Muhyidin*
http://www2.kompas.com/kompas-cetak/
Maulana Wahiduddin Khan (diterjemahkan oleh Samson Rahman), Islam Anti Kekerasan, Pustaka Al-Kautsar, Maret 2000, 180 halaman
MAULANA Ashraf ‘Ali Thanawi, seorang sufi yang sangat terkenal di India, suatu saat bangun dan akan mengambil wudhu. Seorang muridnya membawakan kepadanya seember air.
Ia kemudian duduk di suatu tempat dan mulai akan mengambil air wudhu, namun ia bangkit kembali dan pergi ke tempat lain sambil menjinjing ember berisi air. Ketika ia mulai akan mengambil wudhu, ia bangkit dan pindah lagi. Baru pada tempat ketiga ia mengambil wudhunya.
Muridnya merasa heran terhadap tingkah-laku sang guru, lalu dengan sangat hati-hati bertanya, “Guru, engkau melakukan sesuatu yang belum pernah engkau lakukan, ini aneh. Dua kali engkau duduk di tempat berbeda untuk mengambil air wudhu, namun kemudian engkau bangkit dari kedua tempat itu dan ke tempat lain, hingga akhirnya engkau mengambil wudhu di tempat ketiga. Ada apakah gerangan wahai guru?”
Maulana Thanawi menjawab, bahwa pada tempat pertama dan kedua, ketika hendak mengambil wudhu ia melihat semut-semut sedang berjalan beriringan di lantai. Ia berpikir, jika ia tuangkan air wudhu di atasnya, maka binatang-binatang itu akan berada dalam kesulitan besar. Maka ia pun berpindah ke tempat ketiga yang tidak ada semutnya dan mengambil air wudhu di sana.
Ceritera tersebut dengan tepat memberi gambaran tentang realitas kehidupan seorang sufi yang menyiratkan sosok berkekuatan spiritual. Ceritera itu sekaligus memberi pelajaran bahwa tidak seharusnya kita menyiksa binatang sekecil apa pun, apalagi menyakiti manusia.
Memang, kita harus hidup di dunia ini tanpa menyakiti orang lain dan tidak membuat mereka sakit hati. Manakala seseorang telah mencapai tingkatan spiritual seperti itu, ia akan mendapatkan esensi agama (Islam) yang sebenarnya. Artinya, ia tidak akan berpikir untuk berbuat jahat dan menyakiti makhluk Allah.
Mereka yang memahami benar-benar agama (Islam), akan memberikan hidup dan manfaat kepada orang lain. Ia hidup laksana bunga, bukan onak dan duri. Ia menaburkan bau harum semerbak, tidak malah menyebarkan bau busuk.
Tujuan spiritual yang hendak dicapai dalam Islam adalah kondisi di mana jiwa mencapai rasa damai (nafs muthmainnah)-dan ini menjadi esensi yang sebenarnya dari Islam. Kedamaian jiwa yang menjadi target spiritual dalam Islam ini, jiwa wujud dalam diri seseorang, dengan sendirinya akan membawanya kepada sikap yang menjadi citra diri Islam, yaitu Agama Kedamaian.
***
BUKU Islam Anti Kekerasan karya ulama sekaligus cendekiawan India ini amat bermakna bagi dunia masa kini di mana pertikaian dan permusuhan muncul di mana-mana. Buku ini mengingatkan saudara-saudara seiman yang masih mengedepankan cara-cara kekerasan untuk mencapai tujuannya, sedangkan sesungguhnya, agama melarang tindak kekerasan.
Bagi bangsa Indonesia yang sedang mudah sekali tersundut marahnya, buku ini diharapkan bisa memberi kecerahan batin sehingga dapat mengendalikan emosi dan nafsu amarahnya, kemudian mendekatkan diri pada kesalehan dan kebajikan.
Tujuan lainnya, buku ini hadir juga untuk menjawab tudingan-tudingan miring yang selalu saja diarahkan ke wajah suci Islam, seakan-akan agama ini membolehkan kekerasan. Padahal, kekerasan yang terjadi umumnya dilakukan justru oleh pemeluk yang tidak benar-benar memahami agama Islam, dan mereka itu memang perlu pencerahan.
