Minggu, 06 Juni 2010

Masa Depan Sastra Indonesia

Beni Setia*
http://www.lampungpost.com/

RABU petang (7-1), seorang kawan mengirim SMS lolongan untuk satu prosesi (bakal) penguburan. “Turut berduka cita atas makin terpuruknya kehidupan Sastra di Indonesia. Setelah koran MI menghapus sastra dari jiwanya, sekarang giliran R”–perbaikan ejaan dan penyingkatan nama oleh penulis. Dan sampai malam, saya tidak tahu harus bagaimana menjawab tohokan itu.

Baru di pagi hari saya memutuskan meneruskan pesan itu, dan mendapat umpan balik yang lebih mengagetkan. Teks-teks yang membimbing pada kesimpulan ironik: Sastra Indonesia mengalami set back, kembali ke era Amir Hamzah–ditulis sebagai pilihan sunyi identitas rahasia setelah selama ini si bersangkutan lebih dikenal sebagai insinyur, dokter, guru, wartawan, politikus, pejuang kemerdekaan atau apa saja yang di ruang publik kelihatan necis, berkelas, dan terhormat. Zaman di mana penyair murni macam Chairil Anwar kelihatan aneh, suka numpang tidur, banyak ngutang di warung dan numpang makan di rumah pacar, banyak merokok–dibeli eceran dari honorarium puisi–dan mencuri buku.

Apakah sastrawan murni akan mengalami masa surut, jadi yang batuk-batuk dan berhalesduk seperti ikon seniman dramatron televisi 70-an. Sekaligus, apa penyebab dari beberapa koran mempertimbangkan kehadiran rubrik sastra.

Ini terkait dengan fakta: edisi Minggu koran S di Jawa Timur, mulai Maret 2008 (?) mem-push resensi buku ke rubrik sastra, sehingga satu halaman harus dibagi dua, sebelum kemudian menghapus keduanya. Atau suplemen budaya 4 halaman tiap Sabtu koran PR di Jawa Barat sejak November 2008 hanya terbit dua minggu sekali dan dengan teks sastra yang siap digusur iklan yang masuk di limit deadline cetak.
***

Booming industri pers, terutama koran, dipicu gairah berpendapat dan mengkritik sebagai bagian dari kebebasan berekspresi di satu sisi, dan kemudahan menerbitkan koran karena Departemen Penerangan dan izin formal untuk usaha penerbitan dihilangkan. Penerbitan koran kini memasuki era pasar bebas, mengikuti sorga liberalisme.

Sebab itu, tiap penerbitan koran menjadi tergantung pada hukum ekonomi, di mana seluruh investasi ditoleransi selama sesuai dengan jadwal dan rencana pencapaian BEP–dan diikuti maraknya laba. Kalau investasi melebihi plafon terencana atau BEP tak sesuai jadwal, penerbitan itu harus dihentikan sebelum kerugian makin besar.

Sepuluh tahun terakhir kita melihat koran, tabloid, dan majalah yang diterbitkan oleh kelompok usaha pers besar tak terbit lagi karena alasan manajemen semacam itu. Tinggallah produk inti, yang sekuat tenaga dipertahankan dengan mempertimbangkan efek lain dari terbitan berkala yang berkorelasi dengan kehadiran pelanggan–pihak ketiga yang membelanjakan uangnya untuk promosi.

Iklan nyawa industri pers, bukan pelanggan yang diberi informasi dan analisis berita, meski kuantitas eksistensi totalnya dijadikan bargaining of position pada pihak pengiklan. Tak heran kalau ada redaktur budaya yang digeser karena ia ngotot minta halaman sastra tidak dikalahkan kebutuhan menampilkan iklan mendadak. Tak heran bila satu, setengah, atau seperempat halaman iklan lebih berharga dari puisi, cerpen atau esei.

Koran adalah industri. Majalah adalah industri. Satu per empat halaman beriklan lebih mendatangkan untung ketimbang sepersepuluh halaman puisi yang si penulisnya harus dihonorin. Mungkin akan menarik bila satu halaman budaya itu merupakan wujud CSR dari usaha penerbitan pers yang menangguk untung dari iklan di halaman lain–atau punya diversifikasi bisnis non-koran yang menguntungkan. Tapi bagaimana kuat dan tingginya tekad CSR budaya itu, pendekatannya selalu jangka panjang dan rubrik sastra pun dikalahkan iklan bisnis otomotif, properti dan kampanye partai sehalaman. Kini ditambah keuangan dunia yang lesu, ekspor yang merosot, pabrik yang hanya memanaskan mesinnya, harga kertas dan penunjang cetak yang tinggi, dan ekonomi rakyat yang kolaps yang menyebabkan halaman sastra dikorbankan demi iklan politik yang akan menggila 4–8 bulan ini.

