Kamis, 02 April 2009

Jadilah Bunga Wangi, Bukan Onak Berduri

Muhyidin*
http://www2.kompas.com/kompas-cetak/

Maulana Wahiduddin Khan (diterjemahkan oleh Samson Rahman), Islam Anti Kekerasan, Pustaka Al-Kautsar, Maret 2000, 180 halaman

MAULANA Ashraf ‘Ali Thanawi, seorang sufi yang sangat terkenal di India, suatu saat bangun dan akan mengambil wudhu. Seorang muridnya membawakan kepadanya seember air.

Ia kemudian duduk di suatu tempat dan mulai akan mengambil air wudhu, namun ia bangkit kembali dan pergi ke tempat lain sambil menjinjing ember berisi air. Ketika ia mulai akan mengambil wudhu, ia bangkit dan pindah lagi. Baru pada tempat ketiga ia mengambil wudhunya.

Muridnya merasa heran terhadap tingkah-laku sang guru, lalu dengan sangat hati-hati bertanya, “Guru, engkau melakukan sesuatu yang belum pernah engkau lakukan, ini aneh. Dua kali engkau duduk di tempat berbeda untuk mengambil air wudhu, namun kemudian engkau bangkit dari kedua tempat itu dan ke tempat lain, hingga akhirnya engkau mengambil wudhu di tempat ketiga. Ada apakah gerangan wahai guru?”

Maulana Thanawi menjawab, bahwa pada tempat pertama dan kedua, ketika hendak mengambil wudhu ia melihat semut-semut sedang berjalan beriringan di lantai. Ia berpikir, jika ia tuangkan air wudhu di atasnya, maka binatang-binatang itu akan berada dalam kesulitan besar. Maka ia pun berpindah ke tempat ketiga yang tidak ada semutnya dan mengambil air wudhu di sana.

Ceritera tersebut dengan tepat memberi gambaran tentang realitas kehidupan seorang sufi yang menyiratkan sosok berkekuatan spiritual. Ceritera itu sekaligus memberi pelajaran bahwa tidak seharusnya kita menyiksa binatang sekecil apa pun, apalagi menyakiti manusia.

Memang, kita harus hidup di dunia ini tanpa menyakiti orang lain dan tidak membuat mereka sakit hati. Manakala seseorang telah mencapai tingkatan spiritual seperti itu, ia akan mendapatkan esensi agama (Islam) yang sebenarnya. Artinya, ia tidak akan berpikir untuk berbuat jahat dan menyakiti makhluk Allah.

Mereka yang memahami benar-benar agama (Islam), akan memberikan hidup dan manfaat kepada orang lain. Ia hidup laksana bunga, bukan onak dan duri. Ia menaburkan bau harum semerbak, tidak malah menyebarkan bau busuk.

Tujuan spiritual yang hendak dicapai dalam Islam adalah kondisi di mana jiwa mencapai rasa damai (nafs muthmainnah)-dan ini menjadi esensi yang sebenarnya dari Islam. Kedamaian jiwa yang menjadi target spiritual dalam Islam ini, jiwa wujud dalam diri seseorang, dengan sendirinya akan membawanya kepada sikap yang menjadi citra diri Islam, yaitu Agama Kedamaian.
***

BUKU Islam Anti Kekerasan karya ulama sekaligus cendekiawan India ini amat bermakna bagi dunia masa kini di mana pertikaian dan permusuhan muncul di mana-mana. Buku ini mengingatkan saudara-saudara seiman yang masih mengedepankan cara-cara kekerasan untuk mencapai tujuannya, sedangkan sesungguhnya, agama melarang tindak kekerasan.

Bagi bangsa Indonesia yang sedang mudah sekali tersundut marahnya, buku ini diharapkan bisa memberi kecerahan batin sehingga dapat mengendalikan emosi dan nafsu amarahnya, kemudian mendekatkan diri pada kesalehan dan kebajikan.

Tujuan lainnya, buku ini hadir juga untuk menjawab tudingan-tudingan miring yang selalu saja diarahkan ke wajah suci Islam, seakan-akan agama ini membolehkan kekerasan. Padahal, kekerasan yang terjadi umumnya dilakukan justru oleh pemeluk yang tidak benar-benar memahami agama Islam, dan mereka itu memang perlu pencerahan.

