Beni Setia*
http://www.lampungpost.com/
RABU petang (7-1), seorang kawan mengirim SMS lolongan untuk satu prosesi (bakal) penguburan. “Turut berduka cita atas makin terpuruknya kehidupan Sastra di Indonesia. Setelah koran MI menghapus sastra dari jiwanya, sekarang giliran R”–perbaikan ejaan dan penyingkatan nama oleh penulis. Dan sampai malam, saya tidak tahu harus bagaimana menjawab tohokan itu.
Baru di pagi hari saya memutuskan meneruskan pesan itu, dan mendapat umpan balik yang lebih mengagetkan. Teks-teks yang membimbing pada kesimpulan ironik: Sastra Indonesia mengalami set back, kembali ke era Amir Hamzah–ditulis sebagai pilihan sunyi identitas rahasia setelah selama ini si bersangkutan lebih dikenal sebagai insinyur, dokter, guru, wartawan, politikus, pejuang kemerdekaan atau apa saja yang di ruang publik kelihatan necis, berkelas, dan terhormat. Zaman di mana penyair murni macam Chairil Anwar kelihatan aneh, suka numpang tidur, banyak ngutang di warung dan numpang makan di rumah pacar, banyak merokok–dibeli eceran dari honorarium puisi–dan mencuri buku.
Apakah sastrawan murni akan mengalami masa surut, jadi yang batuk-batuk dan berhalesduk seperti ikon seniman dramatron televisi 70-an. Sekaligus, apa penyebab dari beberapa koran mempertimbangkan kehadiran rubrik sastra.
Ini terkait dengan fakta: edisi Minggu koran S di Jawa Timur, mulai Maret 2008 (?) mem-push resensi buku ke rubrik sastra, sehingga satu halaman harus dibagi dua, sebelum kemudian menghapus keduanya. Atau suplemen budaya 4 halaman tiap Sabtu koran PR di Jawa Barat sejak November 2008 hanya terbit dua minggu sekali dan dengan teks sastra yang siap digusur iklan yang masuk di limit deadline cetak.
***
Booming industri pers, terutama koran, dipicu gairah berpendapat dan mengkritik sebagai bagian dari kebebasan berekspresi di satu sisi, dan kemudahan menerbitkan koran karena Departemen Penerangan dan izin formal untuk usaha penerbitan dihilangkan. Penerbitan koran kini memasuki era pasar bebas, mengikuti sorga liberalisme.
Sebab itu, tiap penerbitan koran menjadi tergantung pada hukum ekonomi, di mana seluruh investasi ditoleransi selama sesuai dengan jadwal dan rencana pencapaian BEP–dan diikuti maraknya laba. Kalau investasi melebihi plafon terencana atau BEP tak sesuai jadwal, penerbitan itu harus dihentikan sebelum kerugian makin besar.
Sepuluh tahun terakhir kita melihat koran, tabloid, dan majalah yang diterbitkan oleh kelompok usaha pers besar tak terbit lagi karena alasan manajemen semacam itu. Tinggallah produk inti, yang sekuat tenaga dipertahankan dengan mempertimbangkan efek lain dari terbitan berkala yang berkorelasi dengan kehadiran pelanggan–pihak ketiga yang membelanjakan uangnya untuk promosi.
Iklan nyawa industri pers, bukan pelanggan yang diberi informasi dan analisis berita, meski kuantitas eksistensi totalnya dijadikan bargaining of position pada pihak pengiklan. Tak heran kalau ada redaktur budaya yang digeser karena ia ngotot minta halaman sastra tidak dikalahkan kebutuhan menampilkan iklan mendadak. Tak heran bila satu, setengah, atau seperempat halaman iklan lebih berharga dari puisi, cerpen atau esei.
Koran adalah industri. Majalah adalah industri. Satu per empat halaman beriklan lebih mendatangkan untung ketimbang sepersepuluh halaman puisi yang si penulisnya harus dihonorin. Mungkin akan menarik bila satu halaman budaya itu merupakan wujud CSR dari usaha penerbitan pers yang menangguk untung dari iklan di halaman lain–atau punya diversifikasi bisnis non-koran yang menguntungkan. Tapi bagaimana kuat dan tingginya tekad CSR budaya itu, pendekatannya selalu jangka panjang dan rubrik sastra pun dikalahkan iklan bisnis otomotif, properti dan kampanye partai sehalaman. Kini ditambah keuangan dunia yang lesu, ekspor yang merosot, pabrik yang hanya memanaskan mesinnya, harga kertas dan penunjang cetak yang tinggi, dan ekonomi rakyat yang kolaps yang menyebabkan halaman sastra dikorbankan demi iklan politik yang akan menggila 4–8 bulan ini.