Buku ini menunjukkan bukti-bukti akurat disertai dengan argumen yang kuat bahwa Islam adalah agama kedamaian, antikekerasan. Hal mana bisa ditengok dari sejarah penyebaran Islam pada zaman Rasulallah SAW. Sepanjang perjalanan dakwah, beliau tidak pernah menggunakan kekerasan untuk memperoleh tujuannya. Maka kalau sekarang, untuk tujuan itu masih ada yang menggunakan kekerasan, tentunya tak sesuai dengan contoh yang diberikan oleh Nabi.
Kalau harus menggunakan kekerasan (perang), itu hanya untuk membela diri. Itu pun sedapat mungkin dihindarinya. Inisiatif untuk membuka front permusuhan sama sekali tidak diperkenankan.
Pada awal dakwah Islam di Makkah, Nabi Muhammad menerima perlakuan yang sangat menyakitkan. Beliau dicaci, difitnah, diintimidasi, bahkan disakiti secara fisik.
Begitu pula ketika beliau pergi ke Thaif untuk berdakwah. Namun beliau tidak pernah membalasnya dengan kutukan, cacian, apalagi tindak kekerasan. Yang beliau lakukan hanyalah berdoa: Allahummahdi qaumi, fainnahum la ya’lamun (Ya Allah, berilah petunjuk kepada kaum ini, mereka memperlakukan seperti ini karena mereka tidak tahu).
Cara-cara damai dan sikap antikekerasan inilah yang menghantarkan Islam menuju puncak kejayaannya. Philip K Hitty, seorang sejarawan terkemuka, mengatakan bahwa Islam berhasil menaklukkan musuh-musuhnya ketika kekuatan senjata mereka (umat Islam) gagal melakukannya. Bangsa Mongol yang bengis justru ditaklukkan kaum muslimin ketika pedang mereka sudah tidak sanggup menghadapinya; kaum musyrikin Makkah justru takluk di bawah kekuatan damai kaum muslimin.
Kata Islam sendiri merupakan kata jadian bahasa Arab salama yang berarti menjadi tenteram, menjadi tenang, betul-betul damai. Kata benda yang diturun dari kata ini bermakna kedamaian, keselamatan, keamanan, dan penyelamatan. Maka sangat tidak benar pandangan sementara orang yang menyatakan bahwa Islam disebarkan dengan “Qur’an di tangan kanan dan pedang di tangan kiri”.
Adapun untuk tujuan kedua, Maulana Khan mengedepankan prinsip kesamaan derajat manusia di hadapan sesama. Bagi Khan, seorang muslim tidak punya hak untuk memanggil seseorang sebagai “kafir”, hanya karena seseorang itu berbeda. Memanggil seseorang “kafir” hanya karena orang itu tidak menyatakan dirinya sebagai muslim adalah sangat bertentangan dengan perintah Allah (hal 150).
Kafir, menurut bahasa berarti mungkir, orang yang menolak dan mengingkari kebenaran. Jika misi Islam belum pernah kita sampaikan kepada seseorang, tentu kita tidak bisa mengatakan bahwa orang itu kafir. Karena itu, semua orang di dunia ini harus kita anggap sebagai manusia yang juga potensial untuk dijadikan dan diperlakukan sebagai teman.
Al-Qur’an menyebut orang-orang yang mungkir sebagai kafir. Dan, yang memanggil mereka kafir adalah Allah, karena hanya Allah yang tahu apakah seseorang benar-benar mungkir atau tidak, bukan manusia, bukan kita. Tugas kita sebagai muslim hanyalah terus melakukan dakwah.
Sikap positive thinking (husnu zhan) Khan ini juga membias dalam sikapnya terhadap peradaban Barat. Ia memandang bahwa budaya Barat secara umum kondusif bagi perkembangan Islam. Maka ketika orang (muslim) mengatakan bahwa budaya Barat adalah manifestasi dari dajjal, ia malah mengajukan ”tantangan”: “Kalau begitu kita sangat membutuhkan dajjal lebih banyak lagi.”
Khan berpendapat, budaya Baratlah yang mengajarkan kebebasan beragama, mengajarkan untuk mengutuk penyiksaan di mana-mana, dan budaya Barat pulalah yang telah menemukan berbagai macam teknologi dan sains yang telah membantu menyingkap ayat-ayat Allah yang tersembunyi di alam semesta (hal 149). Buku The Bible, The Qur’an and Science, misalnya, bisa lahir setelah budaya Barat menyingkap ayat-ayat Allah di alam semesta.
