargaan dari sejumlah institusi yang ada di luar negeri. Yang masih tercatat dalam benak banyak orang saat ini adalah penghargaan Raymon Magsaysay Award dari Filipina.

Sementara itu, sejumlah institusi lainnya seperti University of Michigan, Madison, AS telah menganugerahinya gelar Doctor of Human Letters, atau penghargaan dari UNESCO Madanjeet Sigh Prze Prize, juga penghargaan Chancellor’s Distinguished Honor Award dari University of California, Berkeley, USA, penghargaan Chevalier de l’Ordere des Arts et des Letters dari kementerian budaya dan komunikasi Prancis, penghargaan Fukuoka Cultural Grand Prize, Jepang serta penghargaan Wertheim Award dari The Wertheim Fundation, Leiden, Belanda.
***

NAMUN, betulkah hal itu sudah menjamin bahwa Pram juga populis, paling tidak, dalam hati generasi sekarang? De facto, Pramoedya tercatat dalam sejarah kesusastraan Indonesia, baik itu sebagai murni pengarang ataupun itu sebagai mantan aktivis Lembaga Kebudayaan Rakyat (Lekra), milik Partai Komunis Indonesia (PKI). Namun, angin perubahan telah mengklarifikasi semua stigma negatif yang telah dibebankan padanya. Terlepas dari sikap dan pendapat pro-kontra di atas, yang patut kita tarik sebagai benang merah sejarah saat ini adalah Pramoedya Ananta Toer, sebagai salah satu sastrawan besar Indonesia, cukup populer di luar, tapi kurang populis di negerinya sendiri.

Kurang populisnya nama Pram saat ini tidak lepas dari situasi dan kondisi bangsa di mana minat baca dan apresiasi karya sastra secara umum merosot hingga ke titik yang sungguh sangat memprihatinkan semua pihak. Bahwa tingkat apresiasi karya sastra (pembacaan) dari generasi muda Indonesia saat ini sangat rendah. Hal itu bisa diukur dari beberapa hal. Pertama, sepinya jumlah pengunjung perpustakaan, kalaupun ada pengunjungnya, maka rak buku di mana karya sastra dan buku-buku kesusastraan lainnya dipajang nyaris tidak disentuh pengunjung.

Kedua, realitas bahwa buku-buku sastra, termasuk karya Pram, di pasaran kurang laku jika dibandingkan buku-buku yang lain. Ketiga, pengajaran sastra di sekolah-sekolah, termasuk universitas, tidak mendorong para siswa dan mahasiswa untuk mengapresiasi lebih jauh karya sastra yang ada. Keempat, penikmat dan pemerhati karya-karya Pram adalah mereka para pesastra — novelis, cerpenis atau penyair dalam batas-batas tertentu. Di samping mereka yang memiliki kedekatan ideologis saja (para aktivis “kiri”) dengan isi karya-karya tersebut serta, dalam skup yang sangat terbatas jumlahnya, mahasiswa sastra dan dosen-dosennya. Sedangkan publik yang lain?

Dari sisi lain, kurang populisnya nama Pram juga tidak bisa dipisahkan dari kenyataan bahwa karya-karyanya merupakan sebentuk refleksi bagaimana anyirnya bau peluh anak manusia yang tergilas dan tertindas zaman. Sementara, karya-karya ini dihadapkan dengan kenyataan terbaru di mana selera pembacaan yang sedang trendi saat ini adalah bacaan-bacaan yang menjurus ke selera “dunia sinetron”. Sementara orang juga tahu bahwa sinetron melulu menjanjikan mimpi-mimpi, sedangkan karya Pram lahir dari rahim pemberontakan eksploitasi manusia atas manusia oleh sebuah sistem yang disebut penjajahan ekonomi dan politik. Bagaimana mungkin kedua kutub itu bisa bertemu dalam satu pilihan bacaan?