Untungnya, kematian rubrik sastra MI tidak murni disebabkan berebut halaman dengan iklan, tapi lebih oleh dampak tak langsung dari polemik di antara Boemipoetra dengan TUK c.q. Utan Kayu International Literary Biennale 2007. Ketika itu ada opini yang menyerang TUK dan Biennale di MI, yang terbit dengan persetujuan si redaktur sastra MI, sementara M TV (anak perusahaan holding company yang menaungi MI) menjadi media partner Biennale.
***
Bisa dikatakan rubrik sastra MI jadi korban malpraktek–menyangkut masalah etika bisnis–sedangkan S, PR, dan R lebih karena pertimbangan instink (animalistic) bisnis yang menempatkan CSR sastra pada prioritas ekor bila potensi buat menangguk iklan di depan mata. Sastra direduksi kebutuhan meladeni belanja politik partai, calon anggota Dewan dan presiden pada 8 bulan ini–ada peraturan resmi ihwal pemerataan penayangan iklan politik.
Ini wajar bisnistikal. Yang abnormal justru fenomena sastra Indonesia yang selalu menumpang hidup pada kerangka dasar industri pers Indonesia. Ada masa Horison hidup dari tunjangan industri pers Indonesia, kini Horison hidup dari langganan (subsidional) Dindiknas dan Depag. Mungkin setengah tahunan lagi sastra Indonesia berdenyut oleh CSR industri pers Indonesia, koran terutama. Apa tak ada alternatif?
Jawabannya mungkin kita harus melirik dunia maya internet. Sastrawan mandiri mempublikasikan karyanya dalam blog pribadi dan dapat fee dari biaya download teks dari provider. Mungkin juga butuh manajer yang mampu mendatangkan iklan di blog dan dapat bayaran sesuai seberapa sering dan seberapa lama blog diklik. Kalau tidak, ya menunggu hibah CSR koran, sekian persen dari iklan.
Selain subsidi karya seperti anugrah KLA atau Pena Kencana itu. Meski Pena Kencana kini dengan rasionalisasi, sebab honorarium 100 puisi a Rp500 ribu menyebabkan biaya produksi antologi puisi lebih mahal dari antologi cerpen yang hanya 20 cerpen a Rp1 juta. Logika bisnis main, dan bukannya penurunan kualitas puisi seperti kata Linda Christanty.
Sastra sedang ditekuk pertimbangan bisnis. Sastra sedang dibunuh oleh etos abad XX, padahal awal kebangkitan humanistik dunia, cq renaisans Eropa, diawali, dan dirintis melalui sastra Yunani. Sebel!
*) Lahir di Bandung, 1954. Menulis cerpen, puisi, serta esai sosial-budaya baik dalam bahasa Indonesia maupun bahasa Sunda.
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
A Rodhi Murtadho
A. Azis Masyhuri
A. Qorib Hidayatullah
A.C. Andre Tanama
A.S. Laksana
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Hadi WM
Abdul Malik
Abdurrahman Wahid
Abidah El Khalieqy
Acep Iwan Saidi
Acep Zamzam Noor
Adi Prasetyo
Afnan Malay
Afrizal Malna
Afthonul Afif
Aguk Irawan M.N.
Agus B. Harianto
Agus Himawan
Agus Noor
Agus R. Sarjono
Agus Sri Danardana
Agus Sulton
Agus Sunyoto
Agus Wibowo
Ahda Imran
Ahmad Fatoni
Ahmad Maltup SA
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Musthofa Haroen
Ahmad Suyudi
Ahmad Syubbanuddin Alwy
Ahmad Tohari
Ahmad Y. Samantho
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ajip Rosidi
Akhmad Sekhu
Akmal Nasery Basral
Alex R. Nainggolan
Alexander G.B.
