Sunaryono Basuki Ks
http://www.suarakarya-online.com/
Dalam tempo enam tahun pelabuhan ferry Dover di pantai berbukit batu itu mengalami kemajuan pesat. Pada bulan Februari tahun 1987, sepekan sebelum tenggelamnya ferry di selat Inggris yang menghebohkan dunia itu, aku juga menyeberang dari Dover. Sudah malam, yang kutahu adalah bangunan berupa rumah minum dan penjual makanan. Bus antar negara yang kutumpangi dari London menuju Amsterdam berhenti di pelataran ini, kemudian dari pengeras suara kami dipanggil untuk naik ke dalam bus, puluhan bus dan mobil ditelan tempat parkir ferry itu di lantai dasar. Sekarang, bus langsung masuk ke pelataran luas, dan kami diminta turun melapor ke bagian imigrasi, membawa dokumen yang diperlukan.
Sopir bus, lelaki setengah baya itu banyak canda, sejak melaju dari Victoria Coach Station di London lantaran bus itu hanya dilayani oleh satu orang: mau minum ya maju sendiri ke dekat tempat duduk sopir dan melayani sendiri dari termos kopi, sementara kalau mau beli kudapan, juga ambil sendiri dan meletakkan uang dan mengambil uang kembaliannya. Begitu berhenti di dalam kapal, tepat di dekat pintu berlift ke lantai yang di atas, sopir itu mengumumkan nomor pintunya agar nanti kami kembali ke pintu itu.
"Jangan salah masuk sebab tak akan sampai kembali ke bus. Dan kalau terlambat, aku tinggalkan."
Apa kami memang akan ditinggalkan atau dipanggil dulu melalui pengeras suara dengan menyebut nama bus serta nomor pintunya? Hatiku tergetar juga mendengar pengumuman itu. Di Gilimanuk, aku bebas naik dimana saja, dan ketika turun, aku takkan tersesat sebab ferrynya kecil dan hanya berlantai dua: lantai untuk kendaraan dan lantai untuk penumpang. Dengan puluhan bus dan mobil yang dapat diangkutnya saja, kami sudah takjub. Ferry ini entah memuat berapa buah bus dan mobil. Lapangan parkir seluas terminal bus tentu berisi puluhan bus dan mobil.
Aku mulai dengan lantai sembilan, yang paling atas sekedar ingin tahu ada apa disitu, setelah mencatat nomor pintunya. Aku dibawa ke lantai yang mirip hotel berbintang. Dinding-dinding lorongnya tertutup kaca, dan di sepanjang dinding digantungkan repro lukisan Vincent van Gogh, pelukis yang pada masa hidupnya sengsara dan tidak bisa menikmati hasil penjualan lukisannya. Andaikata dia masih hidup dan tahu bahwa lukisannya menjadi rebutan kolektor maha kaya dari Jepang, dan dia memang mendapat uang dari penjualan lukisannya itu, pasti dia akan bolak balik melancong ke Bali, tidak seperti Gaugin yang hidup di antara penduduk asli di sebuah pulau di Lautan Pasifik. Sebelum sampai di sini aku tinggal di Aberdeen dan menemukan buku repro lukisan Van Gogh yang dijual hanya 15 pound. Aku juga membeli satu set repro lukisan Pablo Picassso seharga 30 pound. Berjalan sepanjang lorong dengan dinding yang digantungi repro ukuran lebih besar dari 10R aku merasa berada di sebuah ruang pameran lukisan pelukis malang itu. Puluhan tahun sebelumnya aku kagum menonton repro lukisannya di layar lebar bioskup Rex di kota Malang saat diputar film, Lust for Life. Kirk Douglas didandani seperti wajah van Gogh yang tercanmtum dalam karyanya yang berjudul Potret Diri: lelaki brewok, kurus, mengenakan caping anyaman rumput. Dalam posisi setengah profil. Tak jelas apakah dia merasa tertekan atau sekedar tersenyum sinis. Film itu menampilkan alam yang dilukisnya, kemudian berselang seling ditutup oleh lukisannya, mungkin dimaksudkan untuk membandingan bagaimana pelukis itu menyerap alam. Starry Night yang terkenal itu divisualisasi: kebun dengan pepohonan cypress, ladang dengan para pemungut sisa panen kemudian disandingkan dengan lukisannya "The Gleaners."