Lalu, seberapa populer nama Pram di dalam benak anak-anak muda sekarang yang notabene lebih tertarik dengan bacaan-bacaan (pop) yang paralel dengan selera musik pop di pasaran? Namun, bukan hanya Pram seorang yang agaknya mengalami nasib serupa, bahkan hampir semua sastrawan yang karya-karyanya terkesan berat bagi anak-anak muda sekarang tidak akan digubris walau seberapa pun menariknya cover buku yang ditampilkan oleh karya tersebut.

Akar persoalannya terletak pada gempuran budaya pop yang sangat dahsyat dewasa ini serta anggapan bahwa karya sastra sebagai komoditi kelas kesekian dari misalnya buku-buku non-fiksi (ilmiah). Itulah sebabnya, kadang-kadang ada sastrawan Indonesia yang cukup dikenal oleh publik di luar negeri tapi melarat, menderita, dan tidak dikenal di negerinya sendiri.

*) Yudhis M. Burhanudin, esais tinggal di Denpasar

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Azis Masyhuri A. Qorib Hidayatullah A.C. Andre Tanama A.S. Laksana Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi WM Abdul Malik Abdurrahman Wahid Abidah El Khalieqy Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Adi Prasetyo Afnan Malay Afrizal Malna Afthonul Afif Aguk Irawan M.N. Agus B. Harianto Agus Himawan Agus Noor Agus R. Sarjono Agus Sri Danardana Agus Sulton Agus Sunyoto Agus Wibowo Ahda Imran Ahmad Fatoni Ahmad Maltup SA Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad Suyudi Ahmad Syubbanuddin Alwy Ahmad Tohari Ahmad Y. Samantho Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhmad Sekhu Akmal Nasery Basral Alex R. Nainggolan Alexander G.B. Almania Rohmah Alunk Estohank Amalia Sulfana Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Aminullah HA Noor Andari Karina Anom Andi Nur Aminah Anes Prabu Sadjarwo Anindita S Thayf Anindita S. Thayf Anitya Wahdini Anton Bae Anton Kurnia Anung Wendyartaka Anwar Nuris Anwari WMK Aprinus Salam APSAS (Apresiasi Sastra) Indonesia Ardus M Sawega Arie MP Tamba Arief Budiman Ariel Heryanto Arif Saifudin Yudistira Arif Zulkifli Arifi Saiman Aris Kurniawan Arman A.Z. Arsyad Indradi Arti Bumi Intaran Ary Wibowo AS Sumbawi Asarpin Asbari N. Krisna Asep Salahudin Asep Sambodja Asti Musman Atep Kurnia Atih Ardiansyah Aulia A Muhammad Awalludin GD Mualif Aziz Abdul Gofar B. Nawangga Putra Badaruddin Amir Bagja Hidayat Bakdi Sumanto Balada Bale Aksara Bambang Agung Bambang Kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bedah Buku Beni Setia Benni Indo Benny Arnas Benny Benke Bentara Budaya Yogyakarta Berita Duka Berita Utama Bernando J Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Bonari Nabonenar Bre Redana Brunel University London Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiman S. Hartoyo Buku Kritik Sastra Bung Tomo Burhanuddin Bella Butet Kartaredjasa Cahyo Junaedy Cak Kandar Caroline Damanik Catatan Cecep Syamsul Hari Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Chavchay Saifullah Cornelius Helmy Herlambang D. Zawawi Imron Dad Murniah Dadang Sunendar Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Dante Alighieri David Krisna Alka Deddy Arsya Dedi Pramono Delvi Yandra Deni Andriana Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dewan Kesenian Lamongan (DKL) Dewey Setiawan Dewi Rina Cahyani Dewi Sri Utami Dian Hartati Diana A.V. Sasa Dianing Widya Yudhistira Dina Jerphanion Djadjat Sudradjat Djasepudin Djoko Pitono Djoko Saryono Dodiek Adyttya Dwiwanto Dody Kristianto Donny Anggoro Donny Syofyan Dony P. Herwanto Dorothea