Sabtu, 20 Maret 2010

Menginterogasi Nietzsche

Binhad Nurrohmat*
http://www.jawapos.com/

SIAPA Nietzsche? Filsuf Jerman ini -menurut filsuf Inggris Bertrand Russell- lebih merupakan sastrawan ketimbang filsuf akademik. Gaya penulisan karya filsafatnya bergaya literer dan kerap berbentuk aforisme, bahkan puisi.

Friedrich Wilhelm Nietzsche lahir di Rocken, Prussia, 15 Oktober 1844. Orang tua dan kakeknya penganut Lutheran. Sejak remaja dia menggemari karya pujangga Johan Wolfgang Goethe (1749-1832), musikus Richard Wagner (1813-1883), dan filsuf Arthur Schopenhauer (1788-1860). Karya para tokoh besar kebudayaan Jerman itu memberikan pengaruh besar dan penting bagi pemikiran Nietzsche.

Nietzsche belajar filologi dan teologi di Universitas Bonn, kemudian pindah ke Universitas Leipzig khusus untuk studi filologi. Dia menjadi bintang filologi di kampusnya. Selama sepuluh tahun dia mengajar di Universitas Basel. Profesor filologi Yunani klasik dan Latin itu terpaksa pensiun lantaran kesehatannya buruk. Dia bergulat menghadapi penyakitnya dengan mengembara dari kota ke kota di Jerman, Italia, dan Swiss untuk mencari cuaca yang bagus bagi kesehatannya. Dalam pengembaraan itu, dia menggarap karya-karya utama filsafatnya.

Nietzsche meninggal di Weimar pada 25 Agustus 1900. Secara biologis, Nietzsche sudah mati. Tapi secara filosofis, pemikirannya masih eksis.

***

Apa pemikiran filsafat Nietzsche?

Nietzsche kondang, antara lain, lantaran pernyataannya ”Tuhan sudah mati” maupun konsep nihilisme dan Kehendak untuk Kuasa. Filsuf fenomenologi Eugen Fink menilai Nietzsche sebagai fenomenolog pertama dan filsuf posmodernis Jacques Derrida mendaulatnya sebagai inspirator filsafat posmodernisme.

Nietzsche mengagumi para filsuf Yunani klasik (pra-socratik) dan kebudayaan zaman itu. ”Metode” filsafat Nietzsche berbeda dengan tradisi filsafat Barat. Tulisannya melawan sistem filsafat (baginya sistem adalah penjara), bergaya aforistik yang contoh utamanya adalah buku Als Sprach Zarathustra (Demikian Petuah Zarathustra) dan kental watak kontradiksinya (yang terilhami pandangan dunia Herakletian).

Filsafat Nietzsche ”mendiagnosis” kebudayaan Barat yang menurutnya dekaden (merosot) sejak masa Socrates dan berlanjut sampai ke kebudayaan Barat pada masa hidup Nietzsche. Socrates dinilai menularkan tradisi rasio yang berperan paling utama untuk memahami dunia. Nietzsche mengkritik peran rasio semacam itu.

Menurut Nietzsche, rasio yang diagungkan kebudayaan Barat membuat dunia ditatap berat sebelah karena membuat dunia tak diterima apa adanya. Rasio tidak menemukan dunia apa adanya, namun menaklukan dunia sesuai dengan kehendak manusia, sesuai isi kepala manusia belaka. Rasio tak utuh memandang dunia, bahkan juga mengelirukannya.

Rasio meringkus dunia melalui bahasa, konsep, atau ide sesuai kehendak manusia, dan bukan menerima kehadiran dunia apa adanya. Bagi Nietzsche, dunia adalah bauran segalanya (baik-buruk, benar-salah, jahat-baik) dan terus berubah. Menurut Nietzsche, dunia adalah chaos (bauran kenyataan-kenyataan) yang menurutnya diterima saja apa adanya. Amor fati (cintailah nasib), katanya.