Saat kuperhatikan lukisan-lukisan itu sambil melewati Shower Room, lalu ruang khusus untuk yang mau nonton TV, lalu restoran, toko-toko bebas cukai, tiba-tiba aku bertubrukan dengan seorang, yang baru kusadari kalau dia perempuan saat aku mencium bau parfumnya.
"Sorry," kataku, dan kudengar juga dia mengucapkan ungkapan yang sama.
Aku ingin segera berlalu sebab malu kalau dikira aku sengaja menubruknya karena ternyata perempuan itu cantik dengan tubuh subur dan menawan.
"Hey, Mister!" katanya. Aku pun merasa bersalah dan mengatakan:
"I'm sorry!"
"Kamu pasti pelupa," katanya dengan akrab.
Aku berhenti dan memperhatikannya. Tubuhnya dibalut jaket penahan angin sebab udara bulan Juli cukup hangat.
"Lancaster!"
Aku mencoba mengingat semua teman-temanku saat aku menempuh kuliah di Lancaster University, sebelas tahun yang lalu. Caroline bukan, Susan Spencer bukan, Allison bukan. Siapa ya?
"Aku Susan Brooke!" katanya.
Aku teringat seorang gadis seksi dari tingkat satu saat aku mengambil gelar MAku, lantaran nama belakangnya Brooke. "Oh,! Apa kabar, Susan? Bekerja dimana? Sedang melancong?"
"Jadi kamu ingat, ya."
"Ya, aku ingat saat kamu mengundangku minum aku menolak, sebab aku ini bodoh. Kan aku sudah minum kopi kenapa harus minum lagi? Ternyata kamu mengajakku minum di bar kampus kan?"
"Itulah beda budaya," sahutnya. "Sekarang kamu paham kan? Bagaimana kalau kutraktir minum sekarang, kita bisa ngobrol."
Susan masih seperti dulu, enerjetik, semangat studinya mengebu- dan kalau papernya bagus selalu berkabar padaku, padahal kami hanya bertemu kadang-kadang di lorong Department of Linguistics and Modern English Language. Dia sama bersemangatnya dengan Azizah, mahasiswa tingkat satu dari Malaysia. Karena aku mahasiswa MA, dia menemuiku untuk diskusi tentang Socio-linguistics. Roger Bell ahlinya, menjadi dosenku. Melayani pertanyaan-pertanyaannya yang mendalam aku kelabakan. Dari situ aku tahu, mahasiswa undergraduate memang digembleng keras untruk menguasai materi secara mendalam, sedangkan aku hanya mengetahui banyak pada kulitnya.
Pernah aku hadir pada malam amal yang diselenggrakan di Fylde College, tempat kami semua tinggal. Malam itu diadakan acara minum-minum dan peserta dikenakan biaya yang jumlahnya aku lupa dan mendapat kupon untuk minum bir tiga pint, gelas besar. Waktu itu aku pergi bersama teman-teman selantai dari tingkat undergraduate, James daa Brian yang gendut. Malam itulah aku bertemu Susan Brooke yang tinggal di blok khusus mahasiswi, sementara blok yang kutinggali, terdiri dari tiga lantai, lantai tengahnya ditempati mahasiswi.
Susan memang sosok seorang bintang filrm yang kesasar menjadi mahasiswa. Kecantikannya memukau setiap orang.. gagah, anggun dan segar serta sikap sebagaimana para Charlie's Angels. Orang Inggris pasti berani bilang:
"Kau cantik Susan."
Tetapi aku tak mampu mengatakannya, hanya memandangnya dan tersenyum dan mengajaknya berbasa-basi. Ketika tahu aku dari Bali,dia memintaku:
"Coba ceritakan tentang rumahmu."
Aku kesulitan menceritakannya, sebab aku harus bercerita bahwa aku punya tiga orang anak laki-laki, masing-masing di kamarnya yang menurut standar Inggris dianggap tak layak, kamar mereka sempit.. Aku meninggalkan istri yang walaupun usianya menjelang empat puluh masih menempuh kuliah di Program Diploma agar bisa diangkat sebagai guru. Anak sulungku berusia sepuluh tahun sedangkan si bungsu berusia hampir empat tahun. Sebagai dosen, aku tidak punya mobil, dan semua pekerjaan rumah kami kerjakan sendiri.