Kritik Khan terhadap fenomena kaum muslimin dewasa ini adalah bahwa mereka kebanyakan hanya melihat budaya Barat dari sisi-sisi negatif yang mereka anggap merendahkan dan antitesa dari Islam. Padahal, mestinya mereka juga melihat hal-hal produktif, intelektual, dan hal-hal yang konstruktif, serta moralnya.
Khan juga mengkritik cara pandang kaum muslimin yang menyebut pihak nonmuslim sebagai ‘mereka’, di mana tampak di sana sebuah dikotomisasi antara muslim-nonmuslim, kita-mereka, baik-jelek, benar-salah-sebuah sikap yang akan membawa kepada kecenderungan untuk melakukan aksi kekerasan.
Khan menengarai ketidakmampuan kaum muslimin mengikuti mainstream peradaban modern (sehingga menempatkan mereka pada posisi second line) terutama disebabkan oleh aksi kekerasan yang mereka lakukan. Masyarakat muslim seringkali mudah terpancing provokasi-provokasi yang dilancarkan oleh pihak-pihak tertentu.
Dan, menurut Khan, yang paling bertanggung jawab terhadap aksi-aksi kekerasan ini adalah mereka, yang membangkit-bangkitkan semangat jihad dalam makna yang sempit yakni qital (perang). Satu-satunya jalan menghapus citra masyarakat luar tentang Islam-bahwa Islam itu identik dengan kekerasan, bahwa orang Islam itu sangar-sangar-adalah membawa kembali umat Islam kepada mainstream ajaran Islam yang antikekerasan (hal 176); menanamkan kepada mereka tradisi tertinggi dari tingkatan spiritual sufistik yang enggan menyakiti sesama, yang hanya mau menjadi bunga yang semerbak mewangi, bukan menjadi onak-duri yang menyakiti.
***
BUKU ini telah dengan tepat menjelaskan kepada mereka yang memiliki citra buruk tentang Islam, juga mereka yang berusaha memberi citra jelek kepada Islam. Dari situ, Khan ingin agar agama Islam ditempatkan pada posisinya secara proporsional.
Dengan dua sasaran yang dibidik-yakni kaum muslim dan nonmuslim-buku ini menjadi penting untuk dibaca oleh siapa saja, baik oleh umat Islam maupun umat agama lain. Atau juga siapa saja yang memimpikan tercapainya perdamaian dunia, karena buku ini mengajak kepada perdamaian antaragama.
*) Mahasiswa Sastra Arab IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
A Rodhi Murtadho
A. Azis Masyhuri
A. Qorib Hidayatullah
A.C. Andre Tanama
A.S. Laksana
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Hadi WM
Abdul Malik
Abdurrahman Wahid
Abidah El Khalieqy
Acep Iwan Saidi
Acep Zamzam Noor
Adi Prasetyo
Afnan Malay
Afrizal Malna
Afthonul Afif
Aguk Irawan M.N.
Agus B. Harianto
Agus Himawan
Agus Noor
Agus R. Sarjono
Agus Sri Danardana
Agus Sulton
Agus Sunyoto
Agus Wibowo
Ahda Imran
Ahmad Fatoni
Ahmad Maltup SA
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Musthofa Haroen
Ahmad Suyudi
Ahmad Syubbanuddin Alwy
Ahmad Tohari
Ahmad Y. Samantho
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ajip Rosidi
Akhmad Sekhu
Akmal Nasery Basral
Alex R. Nainggolan
Alexander G.B.
Almania Rohmah
Alunk Estohank
Amalia Sulfana
Amien Wangsitalaja
Aming Aminoedhin
Aminullah HA Noor
Andari Karina Anom
Andi Nur Aminah
Anes Prabu Sadjarwo
Anindita S Thayf
Anindita S. Thayf
Anitya Wahdini
Anton Bae
Anton Kurnia
Anung Wendyartaka
Anwar Nuris
Anwari WMK
Aprinus Salam
APSAS (Apresiasi Sastra) Indonesia
Ardus M Sawega
Arie MP Tamba
Arief Budiman
Ariel Heryanto
Arif Saifudin Yudistira
Arif Zulkifli
Arifi Saiman
Aris Kurniawan
Arman A.Z.