Menurut Nietzsche, manusia adalah Kehendak untuk Kuasa (der Wille zur Macht). Maka, dunia dan kebenaran adalah sesuai yang dikehendaki manusia. Rasio menyeleksi dunia sesuai yang dikehendaki manusia, dikuasai seturut kehendak manusia, dan manusia memilah-milah dunia ke dalam kategori moral (baik-buruk, benar-salah). Bagi dia, yang terpenting adalah kuat-lemah manusia menghadapi dunia yang chaos itu.

Nietzsche menolak kebenaran yang melawan sifat alam yang terus berubah. Segalanya terus berubah (intuisi ini dijumput dari filsuf pra-socratik Heraklitus). Mendogmakan kebenaran adalah melawan kenyataan, melawan alam. Mendogmakan kebenaran berarti memberhalakan kebenaran. Kebenaran tak pernah fixed, terus bergerak, dan perspektivis. Tak ada kebenaran, melainkan kebenaran-kebenaran.

Nietzsche melancarkan Penilaian Ulang Nilai-Nilai (Umwerthung aller Werte) untuk melawan rezim atau dogma nilai-nilai yang melatari dekadensi kebudayaan Barat yang melahirkan manusia lemah, manusia bermoral budak, bukan manusia bermoral tuan.

Pemikiran filsafat Nietzsche mengguncang filsafat dan kebudayaan Barat pada akhir abad ke-19 dan menggelorakan kabar dekadensi filsafat dan kebudayaan Barat. Menurut dia, tak ada manusia-manusia agung yang lahir dalam kebudayaan Barat yang dekaden itu. Dia mengangankan kebudayaan Yunani klasik (pra-socratik) yang memandang dunia apa adanya, menciptakan kebudayaan ascenden (meninggi), dan melahirkan manusia-manusia agung.

Nietzsche menciptakan sosok ideal untuk menghadapi senjakala kebudayaan Barat itu: ubermensch (uber: melampaui; mensch: manusia), yaitu makhluk yang melampaui (bukan menolak) tata moral baku (baik-buruk, benar-salah). Watak ubermensch mencipta moral baru, melampaui moral umum. Ubermensch adalah sang pelampau. Bagi dia, manusia berada di antara satwa dan ubermensch.

Pemikiran-pemikiran Nietzsche bergaung jauh hingga ke masa sesudah masa hidupnya. Gerakan filsafat fenomenologi dan posmodernisme yang berderap sejak awal abad ke-20 hingga kini mengakui telah menimba banyak ilham dari pemikiran Nietzsche dan mengelaborasinya. Contohnya, Martin Heidegger, Jacques Derrida, Michel Faucoult, Gilles Deleuze, dan Jacques Lacan. Ini sebagian bukti kebesaran dan daya pengaruh pemikiran Nietzsche bagi pemikiran filsafat sesudahnya.

***

Penulis buku ini mencurigai pemikiran-pemikiran Nietzsche dan menginterogasinya dengan mencecarkan pertanyaan-pertanyaan dan sekaligus memberikan penyimpulan-penyimpulan bagi -menurut Akhmad Santosa-ketidakkonsistenan pemikiran Nietzsche.

Penyimpulan-penyimpulan Akhmad Santosa itu sering berbeda dan bahkan berlawanan dengan pendapat para komentator Nietzsche dari dalam dan luar negeri maupun dengan (teks) Nietzsche sendiri. Contoh, Akhmad Santosa menafsirkan pernyataan ”Tuhan sudah mati” adalah ramalan Nietzsche. Pernyataan terkenal itu pertama muncul dalam buku Nietzsche Die Frohliche Wissenschaft (Pengetahuan yang Riang), terbit 1882. Konteks pernyataan itu sudah jelas dalam buku itu: bukan ramalan.

Pemikiran Nietzsche tentang ”kematian Tuhan” menggemparkan karena menusuk jantung kebudayaan Barat ketika itu yang lekat dengan tradisi religius Kristen. Pernyataan Nietzsche bukan sensasi belaka. Tuhan, bagi Nietzsche, merupakan konsep yang dibuat manusia untuk mendapat kepastian dalam hidup yang sarat ketidakpastian. Konsep itu membuat manusia ”tak menghargai kehidupan” karena memandang ada dunia lain, “dunia di seberang sana” (Hinterwelt), yang lebih sejati dan lebih mulia seperti surga, akhirat, dunia idea, dan yang sejenisnya. Konsep tersebut membuat manusia bersandar pada sesuatu ”di luar dirinya” sehingga melembekkan potensi ”manusia kuat”.