Buku ini menunjukkan bukti-bukti akurat disertai dengan argumen yang kuat bahwa Islam adalah agama kedamaian, antikekerasan. Hal mana bisa ditengok dari sejarah penyebaran Islam pada zaman Rasulallah SAW. Sepanjang perjalanan dakwah, beliau tidak pernah menggunakan kekerasan untuk memperoleh tujuannya. Maka kalau sekarang, untuk tujuan itu masih ada yang menggunakan kekerasan, tentunya tak sesuai dengan contoh yang diberikan oleh Nabi.

Kalau harus menggunakan kekerasan (perang), itu hanya untuk membela diri. Itu pun sedapat mungkin dihindarinya. Inisiatif untuk membuka front permusuhan sama sekali tidak diperkenankan.

Pada awal dakwah Islam di Makkah, Nabi Muhammad menerima perlakuan yang sangat menyakitkan. Beliau dicaci, difitnah, diintimidasi, bahkan disakiti secara fisik.

Begitu pula ketika beliau pergi ke Thaif untuk berdakwah. Namun beliau tidak pernah membalasnya dengan kutukan, cacian, apalagi tindak kekerasan. Yang beliau lakukan hanyalah berdoa: Allahummahdi qaumi, fainnahum la ya’lamun (Ya Allah, berilah petunjuk kepada kaum ini, mereka memperlakukan seperti ini karena mereka tidak tahu).

Cara-cara damai dan sikap antikekerasan inilah yang menghantarkan Islam menuju puncak kejayaannya. Philip K Hitty, seorang sejarawan terkemuka, mengatakan bahwa Islam berhasil menaklukkan musuh-musuhnya ketika kekuatan senjata mereka (umat Islam) gagal melakukannya. Bangsa Mongol yang bengis justru ditaklukkan kaum muslimin ketika pedang mereka sudah tidak sanggup menghadapinya; kaum musyrikin Makkah justru takluk di bawah kekuatan damai kaum muslimin.

Kata Islam sendiri merupakan kata jadian bahasa Arab salama yang berarti menjadi tenteram, menjadi tenang, betul-betul damai. Kata benda yang diturun dari kata ini bermakna kedamaian, keselamatan, keamanan, dan penyelamatan. Maka sangat tidak benar pandangan sementara orang yang menyatakan bahwa Islam disebarkan dengan “Qur’an di tangan kanan dan pedang di tangan kiri”.

Adapun untuk tujuan kedua, Maulana Khan mengedepankan prinsip kesamaan derajat manusia di hadapan sesama. Bagi Khan, seorang muslim tidak punya hak untuk memanggil seseorang sebagai “kafir”, hanya karena seseorang itu berbeda. Memanggil seseorang “kafir” hanya karena orang itu tidak menyatakan dirinya sebagai muslim adalah sangat bertentangan dengan perintah Allah (hal 150).

Kafir, menurut bahasa berarti mungkir, orang yang menolak dan mengingkari kebenaran. Jika misi Islam belum pernah kita sampaikan kepada seseorang, tentu kita tidak bisa mengatakan bahwa orang itu kafir. Karena itu, semua orang di dunia ini harus kita anggap sebagai manusia yang juga potensial untuk dijadikan dan diperlakukan sebagai teman.

Al-Qur’an menyebut orang-orang yang mungkir sebagai kafir. Dan, yang memanggil mereka kafir adalah Allah, karena hanya Allah yang tahu apakah seseorang benar-benar mungkir atau tidak, bukan manusia, bukan kita. Tugas kita sebagai muslim hanyalah terus melakukan dakwah.

Sikap positive thinking (husnu zhan) Khan ini juga membias dalam sikapnya terhadap peradaban Barat. Ia memandang bahwa budaya Barat secara umum kondusif bagi perkembangan Islam. Maka ketika orang (muslim) mengatakan bahwa budaya Barat adalah manifestasi dari dajjal, ia malah mengajukan ”tantangan”: “Kalau begitu kita sangat membutuhkan dajjal lebih banyak lagi.”

Khan berpendapat, budaya Baratlah yang mengajarkan kebebasan beragama, mengajarkan untuk mengutuk penyiksaan di mana-mana, dan budaya Barat pulalah yang telah menemukan berbagai macam teknologi dan sains yang telah membantu menyingkap ayat-ayat Allah yang tersembunyi di alam semesta (hal 149). Buku The Bible, The Qur’an and Science, misalnya, bisa lahir setelah budaya Barat menyingkap ayat-ayat Allah di alam semesta.