Arsyad Indradi
Arti Bumi Intaran
Ary Wibowo
AS Sumbawi
Asarpin
Asbari N. Krisna
Asep Salahudin
Asep Sambodja
Asti Musman
Atep Kurnia
Atih Ardiansyah
Aulia A Muhammad
Awalludin GD Mualif
Aziz Abdul Gofar
B. Nawangga Putra
Badaruddin Amir
Bagja Hidayat
Bakdi Sumanto
Balada
Bale Aksara
Bambang Agung
Bambang Kempling
Bamby Cahyadi
Bandung Mawardi
Bedah Buku
Beni Setia
Benni Indo
Benny Arnas
Benny Benke
Bentara Budaya Yogyakarta
Berita Duka
Berita Utama
Bernando J Sujibto
Berthold Damshauser
Binhad Nurrohmat
Bonari Nabonenar
Bre Redana
Brunel University London
Budi Darma
Budi Hutasuhut
Budi P. Hatees
Budiman S. Hartoyo
Buku Kritik Sastra
Bung Tomo
Burhanuddin Bella
Butet Kartaredjasa
Cahyo Junaedy
Cak Kandar
Caroline Damanik
Catatan
Cecep Syamsul Hari
Cerbung
Cerpen
Chairil Anwar
Chamim Kohari
Chavchay Saifullah
Cornelius Helmy Herlambang
D. Zawawi Imron
Dad Murniah
Dadang Sunendar
Damhuri Muhammad
Damiri Mahmud
Danarto
Daniel Paranamesa
Dante Alighieri
David Krisna Alka
Deddy Arsya
Dedi Pramono
Delvi Yandra
Deni Andriana
Denny Mizhar
Dessy Wahyuni
Dewan Kesenian Lamongan (DKL)
Dewey Setiawan
Dewi Rina Cahyani
Dewi Sri Utami
Dian Hartati
Diana A.V. Sasa
Dianing Widya Yudhistira
Dina Jerphanion
Djadjat Sudradjat
Djasepudin
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Dodiek Adyttya Dwiwanto
Dody Kristianto
Donny Anggoro
Donny Syofyan
Dony P. Herwanto
Dorothea Rosa Herliany
Dr Junaidi
Dudi Rustandi
Dwi Arjanto
Dwi Fitria
Dwi Pranoto
Dwi S. Wibowo
Dwicipta
Dwijo Maksum
E. M. Cioran
E. Syahputra
Egidius Patnistik
Eka Budianta
Eka Kurniawan
Eko Darmoko
Eko Hendrawan Sofyan
Eko Triono
Elisa Dwi Wardani
Ellyn Novellin
Elokdyah Meswati
Emha Ainun Nadjib
Endro Yuwanto
Eriyanti
Erwin Edhi Prasetya
Esai
Evi Idawati
F Dewi Ria Utari
F. Dewi Ria Utari
Fadlillah Malin Sutan Kayo
Fahrudin Nasrulloh
Faisal Kamandobat
Fajar Alayubi
Fakhrunnas MA Jabbar
Fanani Rahman
Faruk HT
Fatah Yasin Noor
Fatkhul Anas
Fazabinal Alim
Fazar Muhardi
Felix K. Nesi
Festival Sastra Gresik
Fikri. MS
Frans Ekodhanto
Fransiskus X. Taolin
Franz Kafka
Fuad Nawawi
Gabriel GarcÃa Márquez
Gde Artawa
Geger Riyanto
Gendhotwukir
Gerakan Surah Buku (GSB)
Ging Ginanjar
Gita Pratama
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gufran A. Ibrahim
Gunoto Saparie
Gusty Fahik
H. Rosihan Anwar
H.B. Jassin
Hadi Napster
Halim HD
Halimi Zuhdy
Hamdy Salad
Hamsad Rangkuti
Han Gagas
Haris del Hakim
Hary B Kori’un
Hasan Junus
Hasnan Bachtiar
Hasta Indriyana
Hasyuda Abadi
Hawe Setiawan
Helvy Tiana Rosa
Hendra Makmur
Hepi Andi Bastoni
Herdiyan
Heri KLM
Heri Latief
Heri Ruslan
Herman Hasyim
Hermien Y. Kleden
Hernadi Tanzil
Herry Lamongan
Heru Emka
Hikmat Gumelar
Holy Adib
Hudan Hidayat
Humam S Chudori
I Nyoman Darma Putra
I Nyoman Suaka
I Tito Sianipar
Ian Ahong Guruh
IBM. Dharma Palguna
Ibnu Rusydi
Ibnu Wahyudi
IDG Windhu Sancaya
Iffah Nur Arifah
Ignas Kleden
Ignasius S. Roy Tei Seran
Ignatius Haryanto
Ignatius Liliek
Ika Karlina Idris
Ilham Khoiri
Imam Muhtarom
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Rosyid
Imron Tohari
Indah S. Pratidina
Indiar Manggara
Indra Tranggono
Indrian Koto
Insaf Albert Tarigan
Ipik Tanoyo
Irine Rakhmawati
Isbedy Stiawan Z.S.