Almania Rohmah
Alunk Estohank
Amalia Sulfana
Amien Wangsitalaja
Aming Aminoedhin
Aminullah HA Noor
Andari Karina Anom
Andi Nur Aminah
Anes Prabu Sadjarwo
Anindita S Thayf
Anindita S. Thayf
Anitya Wahdini
Anton Bae
Anton Kurnia
Anung Wendyartaka
Anwar Nuris
Anwari WMK
Aprinus Salam
APSAS (Apresiasi Sastra) Indonesia
Ardus M Sawega
Arie MP Tamba
Arief Budiman
Ariel Heryanto
Arif Saifudin Yudistira
Arif Zulkifli
Arifi Saiman
Aris Kurniawan
Arman A.Z.
Arsyad Indradi
Arti Bumi Intaran
Ary Wibowo
AS Sumbawi
Asarpin
Asbari N. Krisna
Asep Salahudin
Asep Sambodja
Asti Musman
Atep Kurnia
Atih Ardiansyah
Aulia A Muhammad
Awalludin GD Mualif
Aziz Abdul Gofar
B. Nawangga Putra
Badaruddin Amir
Bagja Hidayat
Bakdi Sumanto
Balada
Bale Aksara
Bambang Agung
Bambang Kempling
Bamby Cahyadi
Bandung Mawardi
Bedah Buku
Beni Setia
Benni Indo
Benny Arnas
Benny Benke
Bentara Budaya Yogyakarta
Berita Duka
Berita Utama
Bernando J Sujibto
Berthold Damshauser
Binhad Nurrohmat
Bonari Nabonenar
Bre Redana
Brunel University London
Budi Darma
Budi Hutasuhut
Budi P. Hatees
Budiman S. Hartoyo
Buku Kritik Sastra
Bung Tomo
Burhanuddin Bella
Butet Kartaredjasa
Cahyo Junaedy
Cak Kandar
Caroline Damanik
Catatan
Cecep Syamsul Hari
Cerbung
Cerpen
Chairil Anwar
Chamim Kohari
Chavchay Saifullah
Cornelius Helmy Herlambang
D. Zawawi Imron
Dad Murniah
Dadang Sunendar
Damhuri Muhammad
Damiri Mahmud
Danarto
Daniel Paranamesa
Dante Alighieri
David Krisna Alka
Deddy Arsya
Dedi Pramono
Delvi Yandra
Deni Andriana
Denny Mizhar
Dessy Wahyuni
Dewan Kesenian Lamongan (DKL)
Dewey Setiawan
Dewi Rina Cahyani
Dewi Sri Utami
Dian Hartati
Diana A.V. Sasa
Dianing Widya Yudhistira
Dina Jerphanion
Djadjat Sudradjat
Djasepudin
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Dodiek Adyttya Dwiwanto
Dody Kristianto
Donny Anggoro
Donny Syofyan
Dony P. Herwanto
Dorothea Rosa Herliany
Dr Junaidi
Dudi Rustandi
Dwi Arjanto
Dwi Fitria
Dwi Pranoto
Dwi S. Wibowo
Dwicipta
Dwijo Maksum
E. M. Cioran
E. Syahputra
Egidius Patnistik
Eka Budianta
Eka Kurniawan
Eko Darmoko
Eko Hendrawan Sofyan
Eko Triono
Elisa Dwi Wardani
Ellyn Novellin
Elokdyah Meswati
Emha Ainun Nadjib
Endro Yuwanto
Eriyanti
Erwin Edhi Prasetya
Esai
Evi Idawati
F Dewi Ria Utari
F. Dewi Ria Utari
Fadlillah Malin Sutan Kayo
Fahrudin Nasrulloh
Faisal Kamandobat
Fajar Alayubi
Fakhrunnas MA Jabbar
Fanani Rahman
Faruk HT
Fatah Yasin Noor
Fatkhul Anas
Fazabinal Alim
Fazar Muhardi
Felix K. Nesi
Festival Sastra Gresik
Fikri. MS
Frans Ekodhanto
Fransiskus X. Taolin
Franz Kafka
Fuad Nawawi
Gabriel García Márquez
Gde Artawa
Geger Riyanto
Gendhotwukir
Gerakan Surah Buku (GSB)
Ging Ginanjar
Gita Pratama
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gufran A. Ibrahim
Gunoto Saparie
Gusty Fahik
H. Rosihan Anwar
H.B. Jassin
Hadi Napster
Halim HD
Halimi Zuhdy
Hamdy Salad
Hamsad Rangkuti
Han Gagas
Haris del Hakim
Hary B Kori’un
Hasan Junus
Hasnan Bachtiar
Hasta Indriyana
Hasyuda Abadi
Hawe Setiawan
Helvy Tiana Rosa
Hendra Makmur
Hepi Andi Bastoni
Herdiyan
Heri KLM
Heri Latief
Heri Ruslan
Herman Hasyim
Hermien Y. Kleden
Hernadi Tanzil
Herry Lamongan
Heru Emka
Hikmat Gumelar
Holy Adib
Hudan Hidayat
Humam S Chudori
I Nyoman Darma Putra
I Nyoman Suaka
I Tito Sianipar
Ian Ahong Guruh
IBM. Dharma Palguna
Ibnu Rusydi
Ibnu Wahyudi
IDG Windhu Sancaya
Iffah Nur Arifah
Ignas Kleden
Ignasius S. Roy Tei Seran
Ignatius Haryanto
Ignatius Liliek
Ika Karlina Idris
Ilham Khoiri
Imam Muhtarom
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Rosyid
Imron Tohari
Indah S. Pratidina
Indiar Manggara
Indra Tranggono
Indrian Koto
Insaf Albert Tarigan
Ipik Tanoyo
Irine Rakhmawati
Isbedy Stiawan Z.S.