"Yah, rumah kecil saja, aku tinggal di salah satu kamar."
"Orang tuamu?"
"Ayahku meninggal bulan Mei lalu."
Dan di atas ferry yang membawaku malam itu pertanyaan yang sama diajukan kepadaku. Bukan oleh Susan yang belia, tetapi oleh seorang perempuan dewasa, matanya agak cekung, ada yang tersembunyi disitu. Diminumnya bir dari gelasnya beberapa teguk. Di Lancaster kupon birku kuberikan padanya dan selembar pada Brian, dan mungkin karena itu beberapa pekan kemudian dia menawariku minum.
"Jadi kamu sekarang kerja dimana?"
"Kamu sendiri?" tanyanya balik.
"Aku masih mengajar di kampusku yang lama, tak ada perubahan. Maklumlah pegawai negeri."
"Kau beruntung bisa berkelana sejauh ini,"
"Atas kebaikan The British Council. Kalau tidak, aku tak mampu."
"Ya, setelah kamu lulus, aku lulus pula mendapat gelar BA, melanjuitkan ke tingkat Master, dan nekat melanjutkan ke tingkat doktoral."
"Jadi, kamu yang menulis buku Women and Language itu? Dr. Susan Brooke?."
"Tak banyak Susan Brooke, tak seperti pengarang Thinking and Language, Judith Greene yang punya kembaran di Columbus tetapi bukan penulis buku, hanya ahli istilah-istilah pendidikan."
"Dan kamu pasti menjadi istri yang berbahagia,"
"Ah, " Susan mendesah, bibirnya dilekatkan pada bibir gelas birnya.
"Setelah menikah dengan Paul, kukira aku bahagia tetapi dia kembali ke pacarnya yang teman kuliahmu itu."
"Maksudmu, Paul dan Laura," aku menyebut pasangan teman kuliahku yang selalu nampak mesra. Saat tas Laura terbuka, kulihat banyak pil putih dalam blister. Aku tahu pil apa itu, pengaman hubungan mereka berdua. Tetapi tak pernah kudengar Paul tak bersetia pada Laura. Sebelum aku pulang, Laura bahkan singgah lama mengobrol di tempatku. Bukan kamarku, tetapi tempat Foo yang pulang hendak memboyong istrinya dari Kucing. Laura tak pernah bercerita, dan di tempat Foo yang punya kamar tamu selain kamar tidur itu, kami juga hanya mengobrol, bahkan ketika berpisah aku juga tak menciumnya di pipi. Kukira Laura sangat setia, jadi Paullah biangnya.
"This is a small world,". Di atas ferry yang terapung antara dua negeri ini, aku dipertemukan dengan Laura, sukses dalam karir, tidak dalam percintaan. Aku kagum padanya, tak sungguh-sungguh ingin memeluk dan menciumnya waktu dia masih menjadi mahasiswa. Aku ingat ketiga anakku yang bisa saja dikhianati oleh pasangannya nanti bila aku menanam benih pengkhianatan saat itu.***
* Singaraja 1-2 September 2008
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
A Rodhi Murtadho
A. Azis Masyhuri
A. Qorib Hidayatullah
A.C. Andre Tanama
A.S. Laksana
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Hadi WM
Abdul Malik
Abdurrahman Wahid
Abidah El Khalieqy
Acep Iwan Saidi
Acep Zamzam Noor
Adi Prasetyo
Afnan Malay
Afrizal Malna
Afthonul Afif
Aguk Irawan M.N.
Agus B. Harianto
Agus Himawan
Agus Noor
Agus R. Sarjono
Agus Sri Danardana
Agus Sulton
Agus Sunyoto
Agus Wibowo
Ahda Imran
Ahmad Fatoni
Ahmad Maltup SA
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Musthofa Haroen
Ahmad Suyudi
Ahmad Syubbanuddin Alwy
Ahmad Tohari
Ahmad Y. Samantho
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ajip Rosidi
Akhmad Sekhu
Akmal Nasery Basral
Alex R. Nainggolan
Alexander G.B.