Selain itu, Akhmad Santosa sering mengacu buku Will to Power untuk menilai konsistensi pemikiran Nietzsche. Padahal, buku atas nama Nietzsche itu -terbit setelah dia meninggal-berdasar catatan-catatan Nietzsche yang disusun dan ditambahi teks di sana-sini oleh saudari Nietzsche sehingga karya itu tak bisa disebut sebagai karya Nietzsche lagi.

Buku ini merupakan kejemawaan yang mengagumkan meski belum dari segi mutu kritik yang dihasilkannya. Sebagai rangsangan, buku ini perlu diapresiasi dan ditanggapi melalui kritik-teks seperti upaya oleh A. Setyo Wibowo di bagian akhir buku ini. Kritik-teks bukanlah hantam-cerca atau tafsir tanpa dasar yang jelas. Kritik-teks merupakan tinjauan kritis terhadap teks, bukan mendesak-paksakan pemikiran sendiri kepada teks orang lain.

Buku Akhmad Santosa ini merupakan contoh langka dalam hal keberanian ”mengkritik” filsafat Barat yang memang belum menjadi tradisi publik filsafat di Indonesia. (*)

Judul: Nietzsche Sudah Mati
Penulis: Akhmad Santosa
Penerbit: Kanisius, Jogjakarta
Cetakan: Pertama, 2009
Tebal: 284 halaman
*) Penyair, civitas academica Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara, Jakarta.