Iskandar Norman
Istiqomatul Hayati
Iswara N Raditya
Iverdixon Tinungki
Iwan Gunadi
Iwan Nurdaya Djafar
Jadid Al Farisy
Jakob Sumardjo
Jamal D. Rahman
Jamrin Abubakar
Janual Aidi
Javed Paul Syatha
Jay Am
Jaya Suprana
Jean-Paul Sartre
JJ. Kusni
Joanito De Saojoao
Jodhi Yudono
John Js
Joko Pinurbo
Joko Sandur
Joni Ariadinata
Jual Buku Paket Hemat
Junaidi Abdul Munif
Jusuf AN
Karya Lukisan: Andry Deblenk
Kasnadi
Katrin Bandel
Kedung Darma Romansha
Khairul Mufid Jr
Ki Panji Kusmin
Kingkin Puput Kinanti
Kirana Kejora
Ko Hyeong Ryeol
Koh Young Hun
Komarudin
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias
Korrie Layun Rampan
Kritik Sastra
Kurniawan
Kuswaidi Syafi'ie
Lathifa Akmaliyah
Latief S. Nugraha
Leila S. Chudori
Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember
Lenah Susianty
Leon Trotsky
Linda Christanty
Liza Wahyuninto
Lona Olavia
Lucia Idayani
Luhung Sapto Nugroho
Lukman Santoso Az
Luky Setyarini
Lusiana Indriasari
Lutfi Mardiansyah
M Syakir
M. Faizi
M. Fauzi Sukri
M. Mustafied
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
M.H. Abid
M.Harir Muzakki
Made Wianta
Mahmoud Darwish
Mahmud Jauhari Ali
Majalah Budaya Jejak
Makmur Dimila
Malkan Junaidi
Maman S Mahayana
Manneke Budiman
Mardi Luhung
Mardiyah Chamim
Marhalim Zaini
Maria Hartiningsih
Mariana Amiruddin
Martin Aleida
Marwanto
Mas Ruscitadewi
Masdharmadji
Mashuri
Masuki M. Astro
Media Dunia Sastra
Media: Crayon on Paper
Mega Vristian
Melani Budianta
Mezra E Pellondou
MG. Sungatno
Micky Hidayat
Mikael Johani
Mikhael Dua
Misbahus Surur
Moch Arif Makruf
Mohamad Fauzi
Mohamad Sobary
Mohamed Nasser Mohamed
Mohammad Takdir Ilahi
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Amin
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad Nanda Fauzan
Muhammad Qodari
Muhammad Rain
Muhammad Subarkah
Muhammad Taufiqurrohman
Muhammad Yasir
Muhammad Zuriat Fadil
Muhammadun AS
Muhyidin
Mujtahid
Munawir Aziz
Musa Asy’arie
Musa Ismail
Musfi Efrizal
Mustafa Ismail
Mustofa W Hasyim
N. Mursidi
Nafi’ah Al-Ma’rab
Naqib Najah
Narudin Pituin
Naskah Teater
Nasru Alam Aziz
Nelson Alwi
Neni Ridarineni
Nezar Patria
Ni Made Purnamasari
Ni Putu Rastiti
Nirwan Ahmad Arsuka
Nirwan Dewanto
Noval Jubbek
Novelet
Nunung Nurdiah
Nur Utami Sari’at Kurniati
Nurdin Kalim
Nurel Javissyarqi
Nurhadi BW
Obrolan
Odhy`s
Okta Adetya
Orasi Budaya Akhir Tahun 2018
Orhan Pamuk
Otto Sukatno CR
Pablo Neruda
Patricia Pawestri
PDS H.B. Jassin
Pipiet Senja
Pramoedya Ananta Toer
Pranita Dewi
Prosa
Proses Kreatif
Puisi
Puisi Pertemuan Mahasiswa
Puji Santosa
Pustaka Bergerak
PUstaka puJAngga
Putu Fajar Arcana
Putu Setia
Putu Wijaya
R. Timur Budi Raja
Radhar Panca Dahana
Rahmah Maulidia