Rosa Herliany Dr Junaidi Dudi Rustandi Dwi Arjanto Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi S. Wibowo Dwicipta Dwijo Maksum E. M. Cioran E. Syahputra Egidius Patnistik Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Hendrawan Sofyan Eko Triono Elisa Dwi Wardani Ellyn Novellin Elokdyah Meswati Emha Ainun Nadjib Endro Yuwanto Eriyanti Erwin Edhi Prasetya Esai Evi Idawati F Dewi Ria Utari F. Dewi Ria Utari Fadlillah Malin Sutan Kayo Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fajar Alayubi Fakhrunnas MA Jabbar Fanani Rahman Faruk HT Fatah Yasin Noor Fatkhul Anas Fazabinal Alim Fazar Muhardi Felix K. Nesi Festival Sastra Gresik Fikri. MS Frans Ekodhanto Fransiskus X. Taolin Franz Kafka Fuad Nawawi Gabriel García Márquez Gde Artawa Geger Riyanto Gendhotwukir Gerakan Surah Buku (GSB) Ging Ginanjar Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gufran A. Ibrahim Gunoto Saparie Gusty Fahik H. Rosihan Anwar H.B. Jassin Hadi Napster Halim HD Halimi Zuhdy Hamdy Salad Hamsad Rangkuti Han Gagas Haris del Hakim Hary B Kori’un Hasan Junus Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Hasyuda Abadi Hawe Setiawan Helvy Tiana Rosa Hendra Makmur Hepi Andi Bastoni Herdiyan Heri KLM Heri Latief Heri Ruslan Herman Hasyim Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Herry Lamongan Heru Emka Hikmat Gumelar Holy Adib Hudan Hidayat Humam S Chudori I Nyoman Darma Putra I Nyoman Suaka I Tito Sianipar Ian Ahong Guruh IBM. Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi IDG Windhu Sancaya Iffah Nur Arifah Ignas Kleden Ignasius S. Roy Tei Seran Ignatius Haryanto Ignatius Liliek Ika Karlina Idris Ilham Khoiri Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indah S. Pratidina Indiar Manggara Indra Tranggono Indrian Koto Insaf Albert Tarigan Ipik Tanoyo Irine Rakhmawati Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Norman Istiqomatul Hayati Iswara N Raditya Iverdixon Tinungki Iwan Gunadi Iwan Nurdaya Djafar Jadid Al Farisy Jakob Sumardjo Jamal D. Rahman Jamrin Abubakar Janual Aidi Javed Paul Syatha Jay Am Jaya Suprana Jean-Paul Sartre JJ. Kusni Joanito De Saojoao Jodhi Yudono John Js Joko Pinurbo Joko Sandur Joni Ariadinata Jual Buku Paket Hemat Junaidi Abdul Munif Jusuf AN Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Katrin Bandel Kedung Darma Romansha Khairul Mufid Jr Ki Panji Kusmin Kingkin Puput Kinanti Kirana Kejora Ko Hyeong Ryeol Koh Young Hun Komarudin Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kritik Sastra Kurniawan Kuswaidi Syafi'ie Lathifa Akmaliyah Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember Lenah Susianty Leon Trotsky Linda Christanty Liza Wahyuninto Lona Olavia Lucia Idayani Luhung Sapto Nugroho Lukman Santoso Az Luky Setyarini Lusiana Indriasari Lutfi Mardiansyah M Syakir M. Faizi M. Fauzi Sukri M. Mustafied M. Yoesoef M.D. Atmaja M.H. Abid M.Harir Muzakki Made Wianta Mahmoud Darwish Mahmud Jauhari Ali Majalah Budaya Jejak Makmur Dimila Malkan Junaidi Maman S Mahayana Manneke Budiman Mardi Luhung Mardiyah Chamim Marhalim Zaini Maria Hartiningsih Mariana Amiruddin Martin Aleida Marwanto Mas Ruscitadewi Masdharmadji Mashuri Masuki M. Astro Media Dunia Sastra Media: Crayon on Paper Mega Vristian Melani Budianta Mezra E Pellondou MG. Sungatno Micky Hidayat Mikael Johani Mikhael Dua Misbahus Surur Moch Arif Makruf Mohamad Fauzi Mohamad Sobary Mohamed Nasser Mohamed Mohammad Takdir Ilahi Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Amin Muhammad