Untungnya, kematian rubrik sastra MI tidak murni disebabkan berebut halaman dengan iklan, tapi lebih oleh dampak tak langsung dari polemik di antara Boemipoetra dengan TUK c.q. Utan Kayu International Literary Biennale 2007. Ketika itu ada opini yang menyerang TUK dan Biennale di MI, yang terbit dengan persetujuan si redaktur sastra MI, sementara M TV (anak perusahaan holding company yang menaungi MI) menjadi media partner Biennale.
***

Bisa dikatakan rubrik sastra MI jadi korban malpraktek–menyangkut masalah etika bisnis–sedangkan S, PR, dan R lebih karena pertimbangan instink (animalistic) bisnis yang menempatkan CSR sastra pada prioritas ekor bila potensi buat menangguk iklan di depan mata. Sastra direduksi kebutuhan meladeni belanja politik partai, calon anggota Dewan dan presiden pada 8 bulan ini–ada peraturan resmi ihwal pemerataan penayangan iklan politik.

Ini wajar bisnistikal. Yang abnormal justru fenomena sastra Indonesia yang selalu menumpang hidup pada kerangka dasar industri pers Indonesia. Ada masa Horison hidup dari tunjangan industri pers Indonesia, kini Horison hidup dari langganan (subsidional) Dindiknas dan Depag. Mungkin setengah tahunan lagi sastra Indonesia berdenyut oleh CSR industri pers Indonesia, koran terutama. Apa tak ada alternatif?

Jawabannya mungkin kita harus melirik dunia maya internet. Sastrawan mandiri mempublikasikan karyanya dalam blog pribadi dan dapat fee dari biaya download teks dari provider. Mungkin juga butuh manajer yang mampu mendatangkan iklan di blog dan dapat bayaran sesuai seberapa sering dan seberapa lama blog diklik. Kalau tidak, ya menunggu hibah CSR koran, sekian persen dari iklan.

Selain subsidi karya seperti anugrah KLA atau Pena Kencana itu. Meski Pena Kencana kini dengan rasionalisasi, sebab honorarium 100 puisi a Rp500 ribu menyebabkan biaya produksi antologi puisi lebih mahal dari antologi cerpen yang hanya 20 cerpen a Rp1 juta. Logika bisnis main, dan bukannya penurunan kualitas puisi seperti kata Linda Christanty.

Sastra sedang ditekuk pertimbangan bisnis. Sastra sedang dibunuh oleh etos abad XX, padahal awal kebangkitan humanistik dunia, cq renaisans Eropa, diawali, dan dirintis melalui sastra Yunani. Sebel!

*) Lahir di Bandung, 1954. Menulis cerpen, puisi, serta esai sosial-budaya baik dalam bahasa Indonesia maupun bahasa Sunda.