Rahmi Hattani
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Rambuana
Ramzah Dambul
Raudal Tanjung Banua
Redhitya Wempi Ansori
Reiny Dwinanda
Remy Sylado
Resensi
Revolusi
Ria Febrina
Rialita Fithra Asmara
Ribut Wijoto
Richard Strauss
Rida K Liamsi
Riduan Situmorang
Ridwan Munawwar Galuh
Riki Dhamparan Putra
Rina Mahfuzah Nst
Rinto Andriono
Riris K. Toha-Sarumpaet
Risang Anom Pujayanto
Rita Zahara
Riza Multazam Luthfy
Robin Al Kautsar
Robin Dos Santos Soares
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Roland Barthes
Romi Zarman
Romo Jansen Boediantono
Rosidi
Ruslani
S Prana Dharmasta
S Yoga
S. Jai
S.W. Teofani
Sabine Müller
Sabrank Suparno
Safitri Ningrum
Saiful Amin Ghofur
Sajak
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Samsudin Adlawi
Sapardi Djoko Damono
Sarabunis Mubarok
Sartika Dian Nuraini
Sastra Using
Satmoko Budi Santoso
Saut Poltak Tambunan
Saut Situmorang
Sayuri Yosiana
Sayyid Madany Syani
Sejarah
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
Sem Purba
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Shiny.ane el’poesya
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sindu Putra
Siti Mugi Rahayu
Siti Sa’adah
Siwi Dwi Saputro
Sjifa Amori
Slamet Rahardjo Rais
Soeprijadi Tomodihardjo
Sofyan RH. Zaid
Sohifur Ridho’i
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sonya Helen Sinombor
Sosiawan Leak
Sri Rominah
Sri Wintala Achmad
St. Sularto
STKIP PGRI Ponorogo
Subagio Sastrowardoyo
Sudarmoko
Sudaryono
Sudirman
Sugeng Satya Dharma
Suhadi
Sujiwo Tedjo
Sukar
Suminto A. Sayuti
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sunlie Thomas Alexander
Suryadi
Suryanto Sastroatmodjo
Susilowati
Sutan Iwan Soekri Munaf
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Sutrisno Buyil
Syaifuddin Gani
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Winarsho AS
Tengsoe Tjahjono
Th. Sumartana
Theresia Purbandini
Tia Setiadi
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
TS Pinang
Tu-ngang Iskandar
Tulus Wijanarko
Udo Z. Karzi
Umbu Landu Paranggi
Universitas Indonesia
Urwatul Wustqo
Usman Arrumy
Usman Awang
UU Hamidy
Vinc. Kristianto Batuadji
Vladimir I. Braginsky
W.S. Rendra
Wahib Muthalib
Wahyu Utomo
Wardjito Soeharso
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wayan Sunarta
Weni Suryandari
Wiko Antoni
Wina Karnie
Winarta Adisubrata
Wiwik Widayaningtias
Yanto le Honzo
Yanuar Widodo
Yetti A. KA
Yohanes Sehandi
Yudhis M. Burhanudin
Yukio Mishima
Yulhasni
Yuli
Yulia Permata Sari
Yurnaldi
Yusmar Yusuf
Yusri Fajar
Yuswinardi
Yuval Noah Harari
Zaki Zubaidi
Zakky Zulhazmi
Zawawi Se
Zen Rachmat Sugito
Zuriati
Tidak ada komentar:
Posting Komentar