Muhibbuddin Muhammad Nanda Fauzan Muhammad Qodari Muhammad Rain Muhammad Subarkah Muhammad Taufiqurrohman Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun AS Muhyidin Mujtahid Munawir Aziz Musa Asy’arie Musa Ismail Musfi Efrizal Mustafa Ismail Mustofa W Hasyim N. Mursidi Nafi’ah Al-Ma’rab Naqib Najah Narudin Pituin Naskah Teater Nasru Alam Aziz Nelson Alwi Neni Ridarineni Nezar Patria Ni Made Purnamasari Ni Putu Rastiti Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Noval Jubbek Novelet Nunung Nurdiah Nur Utami Sari’at Kurniati Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurhadi BW Obrolan Odhy`s Okta Adetya Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Orhan Pamuk Otto Sukatno CR Pablo Neruda Patricia Pawestri PDS H.B. Jassin Pipiet Senja Pramoedya Ananta Toer Pranita Dewi Prosa Proses Kreatif Puisi Puisi Pertemuan Mahasiswa Puji Santosa Pustaka Bergerak PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Setia Putu Wijaya R. Timur Budi Raja Radhar Panca Dahana Rahmah Maulidia Rahmi Hattani Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rambuana Ramzah Dambul Raudal Tanjung Banua Redhitya Wempi Ansori Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Revolusi Ria Febrina Rialita Fithra Asmara Ribut Wijoto Richard Strauss Rida K Liamsi Riduan Situmorang Ridwan Munawwar Galuh Riki Dhamparan Putra Rina Mahfuzah Nst Rinto Andriono Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Rita Zahara Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Roland Barthes Romi Zarman Romo Jansen Boediantono Rosidi Ruslani S Prana Dharmasta S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabine Müller Sabrank Suparno Safitri Ningrum Saiful Amin Ghofur Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Sartika Dian Nuraini Sastra Using Satmoko Budi Santoso Saut Poltak Tambunan Saut Situmorang Sayuri Yosiana Sayyid Madany Syani Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) Sem Purba Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Shiny.ane el’poesya Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sindu Putra Siti Mugi Rahayu Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Slamet Rahardjo Rais Soeprijadi Tomodihardjo Sofyan RH. Zaid Sohifur Ridho’i Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sonya Helen Sinombor Sosiawan Leak Sri Rominah Sri Wintala Achmad St. Sularto STKIP PGRI Ponorogo Subagio Sastrowardoyo Sudarmoko Sudaryono Sudirman Sugeng Satya Dharma Suhadi Sujiwo Tedjo Sukar Suminto A. Sayuti Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Suryadi Suryanto Sastroatmodjo Susilowati Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Sutrisno Buyil Syaifuddin Gani Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Th. Sumartana Theresia Purbandini Tia Setiadi Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto TS Pinang Tu-ngang Iskandar Tulus Wijanarko Udo Z. Karzi Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Urwatul Wustqo Usman Arrumy Usman Awang UU Hamidy Vinc. Kristianto Batuadji Vladimir I. Braginsky W.S. Rendra Wahib Muthalib Wahyu Utomo Wardjito Soeharso Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Weni Suryandari Wiko Antoni Wina Karnie Winarta Adisubrata Wiwik Widayaningtias Yanto le Honzo Yanuar Widodo Yetti A. KA Yohanes Sehandi Yudhis M. Burhanudin Yukio Mishima Yulhasni Yuli Yulia Permata Sari Yurnaldi Yusmar Yusuf Yusri Fajar Yuswinardi Yuval Noah Harari Zaki Zubaidi Zakky Zulhazmi Zawawi Se Zen Rachmat Sugito Zuriati