Kritik Khan terhadap fenomena kaum muslimin dewasa ini adalah bahwa mereka kebanyakan hanya melihat budaya Barat dari sisi-sisi negatif yang mereka anggap merendahkan dan antitesa dari Islam. Padahal, mestinya mereka juga melihat hal-hal produktif, intelektual, dan hal-hal yang konstruktif, serta moralnya.

Khan juga mengkritik cara pandang kaum muslimin yang menyebut pihak nonmuslim sebagai ‘mereka’, di mana tampak di sana sebuah dikotomisasi antara muslim-nonmuslim, kita-mereka, baik-jelek, benar-salah-sebuah sikap yang akan membawa kepada kecenderungan untuk melakukan aksi kekerasan.

Khan menengarai ketidakmampuan kaum muslimin mengikuti mainstream peradaban modern (sehingga menempatkan mereka pada posisi second line) terutama disebabkan oleh aksi kekerasan yang mereka lakukan. Masyarakat muslim seringkali mudah terpancing provokasi-provokasi yang dilancarkan oleh pihak-pihak tertentu.

Dan, menurut Khan, yang paling bertanggung jawab terhadap aksi-aksi kekerasan ini adalah mereka, yang membangkit-bangkitkan semangat jihad dalam makna yang sempit yakni qital (perang). Satu-satunya jalan menghapus citra masyarakat luar tentang Islam-bahwa Islam itu identik dengan kekerasan, bahwa orang Islam itu sangar-sangar-adalah membawa kembali umat Islam kepada mainstream ajaran Islam yang antikekerasan (hal 176); menanamkan kepada mereka tradisi tertinggi dari tingkatan spiritual sufistik yang enggan menyakiti sesama, yang hanya mau menjadi bunga yang semerbak mewangi, bukan menjadi onak-duri yang menyakiti.
***

BUKU ini telah dengan tepat menjelaskan kepada mereka yang memiliki citra buruk tentang Islam, juga mereka yang berusaha memberi citra jelek kepada Islam. Dari situ, Khan ingin agar agama Islam ditempatkan pada posisinya secara proporsional.

Dengan dua sasaran yang dibidik-yakni kaum muslim dan nonmuslim-buku ini menjadi penting untuk dibaca oleh siapa saja, baik oleh umat Islam maupun umat agama lain. Atau juga siapa saja yang memimpikan tercapainya perdamaian dunia, karena buku ini mengajak kepada perdamaian antaragama.