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Azis Masyhuri A. Qorib Hidayatullah A.C. Andre Tanama A.S. Laksana Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi WM Abdul Malik Abdurrahman Wahid Abidah El Khalieqy Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Adi Prasetyo Afnan Malay Afrizal Malna Afthonul Afif Aguk Irawan M.N. Agus B. Harianto Agus Himawan Agus Noor Agus R. Sarjono Agus Sri Danardana Agus Sulton Agus Sunyoto Agus Wibowo Ahda Imran Ahmad Fatoni Ahmad Maltup SA Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad Suyudi Ahmad Syubbanuddin Alwy Ahmad Tohari Ahmad Y. Samantho Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhmad Sekhu Akmal Nasery Basral Alex R. Nainggolan Alexander G.B. Almania Rohmah Alunk Estohank Amalia Sulfana Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Aminullah HA Noor Andari Karina Anom Andi Nur Aminah Anes Prabu Sadjarwo Anindita S Thayf Anindita S. Thayf Anitya Wahdini Anton Bae Anton Kurnia Anung Wendyartaka Anwar Nuris Anwari WMK Aprinus Salam APSAS (Apresiasi Sastra) Indonesia Ardus M Sawega Arie MP Tamba Arief Budiman Ariel Heryanto Arif Saifudin Yudistira Arif Zulkifli Arifi Saiman Aris Kurniawan Arman A.Z. Arsyad Indradi Arti Bumi Intaran Ary Wibowo AS Sumbawi Asarpin Asbari N. Krisna Asep Salahudin Asep Sambodja Asti Musman Atep Kurnia Atih Ardiansyah Aulia A Muhammad Awalludin GD Mualif Aziz Abdul Gofar B. Nawangga Putra Badaruddin Amir Bagja Hidayat Bakdi Sumanto Balada Bale Aksara Bambang Agung Bambang Kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bedah Buku Beni Setia Benni Indo Benny Arnas Benny Benke Bentara Budaya Yogyakarta Berita Duka Berita Utama Bernando J Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Bonari Nabonenar Bre Redana Brunel University London Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiman S. Hartoyo Buku Kritik Sastra Bung Tomo Burhanuddin Bella Butet Kartaredjasa Cahyo Junaedy Cak Kandar Caroline Damanik Catatan Cecep Syamsul Hari Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Chavchay Saifullah Cornelius Helmy Herlambang D. Zawawi Imron Dad Murniah Dadang Sunendar Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Dante Alighieri David Krisna Alka Deddy Arsya Dedi Pramono Delvi Yandra Deni Andriana Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dewan Kesenian Lamongan (DKL) Dewey Setiawan Dewi Rina Cahyani Dewi Sri Utami Dian Hartati Diana A.V. Sasa Dianing Widya Yudhistira Dina Jerphanion Djadjat Sudradjat Djasepudin Djoko Pitono Djoko Saryono Dodiek Adyttya Dwiwanto Dody Kristianto Donny Anggoro Donny Syofyan Dony P. Herwanto Dorothea Rosa Herliany Dr Junaidi Dudi Rustandi Dwi Arjanto Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi S. Wibowo Dwicipta Dwijo Maksum E. M. Cioran E. Syahputra Egidius Patnistik Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Hendrawan Sofyan Eko Triono Elisa Dwi Wardani Ellyn Novellin Elokdyah Meswati Emha Ainun Nadjib Endro Yuwanto Eriyanti Erwin Edhi Prasetya Esai Evi Idawati F Dewi Ria Utari F. Dewi Ria Utari Fadlillah Malin Sutan Kayo Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fajar Alayubi Fakhrunnas MA Jabbar Fanani Rahman Faruk HT Fatah Yasin Noor Fatkhul Anas Fazabinal Alim Fazar Muhardi Felix K. Nesi Festival Sastra Gresik Fikri. MS Frans Ekodhanto Fransiskus X. Taolin Franz Kafka Fuad Nawawi Gabriel García Márquez Gde Artawa Geger Riyanto Gendhotwukir Gerakan Surah Buku (GSB) Ging Ginanjar Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gufran A. Ibrahim Gunoto Saparie Gusty Fahik H. Rosihan Anwar H.B. Jassin Hadi Napster Halim HD Halimi Zuhdy Hamdy Salad Hamsad Rangkuti Han Gagas Haris del Hakim Hary B Kori’un Hasan Junus Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Hasyuda Abadi Hawe Setiawan Helvy Tiana Rosa Hendra Makmur Hepi Andi Bastoni Herdiyan Heri KLM Heri Latief Heri Ruslan Herman Hasyim Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Herry Lamongan Heru Emka Hikmat Gumelar Holy Adib Hudan Hidayat Humam S Chudori I Nyoman Darma Putra I Nyoman Suaka I Tito Sianipar Ian Ahong Guruh IBM. Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi IDG Windhu Sancaya Iffah Nur Arifah Ignas Kleden Ignasius S. Roy Tei Seran Ignatius Haryanto Ignatius Liliek Ika Karlina Idris Ilham Khoiri Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indah S. Pratidina Indiar Manggara Indra Tranggono Indrian Koto Insaf Albert Tarigan Ipik Tanoyo Irine Rakhmawati Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Norman Istiqomatul Hayati Iswara N Raditya Iverdixon Tinungki Iwan Gunadi Iwan Nurdaya Djafar Jadid Al Farisy Jakob Sumardjo Jamal D. Rahman Jamrin Abubakar Janual Aidi Javed Paul Syatha Jay Am Jaya Suprana Jean-Paul Sartre JJ. Kusni Joanito De Saojoao Jodhi Yudono John Js Joko Pinurbo Joko Sandur Joni Ariadinata Jual Buku Paket Hemat Junaidi Abdul Munif Jusuf AN Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Katrin Bandel Kedung Darma Romansha Khairul Mufid Jr Ki Panji Kusmin Kingkin Puput Kinanti Kirana Kejora Ko Hyeong Ryeol Koh Young Hun Komarudin Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kritik Sastra Kurniawan Kuswaidi Syafi'ie Lathifa Akmaliyah Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember Lenah Susianty Leon Trotsky Linda Christanty Liza Wahyuninto Lona Olavia Lucia Idayani Luhung Sapto Nugroho Lukman Santoso Az Luky Setyarini Lusiana Indriasari Lutfi Mardiansyah M Syakir M. Faizi M. Fauzi Sukri M. Mustafied M. Yoesoef M.D. Atmaja M.H. Abid M.Harir Muzakki Made Wianta Mahmoud Darwish Mahmud Jauhari Ali Majalah Budaya Jejak Makmur Dimila Malkan Junaidi Maman S Mahayana Manneke Budiman Mardi Luhung Mardiyah Chamim Marhalim Zaini Maria Hartiningsih Mariana Amiruddin Martin Aleida Marwanto Mas Ruscitadewi Masdharmadji Mashuri Masuki M. Astro Media Dunia Sastra Media: Crayon on Paper Mega Vristian Melani Budianta Mezra E Pellondou MG. Sungatno Micky Hidayat Mikael Johani Mikhael Dua Misbahus Surur Moch Arif Makruf Mohamad Fauzi Mohamad Sobary Mohamed Nasser Mohamed Mohammad Takdir Ilahi Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Amin Muhammad Muhibbuddin Muhammad Nanda Fauzan Muhammad Qodari Muhammad Rain Muhammad Subarkah Muhammad Taufiqurrohman Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun AS Muhyidin Mujtahid Munawir Aziz Musa Asy’arie Musa Ismail Musfi Efrizal Mustafa Ismail Mustofa W Hasyim N. Mursidi Nafi’ah Al-Ma’rab Naqib Najah Narudin Pituin Naskah Teater Nasru Alam Aziz Nelson Alwi Neni Ridarineni Nezar Patria Ni Made Purnamasari Ni Putu Rastiti Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Noval Jubbek Novelet Nunung Nurdiah Nur Utami Sari’at Kurniati Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurhadi BW Obrolan Odhy`s Okta Adetya Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Orhan Pamuk Otto Sukatno CR Pablo Neruda Patricia Pawestri PDS H.B. Jassin Pipiet Senja Pramoedya Ananta Toer Pranita Dewi Prosa Proses Kreatif Puisi Puisi Pertemuan Mahasiswa Puji Santosa Pustaka Bergerak PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Setia Putu Wijaya R. Timur Budi Raja Radhar Panca Dahana Rahmah Maulidia Rahmi Hattani Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rambuana Ramzah Dambul Raudal Tanjung Banua Redhitya Wempi Ansori Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Revolusi Ria Febrina Rialita Fithra Asmara Ribut Wijoto Richard Strauss Rida K Liamsi Riduan Situmorang Ridwan Munawwar Galuh Riki Dhamparan Putra Rina Mahfuzah Nst Rinto Andriono Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Rita Zahara Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Roland Barthes Romi Zarman Romo Jansen Boediantono Rosidi Ruslani S Prana Dharmasta S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabine Müller Sabrank Suparno Safitri Ningrum Saiful Amin Ghofur Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Sartika Dian Nuraini Sastra Using Satmoko Budi Santoso Saut Poltak Tambunan Saut Situmorang Sayuri Yosiana Sayyid Madany Syani Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) Sem Purba Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Shiny.ane el’poesya Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sindu Putra Siti Mugi Rahayu Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Slamet Rahardjo Rais Soeprijadi Tomodihardjo Sofyan RH. Zaid Sohifur Ridho’i Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sonya Helen Sinombor Sosiawan Leak Sri Rominah Sri Wintala Achmad St. Sularto STKIP PGRI Ponorogo Subagio Sastrowardoyo Sudarmoko Sudaryono Sudirman Sugeng Satya Dharma Suhadi Sujiwo Tedjo Sukar Suminto A. Sayuti Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Suryadi Suryanto Sastroatmodjo Susilowati Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Sutrisno Buyil Syaifuddin Gani Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Th. Sumartana Theresia Purbandini Tia Setiadi Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto TS Pinang Tu-ngang Iskandar Tulus Wijanarko Udo Z. Karzi Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Urwatul Wustqo Usman Arrumy Usman Awang UU Hamidy Vinc. Kristianto Batuadji Vladimir I. Braginsky W.S. Rendra Wahib Muthalib Wahyu Utomo Wardjito Soeharso Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Weni Suryandari Wiko Antoni Wina Karnie Winarta Adisubrata Wiwik Widayaningtias Yanto le Honzo Yanuar Widodo Yetti A. KA Yohanes Sehandi Yudhis M. Burhanudin Yukio Mishima Yulhasni Yuli Yulia Permata Sari Yurnaldi Yusmar Yusuf Yusri Fajar Yuswinardi Yuval Noah Harari Zaki Zubaidi Zakky Zulhazmi Zawawi Se Zen Rachmat Sugito Zuriati