Iskandar Norman
Istiqomatul Hayati
Iswara N Raditya
Iverdixon Tinungki
Iwan Gunadi
Iwan Nurdaya Djafar
Jadid Al Farisy
Jakob Sumardjo
Jamal D. Rahman
Jamrin Abubakar
Janual Aidi
Javed Paul Syatha
Jay Am
Jaya Suprana
Jean-Paul Sartre
JJ. Kusni
Joanito De Saojoao
Jodhi Yudono
John Js
Joko Pinurbo
Joko Sandur
Joni Ariadinata
Jual Buku Paket Hemat
Junaidi Abdul Munif
Jusuf AN
Karya Lukisan: Andry Deblenk
Kasnadi
Katrin Bandel
Kedung Darma Romansha
Khairul Mufid Jr
Ki Panji Kusmin
Kingkin Puput Kinanti
Kirana Kejora
Ko Hyeong Ryeol
Koh Young Hun
Komarudin
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias
Korrie Layun Rampan
Kritik Sastra
Kurniawan
Kuswaidi Syafi'ie
Lathifa Akmaliyah
Latief S. Nugraha
Leila S. Chudori
Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember
Lenah Susianty
Leon Trotsky
Linda Christanty
Liza Wahyuninto
Lona Olavia
Lucia Idayani
Luhung Sapto Nugroho
Lukman Santoso Az
Luky Setyarini
Lusiana Indriasari
Lutfi Mardiansyah
M Syakir
M. Faizi
M. Fauzi Sukri
M. Mustafied
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
M.H. Abid
M.Harir Muzakki
Made Wianta
Mahmoud Darwish
Mahmud Jauhari Ali
Majalah Budaya Jejak
Makmur Dimila
Malkan Junaidi
Maman S Mahayana
Manneke Budiman
Mardi Luhung
Mardiyah Chamim
Marhalim Zaini
Maria Hartiningsih
Mariana Amiruddin
Martin Aleida
Marwanto
Mas Ruscitadewi
Masdharmadji
Mashuri
Masuki M. Astro
Media Dunia Sastra
Media: Crayon on Paper
Mega Vristian
Melani Budianta
Mezra E Pellondou
MG. Sungatno
Micky Hidayat
Mikael Johani
Mikhael Dua
Misbahus Surur
Moch Arif Makruf
Mohamad Fauzi
Mohamad Sobary
Mohamed Nasser Mohamed
Mohammad Takdir Ilahi
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Amin
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad Nanda Fauzan
Muhammad Qodari
Muhammad Rain
Muhammad Subarkah
Muhammad Taufiqurrohman
Muhammad Yasir
Muhammad Zuriat Fadil
Muhammadun AS
Muhyidin
Mujtahid
Munawir Aziz
Musa Asy’arie
Musa Ismail
Musfi Efrizal
Mustafa Ismail
Mustofa W Hasyim
N. Mursidi
Nafi’ah Al-Ma’rab
Naqib Najah
Narudin Pituin
Naskah Teater
Nasru Alam Aziz
Nelson Alwi
Neni Ridarineni
Nezar Patria
Ni Made Purnamasari
Ni Putu Rastiti
Nirwan Ahmad Arsuka
Nirwan Dewanto
Noval Jubbek
Novelet
Nunung Nurdiah
Nur Utami Sari’at Kurniati
Nurdin Kalim
Nurel Javissyarqi
Nurhadi BW
Obrolan
Odhy`s
Okta Adetya
Orasi Budaya Akhir Tahun 2018
Orhan Pamuk
Otto Sukatno CR
Pablo Neruda
Patricia Pawestri
PDS H.B. Jassin
Pipiet Senja
Pramoedya Ananta Toer
Pranita Dewi
Prosa
Proses Kreatif
Puisi
Puisi Pertemuan Mahasiswa
Puji Santosa
Pustaka Bergerak
PUstaka puJAngga
Putu Fajar Arcana
Putu Setia
Putu Wijaya
R. Timur Budi Raja
Radhar Panca Dahana
Rahmah Maulidia