*) Mahasiswa Sastra Arab IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Azis Masyhuri A. Qorib Hidayatullah A.C. Andre Tanama A.S. Laksana Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi WM Abdul Malik Abdurrahman Wahid Abidah El Khalieqy Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Adi Prasetyo Afnan Malay Afrizal Malna Afthonul Afif Aguk Irawan M.N. Agus B. Harianto Agus Himawan Agus Noor Agus R. Sarjono Agus Sri Danardana Agus Sulton Agus Sunyoto Agus Wibowo Ahda Imran Ahmad Fatoni Ahmad Maltup SA Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad Suyudi Ahmad Syubbanuddin Alwy Ahmad Tohari Ahmad Y. Samantho Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhmad Sekhu Akmal Nasery Basral Alex R. Nainggolan Alexander G.B. Almania Rohmah Alunk Estohank Amalia Sulfana Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Aminullah HA Noor Andari Karina Anom Andi Nur Aminah Anes Prabu Sadjarwo Anindita S Thayf Anindita S. Thayf Anitya Wahdini Anton Bae Anton Kurnia Anung Wendyartaka Anwar Nuris Anwari WMK Aprinus Salam APSAS (Apresiasi Sastra) Indonesia Ardus M Sawega Arie MP Tamba Arief Budiman Ariel Heryanto Arif Saifudin Yudistira Arif Zulkifli Arifi Saiman Aris Kurniawan Arman A.Z. Arsyad Indradi Arti Bumi Intaran Ary Wibowo AS Sumbawi Asarpin Asbari N. Krisna Asep Salahudin Asep Sambodja Asti Musman Atep Kurnia Atih Ardiansyah Aulia A Muhammad Awalludin GD Mualif Aziz Abdul Gofar B. Nawangga Putra Badaruddin Amir Bagja Hidayat Bakdi Sumanto Balada Bale Aksara Bambang Agung Bambang Kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bedah Buku Beni Setia Benni Indo Benny Arnas Benny Benke Bentara Budaya Yogyakarta Berita Duka Berita Utama Bernando J Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Bonari Nabonenar Bre Redana Brunel University London Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiman S. Hartoyo Buku Kritik Sastra Bung Tomo Burhanuddin Bella Butet Kartaredjasa Cahyo Junaedy Cak Kandar Caroline Damanik Catatan Cecep Syamsul Hari Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Chavchay Saifullah Cornelius Helmy Herlambang D. Zawawi Imron Dad Murniah Dadang Sunendar Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Dante Alighieri David Krisna Alka Deddy Arsya Dedi Pramono Delvi Yandra Deni Andriana Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dewan Kesenian Lamongan (DKL) Dewey Setiawan Dewi Rina Cahyani Dewi Sri Utami Dian Hartati Diana A.V. Sasa Dianing Widya Yudhistira Dina Jerphanion Djadjat Sudradjat Djasepudin Djoko Pitono Djoko Saryono Dodiek Adyttya Dwiwanto Dody Kristianto Donny Anggoro Donny Syofyan Dony P. Herwanto Dorothea Rosa Herliany Dr Junaidi Dudi Rustandi Dwi Arjanto Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi S. Wibowo Dwicipta Dwijo Maksum E. M. Cioran E. Syahputra Egidius Patnistik Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Hendrawan Sofyan Eko Triono Elisa Dwi Wardani Ellyn Novellin Elokdyah Meswati Emha Ainun Nadjib Endro Yuwanto Eriyanti Erwin Edhi Prasetya Esai Evi Idawati F Dewi Ria Utari F. Dewi Ria Utari Fadlillah Malin Sutan Kayo Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fajar Alayubi Fakhrunnas MA Jabbar Fanani Rahman Faruk HT Fatah Yasin Noor Fatkhul Anas Fazabinal Alim Fazar Muhardi Felix K. Nesi Festival Sastra Gresik Fikri. MS Frans Ekodhanto Fransiskus X. Taolin Franz Kafka Fuad Nawawi Gabriel García Márquez Gde Artawa Geger Riyanto Gendhotwukir Gerakan Surah Buku (GSB) Ging Ginanjar Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gufran A. Ibrahim Gunoto Saparie Gusty Fahik H. Rosihan Anwar H.B. Jassin Hadi Napster Halim HD Halimi Zuhdy Hamdy Salad Hamsad Rangkuti Han Gagas Haris del Hakim Hary B Kori’un Hasan Junus Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Hasyuda Abadi Hawe Setiawan Helvy Tiana Rosa Hendra Makmur Hepi Andi Bastoni Herdiyan Heri KLM Heri Latief Heri Ruslan Herman Hasyim Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Herry Lamongan Heru Emka Hikmat Gumelar Holy Adib Hudan Hidayat Humam S Chudori I Nyoman Darma Putra I Nyoman Suaka I Tito Sianipar Ian Ahong Guruh IBM. Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi IDG Windhu Sancaya Iffah Nur Arifah Ignas Kleden Ignasius S. Roy Tei Seran Ignatius Haryanto Ignatius Liliek Ika Karlina Idris Ilham Khoiri Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indah S. Pratidina Indiar Manggara Indra Tranggono Indrian Koto Insaf Albert Tarigan Ipik Tanoyo Irine Rakhmawati Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Norman Istiqomatul Hayati Iswara N Raditya Iverdixon Tinungki Iwan Gunadi Iwan Nurdaya Djafar Jadid Al Farisy Jakob Sumardjo Jamal D. Rahman Jamrin Abubakar Janual Aidi Javed Paul Syatha Jay Am Jaya Suprana Jean-Paul Sartre JJ. Kusni Joanito De Saojoao Jodhi Yudono John Js Joko Pinurbo Joko Sandur Joni Ariadinata Jual Buku Paket Hemat Junaidi Abdul Munif Jusuf AN Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Katrin Bandel Kedung Darma Romansha Khairul Mufid Jr Ki Panji Kusmin Kingkin Puput Kinanti Kirana Kejora Ko Hyeong Ryeol Koh Young Hun Komarudin Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kritik Sastra Kurniawan Kuswaidi Syafi'ie Lathifa Akmaliyah Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember Lenah Susianty Leon Trotsky Linda Christanty Liza Wahyuninto Lona Olavia Lucia Idayani Luhung Sapto Nugroho Lukman Santoso Az Luky Setyarini Lusiana Indriasari Lutfi Mardiansyah M Syakir M. Faizi M. Fauzi Sukri M. Mustafied M. Yoesoef M.D. Atmaja M.H. Abid M.Harir Muzakki Made Wianta Mahmoud Darwish Mahmud Jauhari Ali Majalah Budaya Jejak Makmur Dimila Malkan Junaidi Maman S Mahayana Manneke Budiman Mardi Luhung Mardiyah Chamim Marhalim Zaini Maria Hartiningsih Mariana Amiruddin Martin Aleida Marwanto Mas Ruscitadewi Masdharmadji Mashuri Masuki M. Astro Media Dunia Sastra Media: Crayon on Paper Mega Vristian Melani Budianta Mezra E Pellondou MG. Sungatno Micky Hidayat Mikael Johani Mikhael Dua Misbahus Surur Moch Arif Makruf Mohamad Fauzi Mohamad Sobary Mohamed Nasser Mohamed Mohammad Takdir Ilahi Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Amin Muhammad Muhibbuddin Muhammad Nanda Fauzan Muhammad Qodari Muhammad Rain Muhammad Subarkah Muhammad Taufiqurrohman Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun AS Muhyidin Mujtahid Munawir Aziz Musa Asy’arie Musa Ismail Musfi Efrizal Mustafa Ismail Mustofa W Hasyim N. Mursidi Nafi’ah Al-Ma’rab Naqib Najah Narudin Pituin Naskah Teater Nasru Alam Aziz Nelson Alwi Neni Ridarineni Nezar Patria Ni Made Purnamasari Ni Putu Rastiti Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Noval Jubbek Novelet Nunung Nurdiah Nur Utami Sari’at Kurniati Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurhadi BW Obrolan Odhy`s Okta Adetya Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Orhan Pamuk Otto Sukatno CR Pablo Neruda Patricia Pawestri PDS H.B. Jassin Pipiet Senja Pramoedya Ananta Toer Pranita Dewi Prosa Proses Kreatif Puisi Puisi Pertemuan Mahasiswa Puji Santosa Pustaka Bergerak PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Setia Putu Wijaya R. Timur Budi Raja Radhar Panca Dahana Rahmah Maulidia Rahmi Hattani Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rambuana Ramzah Dambul Raudal Tanjung Banua Redhitya Wempi Ansori Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Revolusi Ria Febrina Rialita Fithra Asmara Ribut Wijoto Richard Strauss Rida K Liamsi Riduan Situmorang Ridwan Munawwar Galuh Riki Dhamparan Putra Rina Mahfuzah Nst Rinto Andriono Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Rita Zahara Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Roland Barthes Romi Zarman Romo Jansen Boediantono Rosidi Ruslani S Prana Dharmasta S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabine Müller Sabrank Suparno Safitri Ningrum Saiful Amin Ghofur Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Sartika Dian Nuraini Sastra Using Satmoko Budi Santoso Saut Poltak Tambunan Saut Situmorang Sayuri Yosiana Sayyid Madany Syani Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) Sem Purba Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Shiny.ane el’poesya Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sindu Putra Siti Mugi Rahayu Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Slamet Rahardjo Rais Soeprijadi Tomodihardjo Sofyan RH. Zaid Sohifur Ridho’i Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sonya Helen Sinombor Sosiawan Leak Sri Rominah Sri Wintala Achmad St. Sularto STKIP PGRI Ponorogo Subagio Sastrowardoyo Sudarmoko Sudaryono Sudirman Sugeng Satya Dharma Suhadi Sujiwo Tedjo Sukar Suminto A. Sayuti Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Suryadi Suryanto Sastroatmodjo Susilowati Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Sutrisno Buyil Syaifuddin Gani Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Th. Sumartana Theresia Purbandini Tia Setiadi Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto TS Pinang Tu-ngang Iskandar Tulus Wijanarko Udo Z. Karzi Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Urwatul Wustqo Usman Arrumy Usman Awang UU Hamidy Vinc. Kristianto Batuadji Vladimir I. Braginsky W.S. Rendra Wahib Muthalib Wahyu Utomo Wardjito Soeharso Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Weni Suryandari Wiko Antoni Wina Karnie Winarta Adisubrata Wiwik Widayaningtias Yanto le Honzo Yanuar Widodo Yetti A. KA Yohanes Sehandi Yudhis M. Burhanudin Yukio Mishima Yulhasni Yuli Yulia Permata Sari Yurnaldi Yusmar Yusuf Yusri Fajar Yuswinardi Yuval Noah Harari Zaki Zubaidi Zakky Zulhazmi Zawawi Se Zen Rachmat Sugito Zuriati