Almania Rohmah
Alunk Estohank
Amalia Sulfana
Amien Wangsitalaja
Aming Aminoedhin
Aminullah HA Noor
Andari Karina Anom
Andi Nur Aminah
Anes Prabu Sadjarwo
Anindita S Thayf
Anindita S. Thayf
Anitya Wahdini
Anton Bae
Anton Kurnia
Anung Wendyartaka
Anwar Nuris
Anwari WMK
Aprinus Salam
APSAS (Apresiasi Sastra) Indonesia
Ardus M Sawega
Arie MP Tamba
Arief Budiman
Ariel Heryanto
Arif Saifudin Yudistira
Arif Zulkifli
Arifi Saiman
Aris Kurniawan
Arman A.Z.
Arsyad Indradi
Arti Bumi Intaran
Ary Wibowo
AS Sumbawi
Asarpin
Asbari N. Krisna
Asep Salahudin
Asep Sambodja
Asti Musman
Atep Kurnia
Atih Ardiansyah
Aulia A Muhammad
Awalludin GD Mualif
Aziz Abdul Gofar
B. Nawangga Putra
Badaruddin Amir
Bagja Hidayat
Bakdi Sumanto
Balada
Bale Aksara
Bambang Agung
Bambang Kempling
Bamby Cahyadi
Bandung Mawardi
Bedah Buku
Beni Setia
Benni Indo
Benny Arnas
Benny Benke
Bentara Budaya Yogyakarta
Berita Duka
Berita Utama
Bernando J Sujibto
Berthold Damshauser
Binhad Nurrohmat
Bonari Nabonenar
Bre Redana
Brunel University London
Budi Darma
Budi Hutasuhut
Budi P. Hatees
Budiman S. Hartoyo
Buku Kritik Sastra
Bung Tomo
Burhanuddin Bella
Butet Kartaredjasa
Cahyo Junaedy
Cak Kandar
Caroline Damanik
Catatan
Cecep Syamsul Hari
Cerbung
Cerpen
Chairil Anwar
Chamim Kohari
Chavchay Saifullah
Cornelius Helmy Herlambang
D. Zawawi Imron
Dad Murniah
Dadang Sunendar
Damhuri Muhammad
Damiri Mahmud
Danarto
Daniel Paranamesa
Dante Alighieri
David Krisna Alka
Deddy Arsya
Dedi Pramono
Delvi Yandra
Deni Andriana
Denny Mizhar
Dessy Wahyuni
Dewan Kesenian Lamongan (DKL)
Dewey Setiawan
Dewi Rina Cahyani
Dewi Sri Utami
Dian Hartati
Diana A.V. Sasa
Dianing Widya Yudhistira
Dina Jerphanion
Djadjat Sudradjat
Djasepudin
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Dodiek Adyttya Dwiwanto
Dody Kristianto
Donny Anggoro
Donny Syofyan
Dony P. Herwanto
Dorothea Rosa Herliany
Dr Junaidi
Dudi Rustandi
Dwi Arjanto
Dwi Fitria
Dwi Pranoto
Dwi S. Wibowo
Dwicipta
Dwijo Maksum
E. M. Cioran
E. Syahputra
Egidius Patnistik
Eka Budianta
Eka Kurniawan
Eko Darmoko
Eko Hendrawan Sofyan
Eko Triono
Elisa Dwi Wardani
Ellyn Novellin
Elokdyah Meswati
Emha Ainun Nadjib
Endro Yuwanto
Eriyanti
Erwin Edhi Prasetya
Esai
Evi Idawati
F Dewi Ria Utari
F. Dewi Ria Utari
Fadlillah Malin Sutan Kayo
Fahrudin Nasrulloh
Faisal Kamandobat
Fajar Alayubi
Fakhrunnas MA Jabbar
Fanani Rahman
Faruk HT
Fatah Yasin Noor
Fatkhul Anas
Fazabinal Alim
Fazar Muhardi
Felix K. Nesi
Festival Sastra Gresik
Fikri. MS
Frans Ekodhanto
Fransiskus X. Taolin
Franz Kafka
Fuad Nawawi
Gabriel GarcÃa Márquez
Gde Artawa
Geger Riyanto
Gendhotwukir
Gerakan Surah Buku (GSB)
Ging Ginanjar
Gita Pratama
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gufran A. Ibrahim
Gunoto Saparie
Gusty Fahik
H. Rosihan Anwar
H.B. Jassin
Hadi Napster
Halim HD
Halimi Zuhdy
Hamdy Salad
Hamsad Rangkuti
Han Gagas
Haris del Hakim
Hary B Kori’un
Hasan Junus
Hasnan Bachtiar
Hasta Indriyana
Hasyuda Abadi
Hawe Setiawan
Helvy Tiana Rosa
Hendra Makmur
Hepi Andi Bastoni
Herdiyan
Heri KLM
Heri Latief
Heri Ruslan
Herman Hasyim
Hermien Y. Kleden
Hernadi Tanzil
Herry Lamongan
Heru Emka
Hikmat Gumelar
Holy Adib
Hudan Hidayat
Humam S Chudori
I Nyoman Darma Putra
I Nyoman Suaka
I Tito Sianipar
Ian Ahong Guruh
IBM. Dharma Palguna
Ibnu Rusydi
Ibnu Wahyudi
IDG Windhu Sancaya
Iffah Nur Arifah
Ignas Kleden
Ignasius S. Roy Tei Seran
Ignatius Haryanto
Ignatius Liliek
Ika Karlina Idris
Ilham Khoiri
Imam Muhtarom
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Rosyid
Imron Tohari
Indah S. Pratidina
Indiar Manggara
Indra Tranggono
Indrian Koto
Insaf Albert Tarigan
Ipik Tanoyo
Irine Rakhmawati
Isbedy Stiawan Z.S.