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Azis Masyhuri A. Qorib Hidayatullah A.C. Andre Tanama A.S. Laksana Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi WM Abdul Malik Abdurrahman Wahid Abidah El Khalieqy Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Adi Prasetyo Afnan Malay Afrizal Malna Afthonul Afif Aguk Irawan M.N. Agus B. Harianto Agus Himawan Agus Noor Agus R. Sarjono Agus Sri Danardana Agus Sulton Agus Sunyoto Agus Wibowo Ahda Imran Ahmad Fatoni Ahmad Maltup SA Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad Suyudi Ahmad Syubbanuddin Alwy Ahmad Tohari Ahmad Y. Samantho Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhmad Sekhu Akmal Nasery Basral Alex R. Nainggolan Alexander G.B. Almania Rohmah Alunk Estohank Amalia Sulfana Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Aminullah HA Noor Andari Karina Anom Andi Nur Aminah Anes Prabu Sadjarwo Anindita S Thayf Anindita S. Thayf Anitya Wahdini Anton Bae Anton Kurnia Anung Wendyartaka Anwar Nuris Anwari WMK Aprinus Salam APSAS (Apresiasi Sastra) Indonesia Ardus M Sawega Arie MP Tamba Arief Budiman Ariel Heryanto Arif Saifudin Yudistira Arif Zulkifli Arifi Saiman Aris Kurniawan Arman A.Z. Arsyad Indradi Arti Bumi Intaran Ary Wibowo AS Sumbawi Asarpin Asbari N. Krisna Asep Salahudin Asep Sambodja Asti Musman Atep Kurnia Atih Ardiansyah Aulia A Muhammad Awalludin GD Mualif Aziz Abdul Gofar B. Nawangga Putra Badaruddin Amir Bagja Hidayat Bakdi Sumanto Balada Bale Aksara Bambang Agung Bambang Kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bedah Buku Beni Setia Benni Indo Benny Arnas Benny Benke Bentara Budaya Yogyakarta Berita Duka Berita Utama Bernando J Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Bonari Nabonenar Bre Redana Brunel University London Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiman S. Hartoyo Buku Kritik Sastra Bung Tomo Burhanuddin Bella Butet Kartaredjasa Cahyo Junaedy Cak Kandar Caroline Damanik Catatan Cecep Syamsul Hari Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Chavchay Saifullah Cornelius Helmy Herlambang D. Zawawi Imron Dad Murniah Dadang Sunendar Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Dante Alighieri David Krisna Alka Deddy Arsya Dedi Pramono Delvi Yandra Deni Andriana Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dewan Kesenian Lamongan (DKL) Dewey Setiawan Dewi Rina Cahyani Dewi Sri Utami Dian Hartati Diana A.V. Sasa Dianing Widya Yudhistira Dina Jerphanion Djadjat Sudradjat Djasepudin Djoko Pitono Djoko Saryono Dodiek Adyttya Dwiwanto Dody Kristianto Donny Anggoro Donny Syofyan Dony P. Herwanto Dorothea Rosa Herliany Dr Junaidi Dudi Rustandi Dwi Arjanto Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi S. Wibowo Dwicipta Dwijo Maksum E. M. Cioran E. Syahputra Egidius Patnistik Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Hendrawan Sofyan Eko Triono Elisa Dwi Wardani Ellyn Novellin Elokdyah Meswati Emha Ainun Nadjib Endro Yuwanto Eriyanti Erwin Edhi Prasetya Esai Evi Idawati F Dewi Ria Utari F. Dewi Ria Utari Fadlillah Malin Sutan Kayo Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fajar Alayubi Fakhrunnas MA Jabbar Fanani Rahman Faruk HT Fatah Yasin Noor Fatkhul Anas Fazabinal Alim Fazar Muhardi Felix K. Nesi Festival Sastra Gresik Fikri. MS Frans Ekodhanto Fransiskus X. Taolin Franz Kafka Fuad Nawawi Gabriel García Márquez Gde Artawa Geger Riyanto Gendhotwukir Gerakan Surah Buku (GSB) Ging Ginanjar Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gufran A. Ibrahim Gunoto Saparie Gusty Fahik H. Rosihan Anwar H.B. Jassin Hadi Napster Halim HD Halimi Zuhdy Hamdy Salad Hamsad Rangkuti Han Gagas Haris del Hakim Hary B Kori’un Hasan Junus Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Hasyuda Abadi Hawe Setiawan Helvy Tiana Rosa Hendra Makmur Hepi Andi Bastoni Herdiyan Heri KLM Heri Latief Heri Ruslan Herman Hasyim Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Herry Lamongan Heru Emka Hikmat Gumelar Holy Adib Hudan Hidayat Humam S Chudori I Nyoman Darma Putra I Nyoman Suaka I Tito Sianipar Ian Ahong Guruh IBM. Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi IDG Windhu Sancaya Iffah Nur Arifah Ignas Kleden Ignasius S. Roy Tei Seran Ignatius Haryanto Ignatius Liliek Ika Karlina Idris Ilham Khoiri Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indah S. Pratidina Indiar Manggara Indra Tranggono Indrian Koto Insaf Albert Tarigan Ipik Tanoyo Irine Rakhmawati Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Norman Istiqomatul Hayati Iswara N Raditya Iverdixon Tinungki Iwan Gunadi Iwan Nurdaya Djafar Jadid Al Farisy Jakob Sumardjo Jamal D. Rahman Jamrin Abubakar Janual Aidi Javed Paul Syatha Jay Am Jaya Suprana Jean-Paul Sartre JJ. Kusni Joanito De Saojoao Jodhi Yudono John Js Joko Pinurbo Joko Sandur Joni Ariadinata Jual Buku Paket Hemat Junaidi Abdul Munif Jusuf AN Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Katrin Bandel Kedung Darma Romansha Khairul Mufid Jr Ki Panji Kusmin Kingkin Puput Kinanti Kirana Kejora Ko Hyeong Ryeol Koh Young Hun Komarudin Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kritik Sastra Kurniawan Kuswaidi Syafi'ie Lathifa Akmaliyah Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember Lenah Susianty Leon Trotsky Linda Christanty Liza Wahyuninto Lona Olavia Lucia Idayani Luhung Sapto Nugroho Lukman Santoso Az Luky Setyarini Lusiana Indriasari Lutfi Mardiansyah M Syakir M. Faizi M. Fauzi Sukri M. Mustafied M. Yoesoef M.D. Atmaja M.H. Abid M.Harir Muzakki Made Wianta Mahmoud Darwish Mahmud Jauhari Ali Majalah Budaya Jejak Makmur Dimila Malkan Junaidi Maman S Mahayana Manneke Budiman Mardi Luhung Mardiyah Chamim Marhalim Zaini Maria Hartiningsih Mariana Amiruddin Martin Aleida Marwanto Mas Ruscitadewi Masdharmadji Mashuri Masuki M. Astro Media Dunia Sastra Media: Crayon on Paper Mega Vristian Melani Budianta Mezra E Pellondou MG. Sungatno Micky Hidayat Mikael Johani Mikhael Dua Misbahus Surur Moch Arif Makruf Mohamad Fauzi Mohamad Sobary Mohamed Nasser Mohamed Mohammad Takdir Ilahi Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Amin Muhammad Muhibbuddin Muhammad Nanda Fauzan Muhammad Qodari Muhammad Rain Muhammad Subarkah Muhammad Taufiqurrohman Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun AS Muhyidin Mujtahid Munawir Aziz Musa Asy’arie Musa Ismail Musfi Efrizal Mustafa Ismail Mustofa W Hasyim N. Mursidi Nafi’ah Al-Ma’rab Naqib Najah Narudin Pituin Naskah Teater Nasru Alam Aziz Nelson Alwi Neni Ridarineni Nezar Patria Ni Made Purnamasari Ni Putu Rastiti Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Noval Jubbek Novelet Nunung Nurdiah Nur Utami Sari’at Kurniati Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurhadi BW Obrolan Odhy`s Okta Adetya Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Orhan Pamuk Otto Sukatno CR Pablo Neruda Patricia Pawestri PDS H.B. Jassin Pipiet Senja Pramoedya Ananta Toer Pranita Dewi Prosa Proses Kreatif Puisi Puisi Pertemuan Mahasiswa Puji Santosa Pustaka Bergerak PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Setia Putu Wijaya R. Timur Budi Raja Radhar Panca Dahana Rahmah Maulidia Rahmi Hattani Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rambuana Ramzah Dambul Raudal Tanjung Banua Redhitya Wempi Ansori Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Revolusi Ria Febrina Rialita Fithra Asmara Ribut Wijoto Richard Strauss Rida K Liamsi Riduan Situmorang Ridwan Munawwar Galuh Riki Dhamparan Putra Rina Mahfuzah Nst Rinto Andriono Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Rita Zahara Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Roland Barthes Romi Zarman Romo Jansen Boediantono Rosidi Ruslani S Prana Dharmasta S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabine Müller Sabrank Suparno Safitri Ningrum Saiful Amin Ghofur Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Sartika Dian Nuraini Sastra Using Satmoko Budi Santoso Saut Poltak Tambunan Saut Situmorang Sayuri Yosiana Sayyid Madany Syani Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) Sem Purba Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Shiny.ane el’poesya Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sindu Putra Siti Mugi Rahayu Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Slamet Rahardjo Rais Soeprijadi Tomodihardjo Sofyan RH. Zaid Sohifur Ridho’i Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sonya Helen Sinombor Sosiawan Leak Sri Rominah Sri Wintala Achmad St. Sularto STKIP PGRI Ponorogo Subagio Sastrowardoyo Sudarmoko Sudaryono Sudirman Sugeng Satya Dharma Suhadi Sujiwo Tedjo Sukar Suminto A. Sayuti Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Suryadi Suryanto Sastroatmodjo Susilowati Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Sutrisno Buyil Syaifuddin Gani Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Th. Sumartana Theresia Purbandini Tia Setiadi Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto TS Pinang Tu-ngang Iskandar Tulus Wijanarko Udo Z. Karzi Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Urwatul Wustqo Usman Arrumy Usman Awang UU Hamidy Vinc. Kristianto Batuadji Vladimir I. Braginsky W.S. Rendra Wahib Muthalib Wahyu Utomo Wardjito Soeharso Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Weni Suryandari Wiko Antoni Wina Karnie Winarta Adisubrata Wiwik Widayaningtias Yanto le Honzo Yanuar Widodo Yetti A. KA Yohanes Sehandi Yudhis M. Burhanudin Yukio Mishima Yulhasni Yuli Yulia Permata Sari Yurnaldi Yusmar Yusuf Yusri Fajar Yuswinardi Yuval Noah Harari Zaki Zubaidi Zakky Zulhazmi Zawawi Se Zen Rachmat Sugito Zuriati