Rahmi Hattani
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Rambuana
Ramzah Dambul
Raudal Tanjung Banua
Redhitya Wempi Ansori
Reiny Dwinanda
Remy Sylado
Resensi
Revolusi
Ria Febrina
Rialita Fithra Asmara
Ribut Wijoto
Richard Strauss
Rida K Liamsi
Riduan Situmorang
Ridwan Munawwar Galuh
Riki Dhamparan Putra
Rina Mahfuzah Nst
Rinto Andriono
Riris K. Toha-Sarumpaet
Risang Anom Pujayanto
Rita Zahara
Riza Multazam Luthfy
Robin Al Kautsar
Robin Dos Santos Soares
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Roland Barthes
Romi Zarman
Romo Jansen Boediantono
Rosidi
Ruslani
S Prana Dharmasta
S Yoga
S. Jai
S.W. Teofani
Sabine Müller
Sabrank Suparno
Safitri Ningrum
Saiful Amin Ghofur
Sajak
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Samsudin Adlawi
Sapardi Djoko Damono
Sarabunis Mubarok
Sartika Dian Nuraini
Sastra Using
Satmoko Budi Santoso
Saut Poltak Tambunan
Saut Situmorang
Sayuri Yosiana
Sayyid Madany Syani
Sejarah
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
Sem Purba
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Shiny.ane el’poesya
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sindu Putra
Siti Mugi Rahayu
Siti Sa’adah
Siwi Dwi Saputro
Sjifa Amori
Slamet Rahardjo Rais
Soeprijadi Tomodihardjo
Sofyan RH. Zaid
Sohifur Ridho’i
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sonya Helen Sinombor
Sosiawan Leak
Sri Rominah
Sri Wintala Achmad
St. Sularto
STKIP PGRI Ponorogo
Subagio Sastrowardoyo
Sudarmoko
Sudaryono
Sudirman
Sugeng Satya Dharma
Suhadi
Sujiwo Tedjo
Sukar
Suminto A. Sayuti
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sunlie Thomas Alexander
Suryadi
Suryanto Sastroatmodjo
Susilowati
Sutan Iwan Soekri Munaf
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Sutrisno Buyil
Syaifuddin Gani
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Winarsho AS
Tengsoe Tjahjono
Th. Sumartana
Theresia Purbandini
Tia Setiadi
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
TS Pinang
Tu-ngang Iskandar
Tulus Wijanarko
Udo Z. Karzi
Umbu Landu Paranggi
Universitas Indonesia
Urwatul Wustqo
Usman Arrumy
Usman Awang
UU Hamidy
Vinc. Kristianto Batuadji
Vladimir I. Braginsky
W.S. Rendra
Wahib Muthalib
Wahyu Utomo
Wardjito Soeharso
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wayan Sunarta
Weni Suryandari
Wiko Antoni
Wina Karnie
Winarta Adisubrata
Wiwik Widayaningtias
Yanto le Honzo
Yanuar Widodo
Yetti A. KA
Yohanes Sehandi
Yudhis M. Burhanudin
Yukio Mishima
Yulhasni
Yuli
Yulia Permata Sari
Yurnaldi
Yusmar Yusuf
Yusri Fajar
Yuswinardi
Yuval Noah Harari
Zaki Zubaidi
Zakky Zulhazmi
Zawawi Se
Zen Rachmat Sugito
Zuriati
Tidak ada komentar:
Posting Komentar