Iskandar Norman
Istiqomatul Hayati
Iswara N Raditya
Iverdixon Tinungki
Iwan Gunadi
Iwan Nurdaya Djafar
Jadid Al Farisy
Jakob Sumardjo
Jamal D. Rahman
Jamrin Abubakar
Janual Aidi
Javed Paul Syatha
Jay Am
Jaya Suprana
Jean-Paul Sartre
JJ. Kusni
Joanito De Saojoao
Jodhi Yudono
John Js
Joko Pinurbo
Joko Sandur
Joni Ariadinata
Jual Buku Paket Hemat
Junaidi Abdul Munif
Jusuf AN
Karya Lukisan: Andry Deblenk
Kasnadi
Katrin Bandel
Kedung Darma Romansha
Khairul Mufid Jr
Ki Panji Kusmin
Kingkin Puput Kinanti
Kirana Kejora
Ko Hyeong Ryeol
Koh Young Hun
Komarudin
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias
Korrie Layun Rampan
Kritik Sastra
Kurniawan
Kuswaidi Syafi'ie
Lathifa Akmaliyah
Latief S. Nugraha
Leila S. Chudori
Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember
Lenah Susianty
Leon Trotsky
Linda Christanty
Liza Wahyuninto
Lona Olavia
Lucia Idayani
Luhung Sapto Nugroho
Lukman Santoso Az
Luky Setyarini
Lusiana Indriasari
Lutfi Mardiansyah
M Syakir
M. Faizi
M. Fauzi Sukri
M. Mustafied
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
M.H. Abid
M.Harir Muzakki
Made Wianta
Mahmoud Darwish
Mahmud Jauhari Ali
Majalah Budaya Jejak
Makmur Dimila
Malkan Junaidi
Maman S Mahayana
Manneke Budiman
Mardi Luhung
Mardiyah Chamim
Marhalim Zaini
Maria Hartiningsih
Mariana Amiruddin
Martin Aleida
Marwanto
Mas Ruscitadewi
Masdharmadji
Mashuri
Masuki M. Astro
Media Dunia Sastra
Media: Crayon on Paper
Mega Vristian
Melani Budianta
Mezra E Pellondou
MG. Sungatno
Micky Hidayat
Mikael Johani
Mikhael Dua
Misbahus Surur
Moch Arif Makruf
Mohamad Fauzi
Mohamad Sobary
Mohamed Nasser Mohamed
Mohammad Takdir Ilahi
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Amin
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad Nanda Fauzan
Muhammad Qodari
Muhammad Rain
Muhammad Subarkah
Muhammad Taufiqurrohman
Muhammad Yasir
Muhammad Zuriat Fadil
Muhammadun AS
Muhyidin
Mujtahid
Munawir Aziz
Musa Asy’arie
Musa Ismail
Musfi Efrizal
Mustafa Ismail
Mustofa W Hasyim
N. Mursidi
Nafi’ah Al-Ma’rab
Naqib Najah
Narudin Pituin
Naskah Teater
Nasru Alam Aziz
Nelson Alwi
Neni Ridarineni
Nezar Patria
Ni Made Purnamasari
Ni Putu Rastiti
Nirwan Ahmad Arsuka
Nirwan Dewanto
Noval Jubbek
Novelet
Nunung Nurdiah
Nur Utami Sari’at Kurniati
Nurdin Kalim
Nurel Javissyarqi
Nurhadi BW
Obrolan
Odhy`s
Okta Adetya
Orasi Budaya Akhir Tahun 2018
Orhan Pamuk
Otto Sukatno CR
Pablo Neruda
Patricia Pawestri
PDS H.B. Jassin
Pipiet Senja
Pramoedya Ananta Toer
Pranita Dewi
Prosa
Proses Kreatif
Puisi
Puisi Pertemuan Mahasiswa
Puji Santosa
Pustaka Bergerak
PUstaka puJAngga
Putu Fajar Arcana
Putu Setia
Putu Wijaya
R. Timur Budi Raja
Radhar Panca Dahana
Rahmah Maulidia
Rahmi Hattani
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Rambuana
Ramzah Dambul
Raudal Tanjung Banua
Redhitya Wempi Ansori
Reiny Dwinanda
Remy Sylado
Resensi
Revolusi
Ria Febrina
Rialita Fithra Asmara
Ribut Wijoto
Richard Strauss
Rida K Liamsi
Riduan Situmorang
Ridwan Munawwar Galuh
Riki Dhamparan Putra
Rina Mahfuzah Nst
Rinto Andriono
Riris K. Toha-Sarumpaet
Risang Anom Pujayanto
Rita Zahara
Riza Multazam Luthfy
Robin Al Kautsar
Robin Dos Santos Soares
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Roland Barthes
Romi Zarman
Romo Jansen Boediantono
Rosidi
Ruslani
S Prana Dharmasta
S Yoga
S. Jai
S.W. Teofani
Sabine Müller
Sabrank Suparno
Safitri Ningrum
Saiful Amin Ghofur
Sajak
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Samsudin Adlawi
Sapardi Djoko Damono
Sarabunis Mubarok
Sartika Dian Nuraini
Sastra Using
Satmoko Budi Santoso
Saut Poltak Tambunan
Saut Situmorang
Sayuri Yosiana
Sayyid Madany Syani
Sejarah
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
Sem Purba
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Shiny.ane el’poesya
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sindu Putra
Siti Mugi Rahayu
Siti Sa’adah
Siwi Dwi Saputro
Sjifa Amori
Slamet Rahardjo Rais
Soeprijadi Tomodihardjo
Sofyan RH. Zaid
Sohifur Ridho’i
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sonya Helen Sinombor
Sosiawan Leak
Sri Rominah
Sri Wintala Achmad
St. Sularto
STKIP PGRI Ponorogo
Subagio Sastrowardoyo
Sudarmoko
Sudaryono
Sudirman
Sugeng Satya Dharma
Suhadi
Sujiwo Tedjo
Sukar
Suminto A. Sayuti
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sunlie Thomas Alexander
Suryadi
Suryanto Sastroatmodjo
Susilowati
Sutan Iwan Soekri Munaf
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Sutrisno Buyil
Syaifuddin Gani
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Winarsho AS
Tengsoe Tjahjono
Th. Sumartana
Theresia Purbandini
Tia Setiadi
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
TS Pinang
Tu-ngang Iskandar
Tulus Wijanarko
Udo Z. Karzi
Umbu Landu Paranggi
Universitas Indonesia
Urwatul Wustqo
Usman Arrumy
Usman Awang
UU Hamidy
Vinc. Kristianto Batuadji
Vladimir I. Braginsky
W.S. Rendra
Wahib Muthalib
Wahyu Utomo
Wardjito Soeharso
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wayan Sunarta
Weni Suryandari
Wiko Antoni
Wina Karnie
Winarta Adisubrata
Wiwik Widayaningtias
Yanto le Honzo
Yanuar Widodo
Yetti A. KA
Yohanes Sehandi
Yudhis M. Burhanudin
Yukio Mishima
Yulhasni
Yuli
Yulia Permata Sari
Yurnaldi
Yusmar Yusuf
Yusri Fajar
Yuswinardi
Yuval Noah Harari
Zaki Zubaidi
Zakky Zulhazmi
Zawawi Se
Zen Rachmat Sugito
Zuriati
Tidak ada komentar:
Posting Komentar